Prolog

78 13 0
                                    

Neza, dengan nama lengkap Yonezha Kiadisty Zaynka, perempuan ber-rok span abu itu tersenyum manis melihat hasil karyanya yang ditempel dimading sekolah.

Ia bukan OSIS, apalagi anggota perangkat lainnya. Ia hanya seorang siswa yang memang berada ditengah-tengah organisasi, namun ia tak mengikutinya satu pun.

Karena ini memang jadwal kelasnya untuk mengisi mading, jadi ia sebagai sekretaris kelas berhak ambil andil untuk mewakilkan ketua kelasnya yang sedang sakit.

Hari sudah mulai petang, dengan menunjukan senjanya. Sekolah pun sudah sepi sedari tadi. Ia tak sendiri, ia bersama Abel, sahabatnya. Namun, sahabatnya itu meminta izin untuk membeli minuman dikantin sekolah yang masih buka.

Derap larian memenuhi pendengaran gadis itu, Neza menoleh dan mendapati sahabatnya, Abel, yang tengah berlari kearahnya sambil mengusapi matanya.

"Nez-"

"Lo kenapa?"

Abel memeluk Neza, meluapkan semua isak tangisnya dipundak Neza. Neza membiarkannya.

"Ternyata lo bener, hiks-"

"... -Lo bener, seharusnya gue sadar diri."

"Kenapa bel? Bilang sama gue," Neza mengusap punggung Abel, berusaha menenangkan.

"Kak Nur-"

"Nuran? Kenapa sama tu orang?" Neza melepaskan pelukan Abel dengan pelan, setelah tangis Abel mereda.

"Kak Nuran, hiks deket sama gue. Cuma karna gue dijadiin objek ta-taruhan hiks-"

Mendengarnya, mata Neza membulat tak menyangka.

"Yang bener?!"

Abel mengangguk, sambil mengusap air matanya disudut mata.

"Perlu gue apain?!" Neza mulai terpancing emosi.

Abel menggeleng tidak perlu.

"Emang bener, cuma gue yang baper hiks. Seharusnya gue nggak perlu pake perasaan segala.

Gue terlan-jur sakit hiks-

Gue nyesel ngeladenin dia pake hati gue, g-gue nyesel pernah suka sama dia hiks,"

Tangan Neza terulur untuk mengusap air mata Abel, ia cukup prihatin melihat keadaan sahabatnya ini. Bagaimana pun ia harus melindunginya.

"Lo yang tenang, emang ngga ada pantesnya dia dapetin lo. Lo sabar dulu,biar gue beresin."

Neza membereskan alat alat yang digunakan untuk mengisi mading tadi, setelah semuanya selesai ia bergegas pulang.

"Yuk, udah ah." Abel yang keliatan lebih diam dengan pandangan kosong pun mengangguk.

Let's play the game!

Partner BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang