chap 16

4.7K 378 85
                                    

"To - Narutooo.." Sakura melambaikan telapak tangannya di depan wajah Naruto yang lempeng.

"Y - Ya Sakura?" Naruto gelagapan.

'Tidak ada -chan?' batin Sakura mulai gelisah, lagi.

"Cepat selesaikan. Setelah itu kau bisa istirahat pulang." Sakura merapikan kertas yang ada di meja Naruto sekilas ia melirik Shikamaru yang masih terpejam di kursi tamu.

"SHIKAMARU!!!"

"Hah?" Shikamaru membuka mata malas dan berjalan gontai ke depan meja Naruto, mulai memilah kertas - kertas yang berserakan.

"Bagus. Begini akan lebih cepat." Sakura kembali seperti biasa.

Naruto hanya melihat pada Sakura yang sedang memunggunginya karena memasukkan gulungan - gulungan yang sudah ditanda tanganinya.

Dulu ia begitu memuja Sakura. Bahkan Sakura adalah alasannya untuk sering berkelahi dengan Sasuke.

Bagaimana sekarang?

Bagaimana ini?

Bagaimana nanti?

Bagaimana Hinata?

Hi - na - ta?!

Sejak dua jam yang lalu Naruto sudah menghilangkan bunshin yang mengikuti Hinata.

Apa - apaan itu. Hinata bahkan memakai yukatta sederhana milik klan Uchiha yang dengan mudah diketahui Naruto meski lambang kipas Uchiha itu kecil dan terletak di ujung yukatta yang berwarna senada rambut Sasuke.

Sukar diakuinya bahwa Hinata sangat indah dengan yukatta itu.

Naruto juga tahu bahwa Sasuke sudah mengetahui lebih awal bunshinnya dan ia sengaja, lagi pula tidak akan bertahan lama dari insting buas Sasuke jika ia bersembunyi.

Naruto tidak tahu ia harus berterima kasih atau memukul Sasuke. Sering kali ia melihat tangan Sasuke merangkul Hinata untuk menghindarkan Hinata dari tubrukan bahu - bahu orang besar di pasar yang ramai dan menggandeng telapak tangan Hinata untuk menempel dengannya.

Kenapa Hinata tidak menghindar sendiri? Kenapa Hinata tidak melindungi dirinya sendiri? Kenapa Hinata begitu senang saat Sasuke melindunginya?

Sialan ia akhirnya tahu bahwa Hinata bergantung pada Sasuke. Hinata bisa menjadi gadis biasa saat bersama Sasuke.

"Sial!" gumam Naruto sambil memukul meja pelan.

Shikamaru hanya melihat malas sambil mengerjakan tugasnya yang sedikit lagi selesai dan Sakura sudah pamit undur diri saat merasakan cakra Tsunade hanya beberapa meter darinya. Memang dasarnya Sakura tidak diperbolehkan keluar rumah menjelang pernikahan, wajar saja ia merasa takut.

Rasa yang begitu ingin memiliki begitu kian mengental dalam diri Naruto. Apalagi saat Hinata mengakhiri perjalanan menyenangkannya dengan Sasuke.

Naruto melihat Hinata memasuke gerbang mansion klan Uchiha dengan mengait lengan Sasuke sambil tertawa lepas. Ia merasakan rasa tidak suka itu. Rasa benci.

Ia sadar sekarang sangat sadar bahwa ia menginginkan Hinata.

.

"Naruto, jangan sampai kau berbuat hal-hal merepotkan."

Niat hati Shikamaru hanya ingin mengingatkan Naruto tapi tatapan tajam dari sepasang saphire yang berkilat adalah balasan yang ia terima.

"Kau masih ingin di sini?" Shikamaru sambil menguap mengatakannya

"..."

"Mendokusei.. Aku pulang Hokage-sama. Sebaiknya kau benar-benar memgikuti saranku, aku tidak sedang main-main. Kebaikanku kemarin adalah salah satu toleransiku sebagai temanmu dan juga bawahanmu. Jika kau ingin membuat ulah lebih lagi aku sudah angkat tangan." Shikamaru berdiri di ambang pintu sambil menatap samping ruangan dengan mata melirik Naruto.

LAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang