tujuh belas

3K 519 82
                                    

"Hmm, gimana ya."

Hyunsuk diem aja. Akhirnya mas-mas pramusaji bawain menu padang ke meja.

Akhirnya gue bisa makan juga, dan bisa menghindar dari pertanyaan Hyunsuk yang bikin sport jantung ini.

○●○


Selesai makan, akhirnya Hyunsuk nganterin gue pulang karena hujannya juga udah berhenti juga.

"Jadi gimana, Jin? Mau nggak?" tanyanya.

"Boleh nggak, gue mikir dulu?" jawab gue.

Hyunsuk ngangguk. "Iya, gue tunggu ya. Selama apapun lo mikir bakal gue tunggu, Jin."

○●○

Akhirnya, sampai juga kita di rumah gue.

"Salam buat mama lo ya." katanya.

Gue ngangguk.

"Yaudah, gue balik, ya, dadah!" kata dia, bersiap pulang.

"Eh, eh!" kata gue cepet-cepet.

"Kenapa?" tanya Hyunsuk bingung.

"Itu apaan di deket mata lo?" tunjuk gue panik.

Hyunsuk ikutan panik. "Ada apaan?"

"Sini, gue ambilin deh, lo merem dulu, susah." suruh gue.

Hyunsuk nurut, dia merem.

Tarik napas dulu, Jin.








Gue deketin Hyunsuk, dan cium pipinya.






Hyunsuk langsung melek, dan natap gue. Muka gue udah semerah tomat sekarang.

"Tadi apa, ya?"

"Jawaban gue." kata gue, nunduk malu.

Hyunsuk ketawa. Gue cuma bisa senyum malu-malu.

"Emangnya lo suka sama gue?" tanyanya.

"Suka, banget. Hehehe." gue ketawa.

Hyunsuk juga ketawa, "Lo agresif juga, ya."

"Hehehe, emang. Jangan kaget, ya." gue nyengir.

Hyunsuk tiba-tiba turun dari vespanya.

"Mau mampir?" tanya gue.

Hyunsuk geleng. "Nggak, mau peluk aja."

Kemudian, Hyunsuk meluk gue, dan gue balas peluk dia.

"Gue sayang banget sama lo, Jin." bisiknya.


○●○

Di malam hari, gue sibuk maskeran, jadi kalo besok ketemu Hyunsuk, wajah gue udah kinclong.

Beda dong, kan kemarin-kemarin belom jadi pacar, sekarang udah.

TextrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang