Dua Belas

480 22 2
  • Didedikasikan kepada Readers
                                    

“Oh Jane…”

Ibu Jane berteriak dari dapur. Jane yang tengah asyik menonton menoleh.

“Ya ibu???”

“Tadi ayahmu menelpon…”

“Ayah??” Jane memotong ucapan Ibunya dengan riang.

“Ya, dan tebak dia bilang minggu depan kita sudah bisa ke Itali!!!” Seru ibunya senang.

          Jane diam. Ayahnya yang bekerja sebagai pengusaha di Itali akhirnya meminta mereka ke Itali untuk tinggal bersama. Sebenarnya, rencana itu sudah di pikirkan sejak Jane masuk SMA. Namun karena Jane yang masih ingin tinggal di Indonesia, maka hanya ayahnya yang menetap di sana.

“Oh, benarkah?” Hanya itu jawaban Jane. Datar. Ibu Jane keluar dari dapur dan menghampiri putri semata wayangnya itu.

“Jane tidak senang kita tinggal di Itali?” Tanya Ibunya. Jane menggeleng dan tersenyum tipis.

“Tidak, Jane senang kok.. hanya…”

“Jane sudah punya banyak teman?” Terka ibunya. Jane terkejut, lalu mengangguk. Ibunya tersenyum, mengusap lembut kepala Jane.

“Jadi, Jane tidak mau ikut ibu dan ayah tinggal di Itali?”

“Bukan begitu bu, Jane hanya…”

“Jane belum siap?”

Jane mengangguk, ibunya tertawa kecil.

“Jane takut dilupakan dan melupakan?”

Jane kembali mengangguk.

“Jane, mereka tidak akan mungkin melupakanmu.. semuanya akan tersimpan di hati…”

Ibunya tersenyum tipis, kemudian berbalik menuju dapur.

“Ibu…” Rengek Jane.

“Semuanya terserah Jane, jika Jane ingin tinggal disini juga tidak apa-apa..”

Jane diam, terlihat mencerna ucapan ibunya.

****

“Jane, kau sudah menentukan akan membeli apa?”

Suara Chalista mengagetkan Jane dari lamunannya. Gadis itu mendongak dan mendapati dirinya tengah berada di dalam sebuah toko yang berisikan berbagai macam aksesoris. Well, memang mereka sekarang tengah mencari aksesoris untuk upacara kelulusan mereka.

“Ck, bagaimana mungkin jaman sekarang masih ada upacara kelulusan?” Gerutu Kinan yang berada tak jauh dari mereka.

“Well, inilah yang kita alami” Chalista mengangkat bahunya.

“Kenapa kita harus membeli aksesoris yang ujung-ujungnya hanya dipakai untuk diri sendiri dan satu orang lagi? Dan kenapa itu harus cowo? Bukannya itu akan menjadi kecemburuan sosial??” Kinan masih menggerutu hingga Chalista harus mencubit pipinya.

“Jangan berbicara seakan kau tahu artinya Kinan…” Ucap Chalista tajam. Kinan memanyunkan bibirnya dan kembali memilih barang.

“Baiklah, aku akan membeli ini!” Kinan mengambil dua buah jepit rambut berwarna biru yang terlihat simple.

“Kau yakin akan membeli itu?” Tanya Jane.

“Kenapa? Ini bagus kok..” Kinan memperlihatkan dua buah jepitan tersebut yang benar-benar simple.

“Ya, kau terlalu pelit nona…” Sindir Chalista tajam.

“Yang pentingkan bermakna” Kinan mengangkat bahunya cuek.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang