..Happy Reading..
Langkah kaki Yoona terasa berat, ia berjalan lambat, bahkan mungkin menjadi penumpang terakhir yang keluar dari pesawat. Tas selempangnya terangkat dan digunakan sebagai tameng menutupi wajahnya. Dan di depannya Siwon berjalan menyesuaikan kecepatan jalan Yoona.
Untuk yang menanyakan bagaimana hubungan mereka setelah lima belas jam di dalam pesawat yang sama? Dapat dikatakan perkembangan mereka hanya 0.5%, karena selama lima belas jam penerbangan terasa Yoona lebih banyak menghindari interaksi dengan Siwon. Yoona terbangun, Siwon tertidur. Siwon terbangun, Yoona kembali tidur. Saat keduanya sama – sama terjaga, mereka akan menyibukan diri dengan membaca majalah atau menonton film. Waktu yang digadang – gadang Siwon sebagai pengenalan karakter masing - masing lebih dalam, tidak terwujud atau mungkin hanya dirasakan oleh dirinya sendiri. Sementara Yoona tetap tidak menaruh ketertarikan di dalam setiap obrolan mereka. Setiap pertanyaan yang terlontar dari mulut Siwon hanya dibalas dengan jawaban singkat atau berujung jawaban ya, tidak. Sama sekali tidak ada timbal balik pertanyaan untuk Siwon selain mengapa pria itu tidak mau menjauh dari Yoona. Hingga berakhir dengan gerutuan wanita itu akan sikap keras kepala Siwon. Tetapi, berbeda dengan saat mereka berdua saling beradu argumen, mereka memiliki intensitas yang setara dalam hal tidak mau mengalah.
"Kenapa jalanmu seperti siput? Aku merasa seperti sedang perjalanan bisnis dengan bawahanku, kau selalu berjalan di belakangku.." Siwon menarik lengan Yoona agar berjalan berdampingan dengannya.
Reflek cepat Yoona menarik lengannya dari genggaman Siwon. "Aku tidak menyuruhmu untuk menungguku. Kalau kau ingin cepat silahkan, tidak ada yang melarang dan aku bukan bawahanmu."
"Maka dari itu, berjalanlah seperti biasa. Kau seharusnya bangga bisa berdampingan denganku."
"Sepertinya kau yang merasakan itu. Mungkin di New York kau bisa mengatakan itu, tetapi ini di Korea dan aku lebih terkenal daripada dirimu di negara ini. Atau jangan – jangan kau penggemar fanatikku? Ah.. kenapa baru terpikir sekarang..Jadi, kau terobsesi denganku?"
"Aku hanya menunjukan keseriusanku untuk berkomitmen denganmu. Kau butuh pembuktian untuk mempercayaiku 'kan? Aku baru mengenalmu kemarin dan aku tidak mengetahui kau adalah model sebelumnya." Siwon meraih tas Yoona dan membawanya. "Berhenti menutupi wajahmu dengan dompet tempat koin ini. Kau seperti buronan.."
"Kembalikan Siwon. Kau ini bodoh atau tolol? Aku sudah katakan aku terkenal dan berjalan bersamamu membuat masalah untukku. Jadi, selagi aku masih mempunyai kesabaran, silahkan berjalan lebih dulu dan jangan pernah bertingkah seperti kita saling mengenal." Yoona berhasil merebut kembali tas miliknya.
"Memang kenapa? Kita hanya berjalan biasa. Apa selama ini kau tidak pernah berjalan berdampingan dengan orang lain? Kalau kau bertingkah seperti ini, perhatian orang – orang akan lebih besar kepadamu."
"Aku tidak akan begini jika kau tidak berbicara aneh – aneh dengan Jang sajangnim tadi. Lihatlah diujung sana, walaupun dia berjalan biasa tetapi sesekali melihat ke belakang. Dia akan memastikan siapa yang kau sebut menantu ibumu."
"Wow! Yoona, kau begitu pandai menganalisis tingkah seseorang. Kau bukan model, kau adalah anggota khusus kepolisian atau agen rahasia, mengakulah.."
"Bukan saatnya bercanda" desis Yoona, "tolong Siwon, kali ini kau bisa diajak bekerjasama. Permasalahannya bukan hanya di Jang sajangnim saja, tetapi menyangkut kehidupanku ke depannya." Pinta Yoona kali ini disertai dengan nada hampir putus asa.
"Kalau menyangkut kehidupanmu ke depan, berarti aku juga begitu. Kau merupakan bagian kehidupanku di masa depan."
"Ke-hi-du-pan-ku, Si-won!" Yoona mengeja setiap suku kata di dalam kalimatnya. "Tidak ada sangkut pautnya dengan dirimu . Kerja kerasku, pekerjaanku, impianku. Aku tidak sudi itu semua hancur hanya karena skandal tidak bermutu denganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
For A Reason [TERBIT]
RomanceKita tidak dapat mengelak bahwa setiap kejadian di hidup kita terjadi karena sebuah alasan.