s e v e n ; ❛nemesis

335 111 56
                                    






•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER SEVEN
── nemesis
27 JULI ─SEMINGGU YANG KEDUA

✧*:.。.




















aksana
aku ke rumahmu ya

you
eh  mau apa


aksana
minta izin nikahin anak gadisnya

you
bleguk sia /delete


aksana
main di rumahku, ada temen temen

aksana
mau memperkenalkan calonku :3

you
kumaha teh bangsat/delete

you
baperin mulu maneh teh resmiinnya kagak/delete

you
iya









you iya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












seusai aksana menjemputku, kami tiba di rumahnya setelah itu. mendapati kerusuhan terjadi di dalam, jeritan dan makian bersahut-sahutan. apakah ini medan perang sesungguhnya.

netra kembarku mendapati beberapa objek asing, sisanya aku mengenal mereka. ada senior yudhistira, alec dan wahyu.

“tangan tolong dilepaskan,” kata salah satu dari mereka, “jomblo tidak bisa melihat hal-hal begitu.”

saat itu pula, aku baru sadar. aksana menggengamku terus, lantas kutarik kembali tanganku. disusul sorakan heboh bak demo mahasiswa.

kurasakan rona memerah mendominasi pipiku. sementara aksana hanya terkekeh kecil.

“gimana rasanya?”

“enak hehe. tangannya lucu, seperti bayi.”

bangsat, justru aksana membicarakannya.

teman-teman aksana luar biasa berisik, kuputuskan ke dapur saja membuatkan minuman. yang disusul teman aksana yang tidak kukenali.

garis wajahnya tegas namun tatapan matanya lembut. rambutnya hitam.
mungkin kakak kelasku.

dia memperkenalkan dirinya sebagai yosua sinagar, sekelas dengan senior yudhistira. cara bicara lembut, gentleman.

“dek, kamu ambilkan gelasnya. kakak
yang rebus airnya.” aku sontak mengangguk, bergerak ke arah rak piring.

namun kusadari ternyata gelas kacanya kurang. gelasnya ada di lemari gantung yang tinggi, kurasa aku takkan sampai. tetapi melihat senior yosua sedang repot, aku tidak berani.

aku berjinjit sebisa mungkin.
beberapa sekon kemudian jemari kakiku menengang, kram.

keseimbangan tubuhku perlahan menghilang. hingga senior yosua dengan cepat menahanku.

“aduh, hati-hati dek. kalau aset aksana terluka, karmanya kena kakak.” sungut remaja tanggung itu. aku termangu. maksudnya apa?

“aset?” tanyaku heran, yosua mengangguk, ”kamu kesayangannya aksana. suka diceritakan kepada kami, sampai bosan. dan ternyata anak itu memang ga salah pilih.”
aku semakin binggung.

“kamu anaknya lucu. kalau bukan punya aksana sudah kakak pacarin.”

sudah kakak pacarin

kakak pacarin

pacarin












sabar jantung, jangan lompat. apalagi keluar dari badan aku.

nanti susah kembalinya. harus operasi

bayar operasi mahal. uang sakuku tidak cukup.

internetan saja aku numpang





“aku mencium bau-bau tikungan tajam,” aku menoleh. mendapat senior yudhistira menyeringai geli. wah, curi-curi dengar. dasar kepo.

sontak air wajah senior yosua mengkeruh, alisnya bertautan, “aku tidak menikung. aku justru berterus terang, daripada aku menusuk temanku dari belakang kan?”

untuk sesaat senior yudhistira tidak berkutik.



























aksana : ❝ada kalanya kawanmu adalah kawan. ada waktunya pula kawanmu itu justru bermaksud sebaliknya❞































╰✧*:.。.



























hati-hati ada tikungan. rem dulu. baru gas. tapi ingat masih digantungin sabar :)

suaka ala, san ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang