Gilang Putra Lesmana. Seseorang yang pernah singgah 18 bulan yang lalu. Dalam beberapa bulan yang singkat. Sosok yang pernah ku patri dalam hati, dan sampai saat ini sangat membekas di relung hati. Sosok yang pernah mengukir kenangan sederhana.
Walaupun aku yakin, dia tidak lebih menganggapku sebagai seorang adik sekaligus sahabat. Bahkan aku yang mendambakan sosoknya secara diam-diam. Hanya namanya yang selalu aku sebut kala disepertiga malamku.
Saat ini antara sadar dan tidak, aku tak pernah berfikir untuk dipertemukan kembali padanya. Namun satu yang pasti, Allah mempertemukan seseorang bukan tanpa sebab. Entah alasan apa yang membuat kami dipertemukan. Allah selalu mempunyai rencana yang indah.
Kini seseorang itu hadir tepat dihadapanku. Dengan sejuta pertanyaan yang terbesit pada pikiranku. Hanya hening yang menemani kami berdua.
Setelah kami sampai di tempat yang kami sepakati, yaitu taman yang kami sering kunjungi dulu. Seolah membangkitkan kenangan yang pernah terukir. Aku jadi semakin sesak, mengingat saat dulu kami bercanda ria, menghabiskan waktu bersama, berkeluh-kesah satu sama lain. Ah ... Ingin ku putar waktu, tetapi apalah daya. Aku manusia, selain menganggap itu hanya memori kelam. Aku bisa apa?
Aku turun dari sepeda motor miliknya, segera kubuka helm. Aku memandangi sekitar. Masih sama seperti dulu, hanya saja suasana orangnya yang berbeda. Bunga-bunga yang beraneka jenis. Seperti Sutera bombai dengan warna pink dan putih, bunga mawar beraneka warna, adenium, bunga matahari, bunga melati, bougainville dengan warna kemerah-merahan, putih, Dan biru, serta masih banyak lagi. Tak kalah yaitu pepohonan rindang yang berada disepanjang taman. Serta air mancur yang menyejukkan.
Lalu kami berjalan memilih bangku panjang di dekat air mancur dan dibawah pohon yang rindang. Aku mulai duduk. Hening merasuki suasana kami berdua. Aku menatap Gilang sepintas, lalu menatap kembali rerumputan yang tidak menarik.
"Mm ... Kak? Ada apa ya, kok ngajakin Gita ke sini?" Aku memecah keheningan.
Gilang menatapku dengan tatapan serius. Aku juga menatap Gilang dengan menyerongkan badan. Kemudian Gilang menjawab,
"Ta, kamu pernah kesel kan sama aku? Aku minta maaf ya,"
"Gampang banget si Lang kalo minta maaf, gk tau apa ya, gue mati-matian buat ngelupain lo."
Aku tersenyum getir, jujur aku kesal dengannya. Mau bangaimana lagi, dia juga sekarang sudah minta maaf. Tapi bagaimana dengan perasaanku sendiri. Aku tidak tahu.
"Iya kak, Gita udah maafin kok," Jawabku dengan senyum paksaan.
"Tapi ... Kalau boleh tau, apa alasan kakak kok hilang kontak gitu aja?"
Gilang menghela napas, menormalkan detak jantungnya yang tak karuan. Jujur ia sangan gugup. Ia menatap lurus pada air mancur. Ia memang harus menjelaskan waktu itu.
"Setelah aku berkemas-kemas, membawa koper. Lalu menuju ke bandara. Aku sempat meminta izin untuk ke toilet. Nah, aku menduga bahwa handphone aku dicuri orang, karena waktu itu hanphone ku taruh disaku celana belakang. Karena waktu itu tolilet ramai. Jadi mungkin aja dicuri. Aku minta maaf Ta, aku ganti nomor, dan aku gak buat akun sosmed yang lain kecuali lime." Jelas Gilang.
Aku hanya menyimak apa yang Gilang jelaskan. Mencoba memahami pada posisi Gilang. Aku tidak menyalahkan Gilang. Tetapi aku juga masih bingung dengan perasaanku sendiri. Apakah itu alasan selama ini. Aku diam beberapa saat.
"Ta?"
"Eh iya!"
"Kamu rindu gak sama aku?" Ujar Gilang usil.
"Gak tuh,"
"Ah yang benar. Kalau aku rindu kamu gimana?"
"Ya gak tahu."
"Kok gak tahu si Ta."
"Ya terus aku harus Apa?" Kataku geram.
"Bilang 'rindu juga dong bwang'" Kata Gilang menirukan suara cewek.
Aku tertawa melihat Gilang menirukan suara cewek. Aneh, memang Gilang selalu membuat suasana menghangat. Aku rindu saat saat sepeti ini dulu. Selalu dihibur oleh gombalan receh dan lawakan darinya yang membuat aku selalu tertawa. Semua berbeda tanpanya. Sulit mencari seseorang seperti Gilang. Atau kah aku yang tak kunjung membuka hati untuk orang lain. Aku benar-benar tidak tahu.
"Aku gak mau ah, hihihi ...." Kataku
"Dasar cewek penuh gengsi." Ujar Gilang
"Kayak cowok kagak aja!"
"Satu hal yang aku mau sampaikan. Kenapa sih kakak datang lagi, padahal aku sudah lupa." Kataku
"Berarti kita jodoh dong, hahaha ...."
"Jodoh apanya Lang! Gue kesel sama lo ...."
"Serius nih akunya!"
"Aku duarius Ta." Ucapnnya sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah, mirip pose saat selfi.
"Au-ah."
"Ta! Ini adalah takdir. Allah mempertemukan hambanya dengan seseorang itu pasti punya alasan Ta. Percayalah, bahwa Allah punya rencana yang lebih indah. Mungkin saat kita bersama eeaaa ...."
"Hmm iya kak." Ucapku, agak terkesan meragukan pada kalimat terakhirnya. Duh Gusti.
••••
"Hati-hati dijalan, kak." Ucapku
"Yoi Ta!" Katanya sambil mengacungkan jempolnya.
Setelah Gilang mengantarkan aku sampai rumah, ada perasaan senang dan tidak percaya. Nyatanya aku tidak mampu membohingi perasaanku. Terlebih aku sangat nyaman berada di dekatnya. Hatiku seperti berbunga-bunga. Kini aku telah berdamai dengan masalaluku. Aku tak percaya, bahkan ini terkesan sangat tiba-tiba. Seperti mimpi disiang hari. Tapi ini adalah kenyataan, saat ini Gilang adalah Gilang yang dulu. Ya ... Gilang Putra Lesmana.
Bersambung.

YOU ARE READING
People From The Past
RomanceHigh rank - 4 #lucu 16-4-2019 - 4 #masalalu 23-5-2019 - 1 #gita 23-5-2019 "Berarti kita jodoh dong, hahaha ...." "Serius nih akunya!" "Aku duarius Ta." Ucapnnya sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah, mi...