-Jangan pernah berpikir 'coba kalau gini...' atau 'coba kalau gitu...' Hidup ini cuman sekali yang kita jalani ini, bukan tentang coba-coba.- Agista Putri Maharani
AGIS bangun terlampau siang, itupun karena mengecek handphone yang bersahut-sahutan saling berbunyi. Didapatinya beberapa chat gaje grup kelas, chat Oryz yang pamer tengah hangout, chat dari Ezra yang memberi tahu ada latihan band untuk pensi, dan chat Irgi yang mengabarkan bahwa telah berada di rumahnya. Loh?
Secepat kilat Agis segera keluar dari kamar dan menuruni tangga demi melihat Irgi yang sudah siap duduk di ruang makan dengan Bik Min yang sibuk menawari ini itu.
Agis sempat menguap sejenak sebelum benar-benar ditemuinya Irgi. "Pagi banget lo Gi."
"Jam sepuluh lo kata pagi banget?" tanya Irgi begitu santai membuat Agis hanya tersenyum ringan sembari mengucek pelan mata yang masih dirasa ngantuk itu.
"Semalem gimana?"
Agis menepuk pelan jidatnya mendengar tanya yang terlontar dari Irgi.
"Lo kemaren gak dateng kan Gi?" Bukan sekadar tanya, Agis justru menyelipkan harapan di sana.
"Gue dateng, mana ada gue biarin lo yang ngomel-ngomel gitu di kafe. Takutnya diusir keluar dan gue gak jadi saksi. Sayang kan," Irgi masih saja sempat bercanda meski tak dihiraukan oleh Agis yang tengah sibuk dengan rasa bersalahnya.
"Ah, Irgi maaf. Gue kemaren gak lihat lo."
Melihat Agis yang terlihat begitu bersalah membuat Irgi tersenyum ringan, "Santai aja ntar kalo gue muncul lo yang ribet lagi. Lo sama Ezra kan baru aja baikan."
"Duh gue jadi ngerjain lo banget dong, udah minta ditemenin malah gue sibuk sama Ezra. Maaf."
Agis menundukan kepala dan mengarahkan kedua tangan yang disatukan pada Irgi. Seolah memohon dirasanya perlu.
"Enggak diterima sebelum lo nemenin gue jalan hari ini."
"Eh?" Agis segera mendongak dan didapatinya ekspresi Irgi berubah datar.
"Kenapa? Takut Ezra marah lagi?"
Dengan tawa kecilnya Agis kembali berujar, "Hehe enggak kok." Mata Agis kemudian tak sengaja teralihkan pada satu kertas dekat gelas minuman Irgi berada.
Agista, nanti malam bisa kita bicara?
Love
Mamah"Kalo itu yang jadi masalah, gue gak bakal nyulik lo sampe malem kok."
Melihat Irgi yang ternyata ikut membaca apa yang Agis baca seketika membuat Agis menggeleng pelan. Diambilnya paksa kertas itu dan segera diremas Agis hingga tak berbentuk.
"Eh bukan. Sampe tengah malem gue juga rela Gi. Gue mandi dulu, lima menit deh." Agis segera berlari dari hadapan Irgi yang masih menggelengkan kepala pelan.
☀☀☀☀☀
Pintu mobil di samping Agis telah terbuka dari depan. Dengan senang hati Agis pun ikut turun dan melangkahkan kaki kecilnya di samping Irgi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRA
Teen FictionBerkat Ezra, Agista banyak belajar perihal mencinta dan bahagia. Berkat Irgi, Agista banyak mengerti perihal dicintai dan tersakiti. Berkat cinta, ketiganya sibuk terombang-ambing dalam peliknya rasa. A great rule about love. Akankah mampu menyelesa...