Taehyung terus berlari tak tentu arah. Saat ini hatinya sangat sakit, mungkin memang bukan untuk pertama kalinya hatinya terasa sakit. Namun kali ini hatinya benar-benar merasakan sakit bahkan rasa sakit itu terasa menusuk-nusuk ke tulang-tulangnya.
"Aaarrrggghh."
Teriaknya berulang-ulang untuk menyampaikan rasa sakit di hatinya. Beruntung jalanan sedang tidak begitu ramai. Setelah lama berteriak Taehyung terduduk ia menangkup wajahnya dan terisak. Hujan turun seolah ikut sedih menyaksikan kesedihan yang dirasakannya.
Tiba-tiba Taehyung merasa pusing dan matanya berkunang-kunang.
Ia terjatuh pingsang.
.
.
.Saat terbangung Taehyung sudah berada di kamarnya. Memorinya mengingat kalau dia seharusnya tidak disini semalam. Ia mulai berfikir siapa yang mengantarnya pulang.
"Sudah bangun," ujar Seokjin yang baru saja keluar dari kamar mandi di kamar Taehyung. Seokjin masih memakai pakaian yang ia pakai kemarin.
Melihat Seokjin apalagi dengan pakaian yang sama membuat rasa sakit di hati Taehyung kembali.
Seokjin mendekat dan memegang dahi Taehyung."Sudah tidak panas," ujar Seokjin seraya tersenyum.
Taehyung menatap Seokjin dan mendorong Seokjin menjauh darinya.
Seokjin bisa merasakan kalau Taehyung begitu lemah."Keluar, sedang apa kau di kamarku," ujar Taehyung.
"Tentu saja merawatmu, semalam kau-."
"Pergi dari kamarku," ucapan Seokjin dipotong Taehyung.
Seokjin hendak protes tapi setelah melihat wajah Taehyung ia pun mengalah. Ia tidak mau lagi melihat mata indah Taehyung mengeluarkan air mata.
"Baik, aku pergi sekarang."
.
.
.Saat di sekolah Taehyung begitu pendiam, Jimin yang satu bangku dengannya sudah bercerita panjang lebar tentang acara kencannya. Tapi Taehyung, ia hanya menanggapi dengan anggukan dan gelengan kepalanya saja.
Saat ini yang ada di pikiran Taehyung adalah Seokjin dan ia masih mengingat memori malam itu. Pagi ini Seokjin bilang kalau Seokjin yang merawatnya semalam. Kenapa Seokjin kenapa bukan eommanya saja.
"Tae, bagaimana menurutmu," ujar Jimin mencoba meminta pendapat Taehyung tentang ceritanya.
"Bagus," hanya itu yang bisa keluar dari mulut Taehyung.
"Iiihh, aku sudah bercerita begitu panjang kau hanya merespon dengan satu kata saja. Sebernanya kau kenapa sih? apa kau bosan dengan ceritaku?," Jimin kesal karena merasa di acuhkan. Ia memanyunkan bibirnya dan melipat tangannya di dada.
"Ah, emh...Jimin-ah aku minta maaf aku hanya merasa banyak pikiran saja. Maafkan aku," ujar Taehyung seraya memegang tangan Jimin kemudian menunduk.
Melihat sahabatnya sedih membuat Jimin menghela nafas panjang. Ia sudah bisa menebak kalau Taehyung sedih pasti ada hubungannya dengan Seokjin.
"Masalah Jin hyung lagi ya Tae?," Ujar Jimin dan Taehyung mengangguk.
Jimin mendekatkan tubuhnya dan memeluk Taehyung. Ia mencoba menghibur sahabatnya. Jimin menepuk-nepuk pundak Taehyung lalu melepaskan pelukannya.
"Aku bingung dengan kalian berdua. Kadang bertengkar kadang berdamai, kalian sudah seperti pasangan labil. Padahal kalian kan bukan pasangan kekasih dan lagi bukankah kau dan Jin hyung sudah memutuskan untuk berdamai," ujar Jimin. Ia melirik Taehyung dengan ekor matanya mencoba untuk melihat ekspresi Taehyung.
Taehyung menggigit bibirnya. Jimin benar, ia dan Seokjin bukan pasangan kekasih. Ia tidak punya hak untuk cemburu dan marah-marah pada Seokjin karena dia bukan siapa-siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ART Tampan Bikin Meleleh
FanfikceSeorang ART Kim Seokjin adalah namja yang sangat tampan. Dia digemari oleh para yeoja-yeoja muda, eomma-eomma bahkan namja berjiwa uke sekalipun. Namun tidak ada yang dapat menarik perhatian Seokjin kecuali namja bernama Kim Taehyung. Akankah Kim S...