EMPAT PULUH DUA

1K 49 1
                                    


Hujan masih juga mengguyur bumi. Lalu lintas tak sepadat biasanya. Mobil Yoga melaju kencang menuju rumah sakit. Beruntung segera menarik tubuh Ayu. Ayu tak terluka sedikitpun. Hanya kelihatan syok lalu pingsan.

Ayu berjalan seumpama Zombi yang hidup tapi tanpa nyawa. Entah memikirkan apa. Seperti sedang menahan beban yang teramat berat. Yoga tahu Ayu tak baik-baik saja.

'apa ini akibat ulahmu, Dokter Yudis?
Jika ya, tak akan aku biarkan permata berharga terluka. Aku mengalah karena percaya kau yang akan bisa membahagiakan, bukan aku.'

Yoga menatap Wajah Ayu melalui kaca spion. Matanya sembab, Seperti habis menangis dalam waktu yang lama. Ayu pingsan karena tak kuasa menanggung beban.

Andai jika Tuhan perkenankan tak akan pernah Yoga ijinkan air mata itu menetes di pipi perempuan yang masih menjadi pemilik mahkota cinta. Masih bertahta tak tergantikan sesiapa.

*****

Yoga membopong tubuh Ayu yang pingsan menuju ruang IGD. Beberapa karyawan rumah sakit yang mengenali tampak bingung dengan yang terjadi.

Istri sang dokter pujaan bisa pingsan dan ditolong seorang pria gagah nan tampan. Ada apakah gerangan.

Yudis yang kebetulan sedang berada di lobi rumah sakit kaget bukan kepalang. Segera merebut Ayu dalam dekapan Yoga Haditama.

"Ayu, Sayang. Kenapa denganmu? Ada apa dengan istri saya, pak dosen?" tanya Yudis dengan panik sekaligus marah karena Ayu dalam dekapan Yoga meski tanpa sengaja.

"Itu pertanyaan saya, dok. Kau apakan istrimu?"

"Apa maksudmu?"

Yoga menggelengkan kepalanya.

"Suami macam apa kau ini. Istrimu barusan hampir tertabrak mobil karena menyebrang jalan sambil melamun. Entah kau sakiti dia dengan apa. Ayu berjalan dengan tatapan kosong bagai zombi tak bernyawa."

Geraham Yudis gemeletuk menahan amarah. Mana mungkin Yudis tega menyakiti Ayu. Perempuan yang begitu dicintai sepenuh hati. Jangankan hatinya kulit ari tergores Yudis tak rela.

Mereka bahkan tengah merencanakan liburan bersama sebagai bulan madu kedua. Yudis merasa tidak punya sedikit pun masalah. Ucapan yoga semua fitnah.

Hampir saja tinju melayang jika Ayu tidak memanggil. Ayu sudah mulai siuman.

"Kak, Ayu di mana?"

"Alhamdulillah, kamu sudah siuman. Di rumah sakit, Yu. Kamu lupa tadi pingsan saat hendak tertabrak mobil? Aku membawa kamu ke sini takut terjadi apa-apa," jelas Yoga.

Yudis kian marah. Yoga seakan pamer jika dia jadi pahlawan. Sudah berhasil menolong Ayu.

"Makasih, pak dosen. Alhamdulillah saya baik-baik saja. Kita pulang, Kak. Ayu tak mau jadi pasien. Kita akan pergi ke Lombok besok. Ayu belum packing. Ayo kita pulang, sekarang!"

Ayu mencoba bangkit meski sulit. Raganya begitu lemah. Ada yang menunggumu di sana. Akan Ayu wujudkan kebahagiaan di rumah megah keluarga yudis.

Ayu akan mempertemukan Yudis dan Stevy. Ingin mempersatukan dua hati yang lama terpisah. Kasihan Yudis harus tersiksa jika terus bersamanya tanpa cinta.

Sebelum pergi  Ayu sudah mengirim pesan pada Stevy  untuk bertemu di Gili Trawangan, Lombok.

Ayu menulis menggunakan ponsel Yudis. Dengan tangan gemetar. Satu kata yang ditulis seumpama Ayu menyayat luka di hati sendiri. Tiap kata ada luka yang menganga.

Sekarang saatnya memberi setelah sekian lama menerima. Luka ini mungkin tak seperih luka Yudis yang terpaksa harus menikahinya demi bakti pada Papa.

ANAK GUNUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang