Tujuh

627 21 0
                                    

Jane masuk ke dalam kelas yang akan menjadi kelasnya selama satu tahun kedepan. Jane terkesiap saat melihat Aqil yang berada di dalam sana, melambai kearahnya.

“Uwah! Kita sekelas lagi!!!” Serunya senang.

“Kau…” Gumam Jane tak yakin.

Aqil berdiri dan menarik Jane agar duduk bersamanya. Lelaki muda itu tersenyum simpul saat Jane masih juga belum sadar dari keterkejutannya.

“Yeay! Kita sekelas lagi!!!”

Kinan yang baru datang bersama Chalista berlari ketempat Jane dan Aqil. Lelaki muda itu tertawa kecil melihat tingkah Kinan. Chalista menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Aku sih sudah yakin akan sekelas dengan Kinan…” Chalista mengambil tempat duduk tepat didepan Jane.

“Kenapa kau begitu yakin?” Tanya Aqil penasaran.

“Kakeknya pemilik sekolah ini..”

Chalista mengangkat bahunya cuek, membalikkan badannya dan membaca novel. Jane dan Aqil terkejut, saling berpandang-pandangan. Kinan terkekeh malu-malu.

“Woah…” Ucap Jane.

“Keren…” Sambung Aqil.

“Apanya yang keren? Ah sudahlah!!” Kinan berjalan menuju kursi terdepan.

“Kau masih tidak ingin duduk denganku?!” Omel Chalista.

“Kau selalu duduk di depan Jane sih! Sedangkan Jane senang duduk di belakang, nanti aku tidur!!” Kinan menjulurkan lidahnya.

“Terserah kaulah!” Chalista balas menjulurkan lidahnya.

“Ahhahaha!! Mereka lucu!!” Jane tertawa kecil. Ketiga temannya yang ada disitu tersentak kaget.

“Jane, kamu tertawa?!” Ucap Aqil.

“Loh? Memangnya aneh?” Tanya Jane bingung.

“Tampaknya ini hari keberuntunganku…” Ucap Kinan asal.

“Jangan aneh-aneh..” Tegur Chalista.

“Sebegitu anehnyakah?” Tanya Jane masih bingung.

“Tentu saja!”

Ketiga temannya mengangguk serempak. Jane kembali tertawa kecil.

“Itu pasti karena aku memiliki teman seperti kalian… terima kasih..” Jane tersenyum tulus. Ketiga temannya menatap senyuman Jane dengan terkesima.

“Tampaknya omonganmu benar Kinan, hari ini… hari keberuntunganmu..” Ucap Chalista.

****

“Anak-anak perkenalkan dia Evan, nah Evan perkenalkan dirimu…”

          Lagi-lagi murid baru masuk kedalam kelas Jane. Tapi kali ini Jane memperhatikan Evan dengan seksama bahkan terlalu seksama mungkin. Saat melihat wajah Evan ingatannya langsung terlempar ke masa lalu.

“Jangan menangis Jane, kita akan bertemu lagi!”

“Tapi aku ingin bersama Evan!”

“Aku berjanji aku akan pulang, lalu saat kita sudah lulus sekolah aku akan menjadikanmu pengantinku!”

“Janji?”

“Janji!”

“Evan…” Panggil Jane lirih. Aqil yang sekarang kembali duduk disamping Jane menatap gadis itu dengan bingung.

          Tak terasa bel istirahat berbunyi. Evan yang ternyata duduk disamping Kinan ikut bergabung dengan kelompok Aqil, Jane, Kinan, dan Chalista.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang