-Gue tau sulit juga buat lo untuk menghindar dari orang yang lo sayang- Ezranus Oktavian
EZRA sudah menyesap teh ketiga kalinya dengan sepenuh hati. Reika pun terlihat gelisah ikut menanti. Sementara yang ditunggu---Agis---tak kunjung pulang atau sekadar mengabari.
"Itu loh Zra, tadi kata Bik Min pergi sama anak yang tinggal di depan rumah. Kalau enggak salah namanya..."
"Irgi ya Tan?"
"Eh iya itu." Reika beralih tersenyum singkat, bahkan hampir tak terlihat. "Tante tahunya teman Agis hanya kamu dan Tere. Tante melewatkan banyak hal tentang Agis ya Zra."
Guratan kesedihan itu tak dapat ditepis meski tertutup senyuman manis sekalipun. Ezra paham, Reika merindukan masa itu, masa dimana Agis pun sama hebatnya merindu.
"Agis melewati banyak hal berat sendiri. Bahkan Tante gak bisa membantu itu. Tante..." Hanya isakan tangis dari Reika yang terdengar selanjutnya, kata yang masih ingin tersampaikan ditelan begitu dalam, oleh tangis yang kini mendominasi.
"Tante gagal Zra jadi mamah untuk Agis."
Ezra tak dapat bereaksi banyak, hanya mampu terdiam dan menyalurkan simpati lewat satu tanda kepahaman. Karena banyak kesedihan tak memiliki obat pasti, yang Ezra punya hanya mengerti, tanpa perlu banyak memberi tanya akan apa yang terjadi.
Tak lama selepas obrolan itu berakhir, suara mobil yang terhenti tepat di depan gerbang rumah membuat Reika tergerak juga mendekat ke jendela dan melihat siapa yang berada di baliknya. Ezra yang rupanya turut membuntut pun ikut melihat Agis yang tertawa kecil di hadapan seorang lelaki yang tak jelas wajahnya namun dapat Ezra ketahui pasti ialah Irgi.
"Ezra... Sebaiknya Tante masuk saja, daripada mengacaukan suasana hati Agis yang terlihat bahagia."
"Tapi Tan..."
Belum sempat Ezra menyuarakan jawabannya, Reika lebih dulu meninggalkannya dengan satu tepukan terarah di bahu. Ezra berbalik memandang punggung Reika yang kian menjauh. Punggung yang penuh beban kesedihan, dan menjadi saksi akan keterpurukan itu pasti telah lama kehilangan sandaran juga, sama dengan Agis sendiri.
Beralih ke luar rumah, Ezra pun semakin mempercepat langkah kakinya hingga tak lama sudah berada tepat di depan Agis dan Irgi yang kini terlihat mematung. Melihat satu buket bunga yang sedari tadi di genggaman tangan Agis, hanya mampu menjadikan Ezra tersenyum datar untuk bereaksi.
"Loh Zra? Sejak kapan?" Agis beralih melihat ke halaman rumah dan mendapati motor Ezra memang telah terpakir di sana, di sebelah mobil yang seketika membuat bibir Agis bergaris datar.
"Cukup lama sampai gue cerita banyak sama Tante Reika, Jis."
Irgi sempat berdeham melihat Agis terdiam dan semakin menjadikan suasana canggung.
"Eh iya, pertemuan kalian kayaknya waktu itu enggak enak banget suasananya. Belum ada perkenalan resmi juga, so Ezra kenalin ini Irgi, dan Irgi ini Ezra."
Satu tangan Agis dibiarkan terulur meraih sebelah tangan kanan keduanya dan menyatukannya dalam sebuah jabat tangan.
"Yaudah Ta, gue masuk dulu. Duluan bro," ujar Irgi disertai tepukan sekilas di bahu Ezra.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRA
Teen FictionBerkat Ezra, Agista banyak belajar perihal mencinta dan bahagia. Berkat Irgi, Agista banyak mengerti perihal dicintai dan tersakiti. Berkat cinta, ketiganya sibuk terombang-ambing dalam peliknya rasa. A great rule about love. Akankah mampu menyelesa...