Pukul 05.47
Getaran jam weker membangunkan separuh dari diri arman,dengan spontan ia langsung mengetuk tombolnya agar segera berhenti.saat itu hujan turun sangat deras membasahi bumi.bintik bintik air hujan mengalir lambat dipermukaan jendela.arman yang masih setengah sadar melawan rasa malasnya untuk segera bangkit dari tempat tidurnya.kantong urine yang sedari tadi malam terisi penuh meminta segera untuk dikeluarkan.ia beranjak dari tempat tidur kemudian berjalan kearah wc
Pukul 10.26
Matahari belum menampakkan cahayanya.cuaca sekarang masih sama dari beberapa jam sebelumnya.hujan yang cukup deras menjadi penghalang terbesar untuk mencapai targetnya hari ini.arman masih mengincar beberapa karya yang gagal kemarin ia dapatkan. karena hujan yang tidak kunjung reda.ia akhirnya memutuskan untuk menjadi barista di kedai cafe milik kakak fadil.pekerjaan ini memang pekerjaan arman namun ia meminta cuti kepada kakak fadil beberapa hari ini.terpaut arman memang tinggal di cafe ini,ia memutuskan untuk bekerja sejenak menunggu matahari muncul memberikan harapan di setiap sinarnya dan kehangatan pada cahayanya
Arman sedang fokus meracik kopi espresso untuk pelanggan.menurutnya pekerjaan ini adalah sebuah seni.sentuhan yang ia berikan pada tiap kopi seakan mengalir kelidah pelanggan.
seorang lelaki berjalan kearah meja barista.ia memegang buku bersampul hitam mungkin itu catatan hariannya atau hanya sebuah buku tagihan,hanya dia yang tahu.arman yang mendengar suara langkah kaki memalingkan wajahnya ia membuka suara
"bang,kenapa suka dengan kopi"sapa arman.ini adalah kebiasaannya setiap pelanggan baru yang datang ia selalu bertanya demikian
Lelaki itu tersenyum ia menatap barisan toples berisikan biji biji kopi dari berbagai penjuru negeri ini
"dalam setiap tegukan kopi pikiranmu seakan mengalir,inspirasi akan muncul dengan sendirinya disini (lelaki itu menunjuk pelipisnya) "jawab lelaki itu dengan logat yang sedikit lambat.
"lalu mengapa anda memilih kopi yang pahit." tanya arman yang segera mengambil kursi untuk duduk di depan lelaki itu
"aku tidak mau memberitahumu biarkan dirimu menemukan jawabannya sendiri."jawab lelaki itu.suaranya berbeda dari yang tadi meskipun masih terdengar logat khasnya namun kali ini lebih tegas
Jawaban lelaki itu membuat arman tertarik untuk berinteraksi.setiap selesai melayani pelanggan ia kembali duduk membicarakan beberapa hal.
Setiap lelaki itu meneguk kopinya ia menulis aksara pada buku bersampul hitam itu.ternyata ia adalah seorang penulis.para fansnya mengenalnya dengan nama Rusdianto. puisi puisinya selalu mewakili para lelaki yang sedang patah hati untuk mengutarakan perasaannya.itulah mengapa fansnya lebih dominan kaum adam.
Setelah perbincangan yang menguras pemikiran. rudi pamit undur diri.begitu pula dengan arman ia harus mencapai targetnya hari ini.rudi memberikan rekomendasi tempat ia dapat menemukan karya itu.
Pukul 01.22
Hujan pamit undur diri.begitu pula dengan kedua manusia itu kembali pada rutinitasnya. setelah menerima rekomendasi dari rudi.arman memacu sepeda motornya menuju tempat itu.
tidak butuh waktu lama arman sudah berada di depan pintu.namun anehnya di atas pintu itu terdapat nama yang sangat ngejiblak (Darmawan)
"ini kan sebuah. kediaman kenapa orang itu merekomendasikannya disini.apa yang dia pikirkan sih.kampret tu orang"keluh arman
karena tidak tau harus kemana mencari lagi.arman memutuskan untuk mengikuti saran rudi.
TOK TOK TOK.....
assalamualaikum
waalikumsalam
entah semesta apa yang terjadi,arman bertemu kembali dengan wanita itu.wanita dengan ego meninggalkan jejak di hati arman
"kau kan yang waktu itu."tanya arman memperjelas
"ohh,kakak yang di taman itu.sekali lagi minta maaf yah".jawab wanita itu
"ngakpapa itu bukan kesengajaan"
"iya,oh kenalin farah,farah krisdianto."
"arman,arman fauzi."
"jadi maksud mu datang kesini untuk apa"
"oh iya yah,tadi aku ketemu dengan lelaki.katanya kalau mau cari buku yah kesini.pasti dia ngawur tuh.maaf yah ganggu."
"emangnya siapa."
"Rusdianto,kita baru aja kenal tadi."
"oh kak rudi,dia itu kakakku."
"jadi dia kakakmu pantasan dia suruh kesini."
"ayo masuk.aku tunjukin."ajak farah
arman mengikuti arahan dari farah iya hanya mengikuti dari belakang sambil melihat di sekeliling ruangan itu.tak cukup lama mereka berdua berhenti di sebuah pintu.
"ini ruangan apa." tanya arman
"ini dulu ruangan ayahku."jawab farah sambil membuka pintu dan masuk kedalam
sebuah deretan rak buku berjajar dengan rapi.tumpukan buku buku yang sangat banyak dan pencahayaan yang sangat minim,membuat tempat ini bagaikan surga bagi tiap pembaca buku
"waw aku tidak pernah melihat seperti ini,kami pasti suka berada didalam sini."ucap arman
"sebenarnya aku tidak terlalu suka disini. terlalu banyak kenangan tentang ayahku."jawab farah
"emangnya ayahmu kemana"
"dia sudah meninggal"
"maaf"
air mata mengalir di pipi farah.dengan spontan tangannya mengusap agar tidak jatuh kelantai.ayahnya menyisipkan nama krisdianto dengan harapan agar ia kuat dan tekun.ia tidak boleh menangis yang ia lakukan harus selalu fokus pada tujuannya tidak ada waktu untuk menyesali
"ngakpapa,cari aja buku yang kau inginkan aku ada diluar menunggu."
arman tidak mengatakan apapun ia hanya mengangguk.
setelah selesai mencari apa yang ia butuhkan arman kembali keluar untuk menemui farah.namun ia tidak menemukannya dimana mana.ia mencoba untuk memanggilnya namun usahanya hanya sia sia.
beberapa meter dari ruangan tadi ia melihat sebuah pintu terbuka.cahaya yang keluar dari pintu itu sangat terang.arman mencoba mendekat.ia membuka pintu itu.
seorang wanita sedang duduk. didekapannya terdapat sebuah buku dan jemarinya sedang memutar mutar pulpen.farah sedang menulis,matanya merah.didalam ruangan ini terdapat banyak alat musik.di depan pintu seorang lelaki berdiri ia mengambil kursi dengan sebuah gitar
"kenapa kau menangis."
"aku hanya mengingat ayahku"
"bolehkah aku duduk"
"silahkan"
"aku ingin bernyanyi untukmu"
arman memperbaiki duduknya.ia memiringkan kepalanya sedikit.mulutnya tertarik kedalam itu sebuah senyuman.matanya menatap tajam.ia ingin menyampaikan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMECOMING
Teen FictionBerawal dari sebuah pemikiran yang terlampau jauh. Kehidupan yang nyaman dan monoton bukanlah seleranya. Ia lebih memilih untuk menjalani kehidupan sesuai dengan kehendak sendiri Namun seiring waktu berjalan dirinya dipropogandakan oleh ego dan nura...