Terlepas dari perjalanan menikmati semesta kini ia harus kembali ke tempat dimana ia memulainya.dirinnya sudah teramat asing untuk berjumpa dengan keluargannya.akhirnya ia memutuskan untuk menetap terlebih dahulu dan memulai usaha baru,dari sisa perjalanannya ia masih memiliki separuh uang untuk modal.dirinnya yang cinta akan seni tangkap gambar memutuskan untuk menjadi photografer.ia akan membuka sebuah studio.walaupun penghasilannya tidak menentu tapi itu bukanlah masalah besar.memotret keindahan pelosok negeri ini adalah impian terbesarnya akan sangat mengagumkan jika studionya dihiasi sudut sudut negeri ini.
Duduk dideretan kursi panjang seorang lelaki berambut gimbal sedang mengotak atik kamera yang diselimuti dengan debu
"arman kamu yakin dengan keputusanmu"tanya seorang lelaki sembari menyodorkan sebuah kain kepada arman
"aku sudah memikirkannnya,kerja kantoran membuatku pusing dan membosankan.aku memilih ini karena aku menyukainya."tegas arman
"tapikan penghasilannya lumayan"jawab lelaki itu sambil sesekali meneguk kopinnya
"sudahlah fadil,kan bahagia tidak selalu tentang harta,aku pun tidak terlalu menyukai pekerjaan itu"jawab arman
"baiklah jika itu mau mu,trus bagaimana dengan masa depan mu"tanya fadil
Mendengar pertanyaan itu arman berhenti sejenak ia melihat tajam mata sahabatnya itu kemudian tersenyum
"jangan khawatirkan ku teman, biarkanlah langkah kaki ku yang menuntunku pada sebuah takdir"jawab arman sambil memegang pundak fadil kemudian kembali mengotak atik kamerannya
***
Arman fauzi seorang lelaki yang lahir dari keluarga sederhana.ayahnya adalah seorang PNS dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga.ia tumbuh besar dari kasih sayang kedua orang tuanya.namun di usianya yang 19 tahun ia memutuskan untuk meninggalkan keluarganya.pertengkaran hebat dengan sang ayah membuat egonya semakin memuncak.ia berhenti dari pekerjaannya dan mengasingkan diri.
Dengan berbekal restu sang ibu dan beberapa modal yang ia siapkan.perjalanannya dimulai bersama sahabatnya fadil abdillah menuju semesta yang belum ia injak.kini ia masih bergulat dengan ego sementara nurani selalu membujuknnya untuk pulang.
Jarum jam pendek menunjukkan angka 10 menandakan bahwa kegelapan mulai terlarut.namun itu tidaklah selalu benar.malam ini langit begitu cerah rembulan memancarkan cahayanya dengan gagah.bintang bintang begitu indah,berbaris tak menentu seakan melindungi rembulan dari gelapnya malam.cafe milik kakak fadil selalu menjadi persinggahan mereka untuk melepas penat.dimana arman dan fadil masih saja sibuk menyiapkan peralatan untuk memotret.arman ingin menyusuri setiap pelosok negeri ini untuk menemukan keindahannya.fadil yang sedari tadi membersihkan lensa kamera mulai berfikir tentang rencana arman.
"kapan dan dimana kamu akan memulainnya"tanya fadil memecah keheningan.
"aku pikir akan sangat bagus jika memulai dari pelosok barat lalu berakhir di ujung timur negeri ini"jawab arman kemudian berdiri menghampiri pintu cafe sambil memainkan pulpen di atas jemarinnya
Belum sempat fadil mengeluarkan suarannya arman melanjutkan perkataannya.
"tapi aku masih tidak tau kapan akan memulainnya dan apakah aku akan kembali"tegas arman
Keheningan malam kembali menampakkan wujudnya angin berhembus masuk dari sela sela saluran udara mendinginkan suasana.tak seorangpun bersuara mulut terkunci bagaikan es yang membeku.suara langkah kaki terdengar nyaring hingga pada detik ke sekian suaranya tiba tiba berhenti.fadil menepuk bahu arman
"gapailah impianmu teman janganlah menyerah sekarang bukankah kau yang mengajarkanku untuk tetap bangkit.dan soal kau akan pulang atau tidak,biarkan kakimu yang mengarahkanmu.petualanganmu akan berarti jika kau disini menceritakannya."ucap fadil yang sebenarnya tidak rela jika sahabatnya kenapa kenapa namun ini adalah impiannnya.ia harus setuju
Malam ini menjadi pengalaman berharga bagi sepasang sahabat itu.fadil yang harus menghadiri kuliahnya besok harus pamit undur diri.sebelum ia pergi,sepatah kata terucap dari mulutnya
"petualangan adalah impianmu dan pulang adalah tujuanmu."fadil tersenyum kemudian menghilang dari ketiadaan cahaya
Sesaat setelah kepergian fadil.arman yang sedang menikmati kopinya seakan terinspirasi dari perkataan fadil.
"sebelum aku pergi aku harus persiapkan segalanya aku tidak ingin petualangan ini berakhir dengan cerita yang membosankan."gumam arman dalam hati
***
Matahari yang mulai meninggi tatkala seorang lelaki gimbal menyusuri lorong lorong untuk mendapatkan sebuah karya yang menemani perjalanannya.topi convers kebanggaannya menjadi pelindung dari sinar yang dapat menghitamkan wajah.cuaca sekarang tidaklah bersahabat.suhu yang ia keluarkan mencapai 33'C inilah yang ia benci dari sebuah kota keasriannya sudah menghilang ditambah polusi udara yang memburuk akibat kendaraan yang sudah tidak layak pakai.karena mulai capek dan tidak tau kemana mencari lagi akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat sejenak.
Taman menjadi tempat yang sempurna untuk melepaskan penatnya.ditangannya terdapat secarik kertas yang menjadi pengingat sebuah karya yang sedang ia targetkan.langit yang cerah seketika berubah menjadi segumpalan uap udara yang siap sedia menjatuhkan isi perutnya.angin berhembus kencang secarik kertas yang sedari tadi ia genggam hilang begitu saja.
"kemana kertas itu,aku sangat membutuhkannya"panik arman sambil melihat kekiri dan kanan mencari daftar yang sudah ia siapkan.
Setelah sekian lama mencari dan tidak menemukannya.ia memutuskan untuk pulang dan mengikhlaskannya.
"mencari benda sekecil itu ditaman yang luas ini adalah hal yang fana.aku harus pulang langit sudah menumpahkan isinnya."gumam arman dalam hati
Niatnya untuk pulang saat itu terhenti.ada sesuatu didalam hatinya yang menarik untuk kembali ketaman.belum sempat ia membalikkan badan sesuatu dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang.BRUKKKK.tumbukan tidak dapat dihindari.jejeran buku melayang melayang di udara.saat itu percepatan gravitasi seakan diperlambat.
Arman hanya terdiam.semesta seperti berpihak kepadannya.ia menatap wajah wanita itu.bumi seakan berhenti berputar.jantungnya berdetak kencang mungkin karena mata sipit sang gadis ataukah gigi gingsulnya.mungkin jilbabnya yang dikibaskan oleh angin sepoi atau mungkin inikah cinta.ia tidak tahu yang ia tahu tumbukan ini berpihak kepadanya.
"maaf maaf aku tidak sengaja"ucap wanita itu sembari membereskan buku buku yang berserakan
Dengan secepat kilat wanita itu kembali berdiri.ia hanya melirik sekilas lelaki yang ditabraknya.kemudian kembali berlari menjauh, menyusuri trotoar,menghilang dengan waktu yang kembali berjalan normal.ia hanya meninggalkan sebuah jejak di dalam hati sang lelaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMECOMING
Teen FictionBerawal dari sebuah pemikiran yang terlampau jauh. Kehidupan yang nyaman dan monoton bukanlah seleranya. Ia lebih memilih untuk menjalani kehidupan sesuai dengan kehendak sendiri Namun seiring waktu berjalan dirinya dipropogandakan oleh ego dan nura...