Part 6 - He's Back

0 0 0
                                    

“Gion ?.”

“Hai Mik.” Sapanya dengan nada lesu.

Aku tidak menyangka sama sekali bahwa Gion sekarang datang ke apartemenku. Dengan tidak ada kabarnya selama ini hingga membuatku frustasi dan sedih hingga sempat berpikir bahwa dia melupakanku. Entah keajaiban apa yang datang padaku hingga sekarang aku bisa melihatnya sekarang. Ya walaupun dengan muka lelahnya dan wajah kusutnya dengan hanya memakai celan jeans dan kaos polos hitamnya . Dan sebentar,  bau alkohol tercium dari mulutnya membuatku langsung melotot.

“Kamu mabuk ?!” kataku tersentak dengan suara agak keras.

“Kepalaku pusing. Aku hanya ingin melihatmu Mik. Maaf.”

Bruggg.

Gion jatuh kepelukanku. Bau alkohol semakin kuat tercium. Tanpa kata-kata lagi dengan berat aku merengkuh badanya yang amat berat untuk masuk ke dalam apartemenku. Membopong tubuh Gion hingga sampai ke ruang tamu adalah hal berat yang pernah aku lakukan selama hidup. Aku pun terengah-engah setelah berhasil menjatuhkan Gion ke sofa ruang tamuku.

Aku melihat Gion hanya memijat pelan keningnya sendiri. Sepertinya pusing yang melandanya sangat berat sekali. Walaupun aku tidak tau bagaimana itu rasanya mabuk tapi aku cukup yakin dengan hanya melihat keadaan Gion seperti mayat hidup pasti itu sangat sakit. Aku pun beranjak ke dapur untuk mengambil air mineral untuk Gion.

“Ini minum dulu. Mungkin pusingmu akan redah sedikit.” Kataku memberi minuman dan duduk di sebelahnya setelah Gion mengubah posisinya menjadi duduk bersandar di sofa.

“Terimakasih. Maaf Mik.” Katanya lalu meminum minuman itu hingga tandas.

“Sekarang bolehkah aku bertanya ? Kenapa kamu bisa mabuk ? Dan sejak kapan kamu kembali ?” tanyaku mengintogerasi.

“Barusan. Aku kembali dengan temanku dan entah kenapa sampai disini dia memintaku untuk menenaminya minum-minum.” Jawab Gion sambil mengusap wajahnya.

“Dasar laki-laki.” Kataku menggerutu.” Lalu kenapa kamu mau di ajaknya ? Apa kamu nggak kangen aku ? Harusnya sesampai disini kamu itu temuin aku, bukan malah minum-minum. Kamu tuh ya! Udah nggak ada kabar. Datang-datang malah mabuk.” Cerocosku sambil manyun.

Entah kenapa setelah aku meluapkan perasaanku barusan aku sedikit lega. Sambil terengah-engah setelah berkata seperti itu aku menatap Gion yang hanya diam menatapku dengan muka datar. Lalu detik berikutnya dia terkekeh dan mencubit kedua pipiku.

“Kamu marah. Wah aku baru tau.” Katanya  dan masih terkekeh.

Aku pun semakin melotot padanya. Ini orang ngeselin banget. Aku marah dan dia malah tertawa.

“Makasih sayang. Aku tau kamu khawatir sama aku dan pasti rindu juga. Aku juga rindu kok sama kamu. Maaf aku tidak bisa tolak ajakan temanku. Karena dia sahabat baikku. Maaf ya ?” kata Gion sambil memelukku erat.

Pelukan. Hari ini aku dapat dua pelukan dari dua pria. Entah ini mukjizat atau apa aku tak tau. Tapi aku menyadari perbedaan dari dua pelukan yang kudapat hari ini. Jika tadi Miko memelukku aku merasa sangat nyaman, tentram dan merasa terlindung. Tapi pelukan yang sekarang Gion lakukan padaku aku hanya merasa lega seperti aku mencerocos tadi. Tidak terlalu istimewa.  Tapi secepatnya aku menampik pikiran membandingkan itu. Aku pun membalas pelukan Gion dengan erat juga.

“Aku sayang sama kamu Mik.” Kata Gion tiba-tiba .

Lalu dia menatapku dalam. Dan saat itulah aku merasa gugup karena wajah kami hanya terpaut beberapa centi saja. Aku yang hanya diam merasakan bahwa wajah Gion semakin dekat dan ia beralih menatap bibirku. Aku tau sekarang apa yang dia ingin lakukan. Otomatis aku memejamkan mataku. Tapi entah kenapa aku tidak merasakan ada benda lain yang tertempel di bibirku. Aku pun membuka mataku dan Gion hanya tersenyum memandangku.

Mika & MikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang