•
CHAPTER FIVE
── si pion hitam
24 JULI✧*:.。.
ada satu orang yang menyebalkan, di kelasku. penampilan mencolok, rahangnya tegas dan tatapan tajam namun berbanding balik dengan kepribadiannya yang ceria dan penuh euphoria.
aku tidak tau namanya, yang jelas ia menduduki bangku tepat di depan kami.
kupikir aku mesti menjauhinya karena dari tampangnya memperlihatkan anak itu tidak beres—maksudku macam anak-anak begundal kurang ajar yang keluar masuk bk bagaikan toilet.
nah, bagian yang menyebalkannya itu ia selalu menoleh ke belakang—kearah kami, paling tidak melirik. aku jelas risih. ia seperti pengutit.
aksinya terlampau gamblang, aku bertaruh aksana juga menyadarinya.
aku harap ia bukan psiko gila yang salah masuk kelas.
saat itu berlangsung pelajaran bahasa Indonesia, anak itu bergerak gelisah kemudian menoleh kepada kami dua kali, begitu terus.
aksana berdecak, air wajahnya kentara keruh. ia terganggu, “kalau kau ingin bicara, keluarkan saja. aku tidak akan menggigiti kepalamu.” katanya sinis.
“ah maaf,” sambar anak itu cepat, ia menyempatan diri menatapku selama beberapa sekon kemudian berpaliang pada aksana,”kalian ada pulpen? milikku hilang.”
kuserahkan satu pulpen bertinta hitam padanya, kuharap ini akan menyelesaikan masalahya. ia mengumamkan terima kasih.
lalu kemudian ia membuka mulut, “namaku wahyu aditama. kalian aksana dan delia kan?”
aku dan aksana mengangguk pada waktu yang bersamaan, menyebabkan wahyu terkikik geli,
“kalian jadi topik hangat tau, aksi aksana aku akui membuat separuh perempuan di kelas ini iri.”
bangsat, aku malu mengingatnya.
“jadi,” wahyu menjeda, “kalian pasangan.”
aksana melirikku sebentar lewat ekor matanya, “iya.”
sontak buku tulisku beradu dengan lengannya, aksana meringis, “kenapa sih, yang.”
aku tidak berani membuka mulut, tidak tau apa yang harus aku ucapkan. aksana terkekeh, ia kemudian mencubit pipiku gemas,
“iya maaf cinta.”
“jadi kalian beneran pacaran?” wahyu berbicara dengan vocal yang rendah, ia memandangiku terus. kedua bola matanya menggelap, menyembunyikan sesuatu.
aksana justru menyeringai, “lihat saja nanti,”kini remaja berambut mencolok itu mengangguk pelan sebelum akhirnya memandangiku lagi, meremas batang pulpen kuat, “perempuan tidak suka menunggu. hati-hati, atau ada seseorang yang lain akan mendahuluimu.”
“aku tau,” ucap san final, mengulas senyum pongah yang membuat wahyu berdecak.
sementara di bawah meja kami, jemari aksana mengamit jemariku dengan erat. tidak ada alasan untuk melepasnya.
aksana : ❝pegang tanganku, sayang. maka perjalanan ini milik kita berdua❞
╰✧*:.。.
:) udah baper belom?
KAMU SEDANG MEMBACA
suaka ala, san ✓
Fanfictionʬʬʬ. 𝘼𝙇𝙏𝙀𝙍𝙉𝘼𝙏𝙄𝙑𝙀 𝙍𝙀𝘼𝙇𝙄𝙏𝙔.com ◝﹆་ . 𓍢 ⠀⠀▌afirmasi, delia adalah afrosidiak bagi cawan aksana. ⌗ .° lowercase ▬ !! ،، 𖠵⃕⁖ 𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚 :: typos, relative ...