chap 12

4.4K 392 35
                                    

"Tolong jelaskan, Kazekage-sama." Suara rendah Naruto menyeruak meminta perhatian penuh pada orang yang dimaksud.

"Penjelasan akan anda terima saat di ruang pertemuan nanti, Hokage-sama." Jawab Gaara tenang masih tak perduli mengingat moodnya yang hancur berantakan.

"Oi.. Gaaraaaaaa.." Teriakan Naruto kini yang menggelegar.

Shikamaru hanya membuka mata sekilas kemudian menutup kembali.

"Ada apa, Naruto?" Tanggap Gaara sambil membalik kertas laporan.

"Kau tahu yang kumaksud bukanlah masalah pertemuan para Kage sialan ini." Geram Naruto.

"Ya, aku tahu." Asal Gaara.

"Dan?" Tuntut tak sabar Naruto, tak ingin berbelit-belit.

"Hah, Jangan mengungkit hal itu, Naruto." Gaara menghela nafas lelah.

Braaak..

Untung meja Gaara kokoh.

Tipikal Naruto sekali. Membuat kerusuhan untuk mendapatkan sesuatu.

Naruto sadar kalau Gaara sedang keadaan kurang menyenangkan, aura hitam menguar kemana-mana.

Tapi ia benar-benar butuh penjelasan mengenai apa yang ia lihat sekilas tadi.

"Gaara.." Tuntut Naruto kembali.

"Dari pada kau seperti itu terus. Lebih baik aku yang bertanya lebih dulu. Buat apa kau berbuat sejauh ini hanya untuk gadis yang kau gantung lebih dari dua tahun perasaannya?" Gaara tetap melanjutkan aktivitasnya sembari melirik Naruto.

Sabaku Gaara akan berbeda gaya bicaranya hanya pada satu orang. Yakni Uzumaki Naruto.

Bukan apa-apa. Tapi Gaara hanya malas mengulang perkataannya sehingga ia selalu menggunakan bahasa yang lebih mudah Naruto serap yang tentunya ia harus berbicara panjang lebar dan ekstra sabar.

Bagi Naruto sendiri kalimat pertanyaan itu benar-benar menohoknya.

"Kau tahu?" Tanya Naruto ragu.

"Siapa yang tidak tahu kalau kau terus mengirim burung-burung pesan itu padaku dan pada gadis itu. Dan jangan lupakan fakta dibalik kedatanganmu kemari yang berkedok pertemuan sialan ini juga."

Gaara menambah kata 'juga' karena ia juga terganggu karena pertemuan ini. Ia jadi tidak bisa lebih lama bersama si gadis Hyuuga berkat ide gila Shikamaru, Gaara memincingkan mata melihat calon kakak iparnya.

"Ah, kentara ya. Baiklah lupakan. Bisakah kau jelaskan Gaara. Apa yang dilakukan teme di sini? Apakah aku benar melihat Hinata? Dan apakah aku tadi berhalusinasi melihat Hinata ada dipelukan Sasuke?" Berondong Naruto.

Akhirnya sebut merk Naruto, sekarang lihatlah Gaara bertambah buruk auranya.

"Pertama kau bisa tanyakan sendiri pada si teme mu itu. Kedua, ya kau meliha'nya'. Dan yang ketiga, kau tak berhalusinasi." Jawab Gaara dengan ogah-ogahan.

Naruto terdiam.

Terlalu lama. Gaara yang tak perduli kini mengangkat wajahnya melihat Naruto.

Tangan Naruto mengepal. Memejamkan mata dengan kuat. Ia sedang menahan emosinya sekaligus kekuatannya. Bahkan Gaara bisa merasakan masih ada chakra yang luar biasa menguar dari tubuh Naruto.

"Jangan Hancurkan tempat ini percuma. Kau akan menikah jangan melibatkan diri dalam masalah." Tutur Gaara santai, berusaha lebih rileks.

Naruto membuka matanya dan melihat Gaara yang menggulung gulungan yang selesai ditandai.

LAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang