Eleven

25 5 0
                                    

"Pegangan," titah Nuran.

Neza mendengarnya meskipun samar.

Jantungnya berpacu saat Nuran menarik tangan kirinya untuk melingkar diperutnya.
Neza masih tak berkutik, mencerna perlakuan Nuran padanya.

Sampai Nuran menjalankan motornya pun ia masih diam.

Saat Nuran berhenti dilampu merah, ia melirik kearah spion Belakang dan tersenyum kecil dibalik helmnya.

"Woyy!"

"Kesambet tau rasa!"

Kata-kata tersebut bagaikan pemecah saluran pemikiran Neza, mengembalikan kepada kesadarannya.

Neza segera menarik tangan kirinya yang masih setia melingar diperut Nuran yang terlapisi seragam pramuka.

"S-sorry,"

Kok gue jadi grogi gini - batin Neza berkecamuk.

Nuran tak menanggapinya dan melajukan motornya saat lampu sudah hijau.

"Btw, rumah lo dimana?" tanya Nuran dengan sedikit berteriak agar Neza mendengarnya.

"Apaa?!" Neza mendengarnya, namun samar.

"RUMAH LO,"

"INI DIMANA?"

"ARAH SIMPANG TIGA PERUM BUMI RAKSA,"

"ASTAGA, RUMAH GUE KELEWATAN!!"

Nuran menepikan motornya ditrotoar yang teduh.

Ia melepaskan helmnya, dan merapikan sedikit rambutnya yang berantakan.

"Rumah lo dimana sih?!"

"Perum Golden,"

Nuran diam. Ini sudah terlewat jauh, sekitar 6km dari Perum Golden.

"Kenapa gak bilang?!"

"Kenapa gak nanya?!" Neza bersedekap dada, memandang Nuran malas.

Jika memang tak niat mengantarkannya pulang, untuk apa berniat mengantar. Neza pikir, ia tau.

"Lagian lo sih, pake segala nganter gue pulang!"

Nuran mengacak rambutnya kesal.

-

"Maafin gue."

Neza menatap Nuran bertanya. Mereka sudah sampai didepan gerbang rumah Neza.

"Kenapa?" Nuran mengangkat alisnya saat Neza menatapnya bingung.

"Enggak, maaf buat apa?"

"Semuanya. Gue denger lo tadi dibully, maafin gue."

Neza tersenyum tipis.
"Bukan salah lo."

Satu point yang Neza ketahui. Nuran tak sungkan mengucapkan maaf, meskipun itu bukan kesalahannya.

"Hm, gue balik!" Neza mengangguk.

Nuran memakai helm dan memutar balik motornya.

"Terima kasih." ucap Neza.

Entah didengar Nuran atau tidak, setelahnya motor Nuran melaju menjauhi rumahnya.

Neza memasuki rumahnya.
Rumah minimalis yang dibilang cukup besar untuk ditinggali 3 orang remaja yang beranjak dewasa.

Rumahnya nampak rapi, meskipun disini tidak memiliki pembantu atau pekerja lain.

Rumah minimalis ini nampak sepi, padahal hari memasuki senja.

Partner BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang