Five

18 10 0
                                    

Neza berjalan memasuki Rumah Sakit dengan terburu, ia cukup menghawatirkan sahabatnya itu.

Sejak kejadian tadi, kejadian yang menggemparkan sekolah. Neza langsung ijin pulang dengan alasan tak enak badan.

Untungnya saja tadi pagi ia berangkat menggunakan mobil. Jadi ia bisa langsung berangkat ke Rumah sakit tanpa menunggu lama.

Ruang tulip kamar 9

"Nah ini ni," Neza bermonolog saat sampai didepan ruangan yang mama Abel katakan saat di telefon tadi.

Cklek

Neza membuka pintu kamar rawat Abel dengan perlahan, takut mengganggu sesiapa yang ada didalam.

"Assalamualaikum, siang tantee." sapa Neza, disambut dengan senyum hangat Dena-- mama Abel.

Pandangan Neza menyeluruh, dilihatnya hanya ada Dena-- Mama abel yang sedang menyuapi Abel.

"Waalaikumsalam eh Neza,"

Neza menyalami Dena, dan pandangannya beralih ke arah Abel yang sedang menatapnya juga.

"Kok udah kesini? Perasaan belum waktunya pulang deh," selidik Abel memicingkan matanya.

Pasalanya waktu pulang masih beberapa jam lagi.

"Yee, udah bagus gue tengokin."

Abel memberengut, dan melanjutkan makannya. Neza mengambil duduk di kursi sofa yang ada diruangan itu.

"Kamu udah makan sayang?" tanya Dena.

"Belum Ama,"

"Mau makan sekarang?"

"Nanti aja ma,"

Beberapa menit kemudian, Abel telah menyelesaikan acara makannya.

"Sayang, Mama titip Abel ya. Mama mau pulang dulu ambil baju Abel, nanti Mama kesini lagi."

"Oh iya Ama, tenang nanti Abel Neza jambakin."

"Heh!!" Abel mendelik.

Sedangkan Neza menyengir kuda, Dena hanya menggeleng melihat keduanya.

Setelah Dena keluar dari ruangan, Neza mulai mencari tau penyebab dropnya si kuat ini.

"Lo sebenernya kenapa si Bel? Gue khawatir tau," Tanya Neza mendekati brangkar Abel.

Abel tersenyum tipis "Gue nggak papa kali Nez, gue cuma shock aja."

"Shock?" Abel mengangguk.

-

"Awss..shh pelan dong tante."

Ringisan Nuran yang kesekian kalinya terdengar memilukan, pipinya memerah, sangat.

"Sesakit apa sih Ran?" Tanya Irgi yang ikut meringis kala melihat Nuran yang sangat kesakitan.

"Lo pernah di selingkuhin nggak?" tanya balik Nuran.

Irgi berdecak sembari memutar bola matanya malas "Ck, keadaan lagi kayak gini mending lo nggak usah nyindir gue deh," Karrel sampe terkekeh melihat kedua sohibnya dan melanjutkan mengompres pipi Nuran dengan esbatu.

"Gue baper anjir, dia nampar di pipi sakitnya sampe ke hati," ucap Nuran memegangi dadanya yang memang terasa ngilu.

"Jantungan kali lo," cibir Irgi.

Partner BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang