Part 12 - I Trust Him

4 0 0
                                    

"Kringgg.... Kringgg... Kringgg.... "

Suara alarm membangunkanku. Dengan gontai aku terduduk malas di atas ranjang ku. Aku merasa tenggorokanku kering.  Aku butuh air. Untung saja ada segelas air di atas nakas samping tempat tidurku. Setelah ku minum aku baru teringat akan kejadian kemarin.

Aku ingat dimana kemarin adalah hari kehancuran hatiku.  Aku mengingat orang yang aku percaya dan yang aku sayangi berubah menjadi jahat hanya karena kesalahan masa lalu dari kakakku.  Ya.. Kak Vio,  aku juga mengingat bagaimana ekspresi kaget,  sedih,  marah dari kak Vio yang sudah ku anggap sebagai keluargaku sendiri.  Melihatnya seperti kemarin membuatku sadar bahwa aku memang membutuhkannya.  Selama ini aku selalu merepotkan nya. Keinginanku untuk menjadi dewasa sudah gagal.  Tapi...aku ingin merubah itu dari sekarang. Ya sekarang.

Aku pun langsung beranjak bangun untuk membersihkan diri.  Mengingat dari kemarin aku tidak mandi karena terlalu larut dalam kesedihanku.  Bahkan selama perjalanan pulang ke apartemen pun aku hanya diam di samping kak Vio yang menyetir mobilku.  Selama perjalanan itu juga kak Vio menceritakan kerja sama dirinya dengan Miko untuk mengungkap kejahatan Gion mantan kekasihku. 

Miko... Miko... Miko...

Selama mandi hingga selesai mandi aku teringat Miko. Dia laki-laki lain yang hanya aku kenal karena dia teman kak Vio.  Laki-laki yang menjengkelkan,  bersifat dingin,  dan kadang bersifat hangat padaku yang sempat membuatku bingung akan maksud nya bersikap begitu padaku. Aku berhutang budi padanya. Kemarin ia bercerita bagaimana dia tau kalau Gion punya niat jahat padaku dan ia berniat agar aku menyadarinya sendiri alih-alih bukan hanya lewat cerita. Yang akhirnya benar,  aku menyadarinya sendiri kalau Gion tidak tulus cinta padaku. Aku juga mengingat bagaimana kak Vio sangat berterima kasih pada Miko yang mau membantuku dan rela babak belur demi diriku. Apa maksud lelaki itu?

"Mika... Are you ok? "

Suara kak Vio yang baru datang membuyarkan lamunanku.

"Kakak... Kakak mengagetkan ku saja.  Ya tentu,  aku tidak apa-apa. " Jawabku dengan senyum.

"Really? " Tanya kak Vio seakan tak percaya dengan apa yang aku katakan. Aku pun menjawab dengan anggukan kepala serta menghampirinya lalu memeluk kakakku ini.

"Aku bahagia kalau kau tidak larut dalam sedih yang berkepanjangan Mika.  Waw... Kau sudah dewasa sekarang. " Kata kak Vio sambil membalas pelukanku yang tidak kalah eratnya.

"Yes, aku menganggap kemarin hanya hari soal ku saja dan menjadi pelajaran bagiku kak. " Jawabku.

"Ya benar. Lupakan dia dan jadikan dirimu yang baru pada semua orang. " Kata kak Vio sambil kembali memelukku.

Kami pun sarapan bersama dan sesekali bercanda seperti biasa.  Kak Vio rela cuti kerja hari ini demi aku.  Dia takut aku larut dalam kesedihanku. Aku sangat berterimakasih padanya.  Saat aku terpuruk hanya kak Vio yang bisa membantuku dan mengembalikan senyumku. Di sela-sela perbincangan kami pun,  aku mengeluarkan pertanyaan yang membuatku sempat heran dengan diriku sendiri.

"Apa kabarnya Miko kak? "

Kak Vio diam dan kemudian senyum muncul dari sudut bibirnya.

"Kenapa... Tidak kau tanyakan sendiri padanya? " Tanya kak Vio balik. 

Menyadari itu membuatku malu dan salah tingkah.  Apakah aku memang penasaran dengan kabarnya atau aku merindukan sosoknya? Ada apa denganku.

🌻🌻🌻

Malam ini aku bimbang.  Aku hanya duduk termenung di atas ranjang sambil memperhatikan handphone ku yang sedang menampilkan nomor ponsel seseorang. Selama berjam-jam menghabiskan waktu dengan kak Vio dan akhirnya kakakku harus pulang dengan memberiku nomor ponsel seseorang yang sangat ingin aku tau kabarnya. Ya itu nomor Miko. Kak Vio enggan untuk memberitahuku kabar dari Miko. Dia malah menyuruhku untuk bertanya sendiri. Dan inilah akhirnya,  aku bimbang.  Haruskah aku menghubunginya atau tidak.

Mika & MikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang