e i g h t ; ❛prespektif kedua

329 108 20
                                    




















•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER EIGHT
── prespektif kedua
29 JULI

✧*:.。.




























- spesial -

AKSANA BENJAMIN’S SIDE

aku punya teman. namanya delia. perawakannya mungil, cantik dan manis. sekarang, ia merupakan teman sebangkuku.

pertama kali aku bertemunya di depan mading sekolah. anaknya pendiam sekali.

ia bukan tipikal anak yang gemar bersosialisasi, selalu menutup mulutnya. kebanyakan orang mengira delia sangat sombong, padahal sebaliknya.

memang jangan pernah menilai segala sesuatu dari luarnya.

senyumnya indah. tawanya menggemaskan. kedua bola matanya menyejukkan.

suatu afeksi yang membinggungkan. berada di dekatnya seperti magnet, sulit untuk melepaskan. delia itu keganjilan yang menyenangkan.

akhir-akhir ini kami dekat sekali, lebih dari sekadar teman—mungkin saja aku yang terlampau berlebihan.

Kini guru bahasa asing tak lagi jadi fokusku.

kepalaku berdenyut, sakit sekali. mengingat semalam aku berada di luar rumah tatkala hujan mengguyur kota. sialnya, aku kehujanan tanpa alas kepala.

kutopang daguku, menatap luar jendela sesaat. merasa bosan, kutorehkan pandanganku pada delia. eh, ternyata sedang tidur. delia bertopang dengan kedua tangannya. lucu sekali.

air wajahnya damai, aku bisa mendengar dengkuran halusnya. pulas sekali.

jemariku gemas, kurapikan anak rambut yang menutupi wajah manisnya. aku tersenyum, rasa asing mendera kalbuku.

seketika aku merasa ragu.

aku ragu dengan status pertemanan kami. aku ragu akan perasaanku.

aku mungkin menyukai delia.

pipinya terasa lembut ditanganku yang kasar, sesekali kucubit gemas pipi tembamnya. aku terkikik geli ketika delia bergumam dalam tidurnya.

imut sekali. mau cium tapi ingat status.

“pacaran terus.”

aku mendengus ketika wahyu bangsat menoleh ke belakang. huh, interaksi kami berdua memang baik tetapi wahyu memang suka cari masalah.

“bacot, tutup mulutmu.” kataku. wahyu menyeringai, ia menatap delia dengan pandangan yang sulit kumengerti. lengannya terulur, hendak menyentuh kesayanganku lantas kutepis keras, “bangsat, jangan sentuh-sentuh.”

“bukan punyamu, bung.” ketus wahyu.

aku menggeleng, “delia punyaku. apapun yang terjadi ia milikku. jangan pernah berpikir untuk menyentuhnya.” wahyu mendengus lalu tertawa remeh. cih, tanganku gatal ingat meninjunya.

“dengan sikapmu yang seperti ini, aku percaya hubungan kalian tidak akan berlangsung lama,” wahyu menjeda,

“apa kau sadar? kau membuat delia jatuh terlampau jauh. jangan permainkan hatinya bung. wanita bukan lapak jodoh.”

aku tahu, hanya saja aku punya keraguan yang besar dalam hatiku.
aku mendesau pelan. sekali lagi kuperhatikan delia yang masih tertidur. kuelus perlahan surai indahnya.

“sabar ya cinta. aku masih memantapkan hatiku.”


















╰✧*:.。.















aku yang nulis aku juga yg gemes sendiri sama alurnya :(

suaka ala, san ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang