Dengan gitar yang masih berada di dekapannya arman menatap tajam mata cokelat bundar wanita di depannya.dilihat dari lensa matanya yang mengecil,ia tahu wanita itu sedang memandangnya.
"kamu hanya belum berdamai dengan masa lalu. "suara seketika muncul dari mulut arman memecah keheningan
Lensa mata farah membesar ia mengubah fokusnya kedinding yang berada di belakang arman.
"aku tahu kamu sedang berpaling,banyak cara untuk menyembunyikan namun itu tidak akan menyelesaikan".
"kamu seperti kakakmu,masih saja belum berdamai tapi bedanya masa lalunya tentang cinta dan kau tentang ayahmu".
"aku kira kamu baru kenal dengan kakakku,kamu kok tahu banyak tentangnya".tanya farah
"tadinya memang begitu,setelah melihat foto di ruangan ini aku jadi ingat pernah sekelas dengan kakakmu".jawab arman lalu menunjuk bingkai foto yang tertera di dinding.
Memang terlalu
Farah bangkit dari duduknya.ia memandang foto berbingkai kayu itu.ia baru sadar selama ini foto itu menghiasi ruangan ini.mungkin ia terlalu terpaku dengan alat musik yang ada disini.
"aku baru melihatnya".
"mungkin kakakmu baru memasangnya".
"kalian semua sekelas."
"iya."
"bolehkah aku mengenal mereka."
"kenapa tidak."
Diruangan itu cerita masa lalu kembali terucap.antusias mereka seakan mengalahkan waktu yang sedang berjalan seolah mereka kembali ke masa itu.
"dan yang di samping kakakmu yang memakai topi kebelakang adalah ketua kelas kami hanya dia yang belum aku tahu kabarnya."
"apa dia ngak ngasih kabar."tanya farah
"terakhir yang aku tahu tentang dirinya.dia diterima di universitas di luar negeri.semesta sepertinya lebih tau dibanding kita"
"dan ini aku"sembari menunjuk dirinya di masa lalu
"kok ngak beda"
"tubuh memang tumbuh dan berkembang lain dengan wajah yang menjadi ciri khas"
"hahaha,maaf,kamu punya kawan yang baik"
"tidak mereka bukan sekedar kawan yang baik mereka adalah kawan yang mengagumkan"
***
Semesta yang kembali berubah warna menarik fajar untuk berpindah ke belahan bumi yang lain.sekarang arman harus undur diri.rutinitas kembali memangilnya.
Senja kali ini terasa istimewa.berada di antara penatnya kota tidak membuat arman mengeluh.sinar jingga menerpa wajahnya. Sayang untuk diabaikan,arman memilih untuk berhenti bukan untuk sekedar menikmati namun untuk mensyukuri.
"dari tatapanmu sepertinya kamu tidak lebih dari menikmati"seorang lelaki dengan perawakan yang gagah tiba tiba mengubah alur cerita
Tanpa menghiraukan pernyataan dari lelaki itu ia lebih memilih melihat senja yang akan membawanya dalam gelap malam bertemu bintang.
hari ini ia bertemu dengan bintang yang mampu membawanya kemasa lalu.namun bintang itu terlalu rapuh tapi ia belum tau peran sebenarnya
"masih seperti dulu,kamu tidak bisa mendengarkan baik orang yang berbicara,kau selalu punya ego untuk di menangkan"
Mendengar perkataan itu bukannya menoleh arman malah membalasnya sambil melihat senja yang sebentar lagi menghilang.
"bukankah kita semua memiliki setiap hal yang menyimpang satu sama lain dan untuk kau ..... ".
Belum sempat arman menceramahi seperti setiap saat.aswi lelaki yang bersamanya saat ini menutup kedua telingan dengan telunjuknya.
"inilah hal yang menyimpang di dirimu"lanjut arman sambil menunjuk tingkah laku temannya itu
"seperti yang kau katakan tadi kita punya ciri khas tersendiri, dan ngomong ngomong apa yang membawamu kesini.jangan bilang kamu ingin sengaja mampir kesini untuk menikmati senja.kamu terlalu munafik untuk mengiyakan".
"aku punya sebuah rencana"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMECOMING
Teen FictionBerawal dari sebuah pemikiran yang terlampau jauh. Kehidupan yang nyaman dan monoton bukanlah seleranya. Ia lebih memilih untuk menjalani kehidupan sesuai dengan kehendak sendiri Namun seiring waktu berjalan dirinya dipropogandakan oleh ego dan nura...