He's Back

17 6 1
                                    





***

"Zianna?"

Suara itu. Aku mengenalnya. Siapa lagi kalau bukan ia yang memanggilku dengan sebutan Zianna.

"Rey?"

Tidak. Ini bukan mimpi. Bukan seperti biasanya. Ini nyata. Ia benar benar ada di depan mataku. Wajahnya terpampang jelas berhadapan denganku saat ini. Ia benar benar Reyfal, Anna!

"Zianna? Bisa kita bicara?"

Ah Rey, aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku memang merindukan mu. Sangat. Tapi apa harus aku menerima ajakan mu untuk berbicara lagi denganmu setelah sekian tahun aku menjauhimu Rey? Bagaimana jika perasaan ku tidak bisa aku kendalikan? Bagaimana jika setelah berbicara dengan mu aku malah semakin mencintaimu? Bagaimana jika aku membiarkan mu masuk sedikit saja pada kehidupanku akan menjadi hal yang sulit aku hindari? Rey, kesalahanmu membekas padaku hingga kini, bahkan nanti dan seterusnya. Tapi bukankah setiap manusia yang melakukan kesalahan pantas untuk diberi kesempatan kedua? Ah, pemikiran macam apa itu? Seperti tidak ada lelaki lain saja. Baiklah aku menyerah. Sedikit saja, bicaralah padaku Rey.

Kini kami berdua duduk berhadapan di coffe shop yang tak jauh dari bookstore langganan ku. Ia menatapku. Tajam. Detail. Seakan akan tidak membiarkan matanya melirik hal lain selain wajahku. Astaga Rey. Jangan seperti ini. Aku masih tidak berani menatap wajahnya. Wajah lelaki yang selama ini sangat ku cintai. Wajah lelaki yang selama ini membuat hari hari ku sangat kacau.

"Tatap aku Zianna." Ucapnya santai tetapi tajam.

"Untuk apa? Silahkan berbicara padaku jika ada yang ingin kau sampai kan. Tolong jangan membuang waktuku hanya karena kau ingin menatapku seperti ini terus." Tukasku.

"Maaf atas 3 tahun lalu Zianna."

"3 tahun itu sudah cukup lama Rey. Memang sudah sepantasnya untuk dilupakan."

Anna kau sungguh berbohong! Sejak kapan kau sudah  benar benar melupakannya? Bahkan 3 tahun ini kau menderita karena nya. 3 tahun ini kau selalu memimpikannya. Hanya kejadian bodoh 3 tahun lalu, kau jadi terlihat seperti wanita yang tak memiliki semangat hidup.

"Aku mengerti Zianna. Aku paham jika kau tidak bisa memaafkan ku. Aku paham jika itu sangat menyakitimu. Tapi apakah kita tidak bisa untuk sekedar berteman? Tidak seperti sekarang saat kau menghilang dari ku. Aku sungguh merindukan mu Zianna."

Rindu? Rey merindukanku? Tapi mengapa saat ia bilang begitu aku tidak merasakan getaran apapun. Tidak seperti dulu.

"Rey. Kau sudah memiliki Alita. Kau tidak pantas berbicara seperti ini padaku. Apakah kau ingin menyakiti wanitamu lagi?"

"Zianna, Hubungan ku 3 tahun lalu dengan Alita itu hanya sekedar nafsu belaka. Aku tidak mencintainya. Begitu pun ia. Ia tidak mencintaiku Zianna. Kami seperti ini hanya karena nafsu yang saat itu tidak bisa kami kendalikan."

"Itu urusan mu Rey. Aku tidak perlu penjelasanmu."

"Sangat perlu Zianna. Sudah cukup aku kehilanganmu 3 tahun ini. Sudah cukup aku menyesal dengan perbuatan ku yang tak wajar ini. Jikalau kau tidak ingin kembali padaku, tidak apa , asalkan kita bisa berteman Zianna."

Ya tuhan alasan apalagi ini? Aku bingung. Apa aku harus menerima ajakan nya untuk berteman? Bagaimana jika, ah terlalu banyak bagaimana Anna!

"Aku masih sangat membencimu Rey."

"Aku tahu Zianna. Kau wanita. Kau tidak akan mungkin melupakan kejadiannya secepat itu. Tapi ku mohon. Beri aku kesempatan untuk kita berteman. Sekedar berteman."

"Baiklah Rey. Mungkin kita bisa lebih baik berteman. Maaf jika selama ini aku terlalu egois."

"Aku yang seharusnya minta maaf. Maaf atas segala kesalahanku Zianna. Maafkan aku."

Mungkin dengan ini adalah cara untuk bisa melupakannya. Cara terbaik melupakan seseorang adalah dengan berteman baik padanya. Ya , mulai menerima segala kesalahannya.

**

Hari ini dengan semangat aku pergi kekantor. Tetapi hari ini Arsen tidak menjemputku. Katanya ia sedang ke luar kota. Ah ralat , aku jadi tidak jadi semangat kalau seperti ini.

"Haiii Rinnn!!" Sapa ku.

"Iya hai." Jawabnya malas.

"Rin semalem gue ketemu Rey."

"APA?!!! KOK BISA? Dimana?"

"Iya gue ketemu dia di bookstore langganan gue. Dia ngajak gue ngobrol. Akhirnya kita ke coffe shop deket situ."

"Astaga Anna. Lo gimana sih. Jadi buat apa lo mesti capek capek ngilang dari dia tapi akhirnya lo mau diajak jalan sama dia?"

"Rin tenang dulu. Gue sama dia cuma mau berteman. Ini cara supaya gue nggak stuck terus sama dia Rin. Berteman adalah hal yang mungkin bisa buat gue ngilangin perasaan ini ke dia. Gue capek Rin mesti kaya gini terus. Jadi gue mau ngilangin perasaan ini ya dengan cara gue sendiri."

"Iya kalo akhirnya lo bisa lupain dia dengan cara ini. Kalo akhirnya lo malah makin cinta sama dia gimana?"

'Iya kalo akhirnya lo bisa lupain dia dengan cara ini. Kalo akhirnya lo malah makin cinta sama dia gimana?'

***

Next part udh di publish ya
Maaf lama ya guys soalnya lagi banyak keperluann
Jangan lupa vote!!!

Happy reading🙏🏻

Asterry ZiannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang