ENAM BELAS

1.2K 59 0
                                    

Waktu bergulir, sudah hitungan tahun berjalan. Ayu tak larut dalam kesedihan. Hanya sesekali menagis. Kemudian bangkit berdiri dengan sejumlah aktivitas yang padat.

Setiap hari tak pernah kosong aktivitas. Selain belajar Ayu juga selalu menyibukkan diri dengan kegiatan ekstrakurikuler. Pramuka, LDKS, OSIS, ROHIS, dan semua rutinitas lainnya.

Tak ada kata lelah baginya. Sekolah adalah ruang kebebasan ekspresi dan menggali potensi diri. Hanya ketika sekolah, Ayu dapat menyalurkan semua kemampuan diri. Kelak mungkin takan bisa terus menempuh pendidikan.

Nilai akademik Ayu masih nomor satu. Sudah tak ada lagi jalan bebek di lapangan. Ayu berangkat lebih giat. Kadang jika telat hanya seperempat jam kang Ismail akan mempersilakan masuk tanpa hisab. Maksudnya tanpa interogasi. Siswa menyebut sebagai hisab sekolah. Di mana jalan bebek atau penghormatan pada bendera adalah hukumannya. Satu jam pelajaran penuh menghormat bendera dan jadi bahan tontonan seluruh penduduk sekolah.

Ayu melangkah maju menepati Azam di hati. Boleh kalah dari satu sisi tapi akan menang dalam sisi lain. Kekalahan bukan alasan untuk mundur selangkah. Tapi, alasan untuk berlari seribu kaki. Ayu buktikan semua dengan prestasi gemilang.

*****

Cindy ....

Seorang gadis berperawakan tinggi semampai. Terlahir dari orang tua yang kaya raya. Ibunya seorang eksekutif di perusahaan proferty. Ayahnya adalah seorang manager di perusahaan BUMN.

Jangan sebut soal rupiah atau harta kekayaan. Berbagai fasilitas mewah nan wah menjadi barang keseharian. Beberapa lembar kartu ATM memenuhi dompetnya. Hidupnya laksana putri. Tak pernah kurang satu apapun. Hanya, kasih sayang dan perhatian orang tua minus dari tangan Cindy.

Uang atau barang branded tak pernah terlewat di tangan, jika di inginkan. Tinggal jentik jari semua akan menjadi koleksi.

Cindy tumbuh di asuh uang bukan kasih sayang sedari lahir. Jika mengenal cinta, pangkuan dan belaian hanya dari Mbok Darmi sang pengasuh yang setia melayani sedari ibunya balita hingga kini telah berkeluarga dan mempunyai anak gadis. Mbok menyayangi seumpama putri sendiri.

Lewat tangan wanita paruh baya itu, Cindy tahu jika dirinya berharga tanpa di nilai rupiah. Karena kasih sayang bagi orang tuanya adalah gepokan dolar. Namun, tidak bagi Mbok Darmi. Janda tua tanpa anak itu bahkan tak meminta gaji atas semua bakti. Cukup baginya mempunyai tempat tinggal dan bisa merawat Cindy dengan kasih sayang.

Bagi orang tua Cindy jika ATM penuh maka semua akan teratasi. Tak pernah tahu jika anaknya juga rindu belaian kasih sayang. Bukan selalu uang dan uang.

Cindy mencari panggung di luar rumah. Ketika ada kesempatan menjadi gadis sampul. Dengan mudah menjadi salah satu kontestan unggulan. Melejit menjadi nomor Wahid. Akhirnya dengan mulus melenggang menjadi juara pertama.

Paras yang cantik dan perawakan tinggi semampai. Adalah bekal lolos segala tes. Dengan cepat semua sorot mata tertuju padanya. Dalam sekejap namanya sudah membahana.

Fans yang berjibun selalu mengerubuti ke mana pergi. Mantan pacar seperti pakaian gonta ganti. Semua menyembah sujud seumpama Cindy berhala, mereka adalah pemujanya. Memuja Cindy bak orang gila.

Semua berubah ketika berjumpa Yudistira. Seorang pemuda calon dokter, putra tunggal dari seorang pensiunan jendral. Pembawaan yang cool dan kalem. Tidak seperti pemuda lainya dengan mudah menyatakan cinta meski baru beberapa kali berjumpa. Yudis berbeda. Membuatnya terpana.

Siang itu dalam satu jadwal pemotretan.

"Hayo ngelemong apa sih," tegur Mince sang make up artist.

ANAK GUNUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang