🍍Han [M?]

2.8K 216 7
                                    

"Disini yang bayi itu kamu atau Moori sih?"
Rujukku kesal. Bagaimana tidak, dari tadi yang rewel itu Han.

Sifatnya tak pernah dewasa bahkan setelah menikah. Aku heran kenapa aku bisa mencintai pria bobrok sepertinya.

"Bukan begitu maksudku sayang. Aku hanya tak ingin.. "
Wajahnya kembali memelas dan bibirnya sedikit dipautkan.

"Apa?"

Han hanya terdiam, dia mungkin serba salah dengan kata yang akan dia ucapkan.

Aku pun pergi meninggalkannya di ruang tamu. Pekerjaanku belum selesai meski Han sedang libur dari kegiatannya.

Aku membaringkan Moori ke tempat tidurnya. Semoga saja dia tak menangis karna pekerjaanku sedikit terhambat jika Moori harus aku gendong setiap saat.

Han masih diposisi yang sama. Terdiam dan menatapku.

Aku acuhkan dan fokus pada kerjaanku. Mau sampai kapan dia bertingkah kekanak kanakan seperti itu. Tak mau ini itu, harus aku yang melakukan.

"Minggir"
Usirku padanya.

"Jangan ngambek dong sayang"
Pinta Han, dia mengelilingiku sambil terus mengucapkan kalimat tadi.

"Ganggu banget sih. Sana jagain Moori!"








Setelah 3 jam aku membereskan rumah ini, rasanya cukup melelahkan. Aku penasaran apa yang mereka lakukan, dari tadi tak ada suara Han maupun Moori di kamar kami.

Saat aku buka pintu kamar kemudian melihat apa yang terjadi. Betapa tenangnya, mereka berdua tengah tidur dengan posisi Moori yang berada diatas dada Han.

"Lucu sekali.."

Jika ada Han, Moori memang selalu menempel terus padanya. Dilepas sedikit saja dia bisa menangis, Han bersembunyi dari pandangan Moori saja dia akan menangis.

Ah aku mengerti sekarang Han mewarisi sifat Manja dan rewelnya itu kepada Moori. Hm

Tapi posisi tidurnya sedikit mengganggu kesian Moori, tak baik tidur dalam keadaan telungkup.

Aku gendong Moori dan membaringkannya ke tempat tidurnya sendiri.

Ah aku lupa
Pria bobrok ini apa yang harus aku lakukan.

Entah mengapa melihatnya sedang terlelap, ingin rasanya aku ganggu.

"Tidurmu seperti bayi hihi"
Bibirnya sedikit terbuka, pipi chubbynya tak kalah dari Moori.

Kalau melihatnya seperti ini, kemarahanku kepadanya seakan terlupakan.

Kutusuk tusuk pipinya menggunakan jariku tak lupa hidungnya sedikit aku tekan. Haha ini cukup membuatku senang.

"Hei.."
Han terusik dari tidurnya, apa aku terlalu kencang. Dia memegang tanganku yang sedari tadi menempel di wajahnya.

"y/n kau sudah selesai? Ah aku mau berbicara jangan dulu potong omonganku"
Han yang semula berbaring merubah posisinya menjadi duduk dan bersender pada ranjang.

Dia menarikku agar lebih dekat dengannya.

"Sudah lama .."
Ucapnya tergantung.

"Apa?"

"Em sudah lama saat Moori telah terlahir di dunia ini. Kita.."

"Apa sih Han kalau ngomong suka gini mulu perasaan"

"Yaa udah lama aja kita gada waktu berdua y/n!"
Wajahnya berubah menjadi kesal. Ah sial dia mulai lagi.

"Sekarang apa apanya Moori terus, aku mau ini itu ga bisa"

Hey tunggu apa dia cemburu kepada anaknya sendiri?

"Dasar bego"
Aku memukul kepalanya dan dia meringis kesakitan.

"Kamu cemburu sama Moori? dia itu anakmu sendiri. Siapa suruh waktu itu kepengen cepet cepet punya anak hah!"

"Ya aku memang kepengen punya anak, tapi waktu buat kita berdua ga harus kurang kaya gini"
Apa apaan dia jawabannya membuatku muak.

"Kamu pikir Moori bisa melakukan semuanya sendiri. Dia masih bayi mangkannya kenapa pandanganku tak pernah terlepas darinya!"

"Tapi kan kamu ga harus cuekin aku kaya tadi sayang"

"Kau yang memulai duluan"
Aku makin kesal dibuatnya.

Han seketika menarikku kembali dan membuatku terbentur di dadanya

"Ya aku belum memulai"
Tatapannya berubah dan dia memunculkan senyuman mematikannya.

Apa maksudnya dari awal dia yang sudah membuat moodku hancur.

Tangannya mengelus puncak kepalaku. Hidungnya pun ikut menempel mencium aroma shampo pada rambutku.

Mungkin Han ingin aku manjakan. Perhatianku kepada Moori memang membuat Han terlupakan.
Ya ini salahku, tapi tetap perempuan harus menaruh gengsi kepada lelaki.

"Sayang.. kamu pakai Sampoku?"

Ah aku sampai lupa kalau aku harus pergi ke toserba. Perlengkapan dirumah sudah habis.

"Em Sampoku habis. Aku belum belanja kebutuhan yang sudah habis"

"Nanti sore kita pergi berbelanja bersama saja sekalian aku mengajak Moori bermain di taman"
Pinta Han dan aku mengangguk tanda persetujuan.

Han semakin mendekap tubuhku dan tangannya tak mau diam. Huh

Aku membetulkan posisi ku dan sekarang malah Han yg menyender di badanku. Wajahnya bersembunyi di cengkuk leherku dan bisa aku rasakan hembusan napasnya yang menabrak kulit leherku. Itu menggelikan.

Kali ini aku mengusap puncak kepalanya dan ikut membalas pelukannya.

Seakan tubuh kami yang berbicara dan suasana menjadi hening.

Pergerakannya semakin liar. Tunggu apa yang dia lakukan

"Han bukankah sore nanti kita akan pergi!"
Han tersentak dan menghentikan aktivitas di cengkuk leherku.

"Iya. Kenapa?"
Jawabannya polos sekali. Aku heran bagaimana menyadarkan pria mesum yang selalu bertingkah polos sepertinya.

"Yaa nanti berbekas Han Jisung"
Kesalku dan sekarang wajahnya kembali seperti semula. Dia menariku dan badannya menindihku. Dan tangannya membelai rambutku.

Dia memajukan wajahnya agar sejajar dengan wajahku. Senyum smirknya terlihat kembali dan dia mulai berbisik..

"Akan aku usahakan tak berbekas sayang.."

End



















Anjir aku abis bikin apaan sih :"))
Gajelas banget

Oh ya seperti ini lah kira kiranya visualisasi Han Moori 😅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh ya seperti ini lah kira kiranya visualisasi Han Moori 😅










Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Imagine [STRAYKIDS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang