Tiga

752 26 0
                                    

Bab 3

“Aku membencimu Jane!”

“Apa salahku Kei? Kenapa kau membenciku?”

          Jane meraih lengan seorang gadis berparas cantik. Gadis itu menghempaskan tangan Jane kasar. Ia menatap Jane benci.

“Kau mau tahu alasannya?”

          Gadis yang dipanggil Keisha itu mendekati Jane. Memojokkan Jane di dinding membuat gadis itu takut.

“Aku membencimu dengan segala alasan yang aku punya..” Bisik Keisha dingin dan rendah.

“Alasan? Tolong jelaskan!”

“Jane!”

          Seorang pria yang Jane tahu Keisha sukai menghampiri mereka. Ia tersenyum manis kepada Jane dan Keisha. Tanpa tahu mereka tengah bersitegang.

“Aku mencarimu sejak tadi ternyata kau disini..” Pria itu tersenyum lebar dan mengacak rambut Jane sayang. Keisha menatap itu semua dengan kesal dan benci.

“Err.. senior kenapa mencariku?” Tanya Jane kikuk.

“Sepulang sekolah ayo kita berjalan-jalan! Aku akan mentraktirmu es krim!”

         Jane terkejut dan menolehkan kepalanya kearah Keisha dengan takut-takut. Terlihat Keisha yang menatapnya tajam.

“Aku… aku…” Jane ragu.

“Aku tidak suka dengan penolakan, sepulang sekolah aku tunggu digerbang oke? Bye Jane!” Senior mereka mengelus kepala Jane dan melambai kearah Keisha. Ia pun pergi menjauh.

Keisha menghela napas, lalu pergi meninggalkan Jane.

“Keisha?” Panggil Jane lirih.

“Inilah salah satu alasan aku membencimu Jane! Kau mengambil orang yang aku cintai! Aku membencimu!!!!”

Keisha berteriak lalu berlari meninggalkan Jane yang sudah menangis.

          Jane terbangun dari mimpinya. Di seka air mata yang sudah mengalir entah sejak kapan. Mimpi itu lagi… Jane menghela napas lalu merenung di keheningan malam.

****

          Jane berjalan menuju kelasnya yang berada di ujung koridor. Dilemparnya tas hitamnya diatas meja kemudian ia menutup mata, hendak tidur. Kepalanya masih sakit akibat mengerjakan pr matematika yang begitu banyak dari Pak Bima, selaku guru matematikanya.

“Memang hobimu tidur di pagi hari ya?”

Terdengar suara milik anak laki-laki yang akhir-akhir ini mulai mengganggu hidup Jane.

“Bisakah kau tidak mengganggu ku?” Tanya Jane serak.

“Loh? Aku kan hanya bertanya? Tidak boleh?”

“Tidak!” Jawab Jane tegas dan ketus.

          Aqil tertawa kecil dan menjatuhkan dirinya tepat disebelah Jane. Sedangkan gadis itu memilih tak perduli dan memasang earphone ditelinganya, mulai terlelap. Aqil menatap Jane penuh arti. Ditelusurinya wajah Jane yang begitu polos, berbanding terbalik saat gadis itu membuka mata dan memarahinya.

“Cantik…” Gumam Aqil lirih.

          Namun momen yang begitu jarang itu dirusak akan kedatangan Pak Bima. Aqil segera mencolek bahu Jane agar segera bangun. Gadis itu mengerang kesal lalu membuka matanya. Ia segera duduk tegak saat melihat Pak Bima yang tengah menatap kearahnya.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang