f o u r ; ❛anomali diantara antologi

421 116 47
                                    


























•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER FOUR
── anomali diantara antologi
22 JULI

✧*:.。.


















pagi itu, aku berada di perpustakaan. buku tebal bersampul menarik dan ditemani cola yang sengaja ku bawa diam-diam. jadi aku meminumnya mesti dihalang oleh buku dulu.

masih senggang, mungkin terlampau pagi bagi murid teladan sekalipun. aku tidak sering datang sepagi ini. sengaja sebenarnya.

bahkan satpam gerbang pun terkejut menemukanku berdiri tepat di depan pagar, menungguinya membuka pagar kusam itu, “pagi bener neng.”
aku menyengir lebar, “sengaja pak hehe.”

pak tua paruh baya berpakaian putih itu lalu membuka gembok, menarik rantai berkaratnya yang menyangkut pagar satu sama lain.

“saya pikir neng setan tau, ga ada yang datang jam segini kalau bukan mas alec.” ucapnya. aku merasa familiar dengan namanya.

“alec?”

“ituloh neng anggota kesiswaan, yang tinggi.” akhirnya aku mengangguk, sok ngerti. padahal aku tidak tau siapa. lalu aku melangkah memasuki sekolah.

kututup buku tebal itu lalu menggantinya dengan buku lain, aku selalu suka buku-buku terjemahan. bahasanya lebih luas dan menarik.

dan sekolah telah menyediakan setidaknya satu rak penuh.

“dor,”

aku terperanjat dari fokusku yang tertuju pada novel, nyaris jatuh dari bangku. kutemukan sosok aksana yang berdiri di belakangku.

aku mendengus, mau marah tetapi tidak enak. aku hanya menatap aksana sinis.

remaja tanggung itu melepaskan senyum, lagi-lagi memperlihatkan lesung pipinya. aku menghela nafas, berusaha menahan senyum.

senyum aksana selalu mendorongku tersenyum pula.

“pagi,” katanya lalu terkikik geli.

“pagi juga aksana.”

aksana termangu, selama beberapa sekon, lalu berkata, “ulang.”

“apa?” beoku.

“ulangi ucapanmu yang tadi,” suruhnya, aku menipiskan bibir sebelum melakukannya, “pagi,”

“bukan!” serunya frustasi, air wajahnya nampak menyembunyikan sesuatu dan gemas di waktu yang bersamaan,“setelahnya.”

“aksana?”
senyum aksana mengembang, “lagi.”

“buat apa sih—“

“—aku suka kamu mengucapkan namaku,” aksana menatapku intens, “lucu hehe”



















aksana, dia itu: serendipity - kebetulan yang menyenangkan.



















╰✧*:.。.





















iya tau jijik. fanficku memang menggelikan.

suaka ala, san ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang