Malik masih terus tersenyum saat berjalan menuju ruangannya berada. Membayangakan kesalahan manis yang ia lakukan kemarin malam tak pelak membuat suasana hatinya membaik dalam waktu sekejap.
Si gadis pembangkang saat terbangun dari tidurnya subuh tadi terus saja mencemberutinya. Namun rona kemerahan yang terus muncul di pipi gadis itu saat terpergok sedang mencuri pandang padanya sembari menyiapkan sarapan pagi untuk mereka berdua adalah pemandangan paling indah yang pernah dilihat olehnya.
Kata brengsek boleh saja disematkan padanya karena telah melumat tanpa ampun bibir ranum yang sudah tidak perawan lagi itu. Namun begitu, Malik tidak pernah menyesalinya. Malahan jika ada kesempatan lagi, Malik ingin kembali melumat bibir manis itu hingga si pemilik bibir hanya akan mengingat ciuman darinya.
"Ternyata, permasalahan rumah tangga bisa ngebuat teman kita jadi nggak waras ya, Dam?"
Malik mendengus kesal kala lamunannya akan bibir Naula yang lembut dan terasa manis dalam lumatannya dibuyarkan oleh suara celetukan sang sahabat yang ternyata telah duduk santai di sofa yang khusus dipersiapkan bagi tamu di dalam ruang kerjanya.
Saat tatapan kesalnya mengarah lurus kepada dua sahabat yang dengan seenaknya menyelonjorkan kaki di atas meja, mereka malah tersenyum tanpa rasa bersalah. Untung saja persahabatan mereka terjalin sudah sangat lama, kalau tidak, Malik pasti sudah menendang bokong kedua orang itu dan mengusir mereka dari sini.
"Ngapain kalian ke sini pagi-pagi? Kayak orang yang nggak ada kerjaan aja." ucapnya setelah mengambil posisi duduk di sofa tunggal seraya menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa tersebut.
"Kami ini 'kan setia kawan, Lik. Kalau salah satu diantara kita lagi ada masalah, pastilah sebagai teman kita harus memberikan dukungan. Ya nggak, Dam?" Fikar meminta persetujuan pria yang duduk di sampingnya.
"Ya." Damar membenarkan dalam satu kata.
Mau tak mau Malik merasa tersentuh atas perhatian kedua sahabatnya itu. Namun keningnya mengerut kala bertanya, "Kalian tau dari mana kalau aku lagi punya masalah?""Ibu Padma menghubungi kami, nanyain kamu karena sudah beberapa hari ini kamu sulit dihubungi. Beliau juga bilang kalau Runa sedang dirawat di rumah sakit." Damar memulai penjelasan sembari memperhatikan ekspresi Malik yang tiba-tiba sendu. "Pas kami ke sana buat jengukin Runa, ibu Padma menceritakan semuanya sama kami. Sambil menahan tangis dan pastinya malu, beliau membuka aib yang selama ini dilakukan oleh anaknya. Meski nggak enak sama kamu, tapi dia nggak tega waktu Runa terus nanyain kamu. Makanya beliau minta kami bujukin kamu supaya mau datang ke rumah sakit, sekali saja buat Runa senang karena kamu datang ke sana. Trus, semalam kami ke rumah kamu, tapi kata mbok Isa kamunya belum pulang. Makanya pagi-pagi sekali kami ke sini, takut kalau agak siangan kamu ngilang karena nggak mau digangguin."
"Iya, Lik." Fikar menyerukan pembenaran dengan sebuah anggukan. "Kamu boleh marah, benci juga nggak ada yang bisa ngelarang. Tapi Runa itu nggak bersalah. Dia nggak berdosa meski kehadirannya dari pengkhianatan yang Thania lakukan. Datanglah, Lik. Seenggaknya tunjukinlah sekali saja muka kamu buat anak yang selama ini kamu asuh."
"Sebenarnya kalian nggak perlu ke sini segala, soalnya istirahat makan siang nanti, aku memang mau ke sana." ungkap Malik begitu mendengar apa yang menyebabkan kedua sahabatnya itu sampai menyempatkan waktu menemuinya di kantor ini.
"Bagus dong kalau memang kamu mau jengukin Runa." timpal Fikar yang langsung disetujui Damar lewat anggukan. "Dan kalau kamu nggak sanggup ke sana sendirian, kami bersedia menemani kamu, kapan pun waktunya."
"Nggak usah, Fik, aku bisa ke sana sendirian." tolak Malik cepat. "Ada hal yang mau aku bicarain sama ibu Padma, dan rasanya nggak akan nyaman buat beliau kalau ada orang lain yang ikut mendengar."
![](https://img.wattpad.com/cover/143489460-288-k941104.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Merangkai Angan Cinta [TAMAT]
Romance- Zona dewasa - Dihapus sebagian - Ekstra part hanya ada di versi ebook dan pdf - Sudah tersedia di google play Tentang rasa yang hadir di waktu yang salah. Tentang terjadinya penyatuan raga yang semakin memperumit keadaan. Dan tentang rahasia yang...