Ken masih asik menatap Erin, sampai ia tersadarkan dengan dering telepon dari Hp nya. Tertera nama 'Mail' yang muncul dilayar hpnya.
"Paan?"
"Woi gila, ini sayur nya kaga ada rasa"
"Apaan si? Ngga jelas"
"GAREM NYA SETAN! BURUAN BALIK!"
"Bangsat gue lupa"
Ken mengakhiri pembeciraannya kemudian dengan terburu-buru beranjak pergi tanpa mengucapkan apapun.
Sedangkan Erin yang baru saja menghabiskan makanannya, ikut beranjak setelah membayarnya terlebih dahulu. Erin kembali melangkah menuju sekolahnya.
Sampai disana, Erin langsung menuju kelasnya. Tepat didepan pintu kelasnya yang tidak tertutup penuh, ia bisa melihat Pak Den yang berdiri di depan papan tulis.
Kemudian Erin membuka penuh pintu kelasnya dan langsung berjalan menuju bangkunya.
Menyadari kehadiran Erin. Pak Den langsung beranjak menemui Erin yang sudah duduk tenang dibangkunya.
"Darimana kamu?"
Erin menatap Pak Den yang kini berada disamping bangkunya dengan membawa penggaris kayu ditangannya. "Makan" Erin menjawab dengan malas tanpa rasa takut.
Suara gebrakan terdengar dari meja Erin yang dipukul dengan penggaris kayu milik Pak Den "Keluar kamu sekarang!" Pak Den melotot ke arah Erin yang masih menatapnya dengan tatapan santai.
Erin tak beranjak sedikit pun. Melihat itu Pak Den kembali berucap dengan lantang "pilih kamu yang keluar?! Atau saya yang keluar?!"
"Bapak aja yang keluar, saya ngantuk mau tidur" Kemudian Erin menidurkan kepalanya di atas meja dengan bantalan kedua tangannya.
Pak Den menggeram kesal kemudian beranjak pergi meninggalkan kelasnya. Sontak semua murid didalam kelas berteriak senang.
"WOI RIN THANKS YA"
"Aduh akhirnya gue bebas"
"ERIN TER THE BEST"
"AKU PADAMU RIN"
"Erin nuhun, tau aja maneh aing teh keur tunduh"
Mendengar itu, Erin merasa terganggu. Ia memukul meja keras "Diem, gue mau tidur" ucapnya yang langsung dituruti oleh semuanya, meskipun tetap mengobrol walaupun pelan.
"Bagus ya lo, abis makan mi langsung tidur. Gendut-gendut dah tu badan" Ucap Juita pelan yang kembali membangunkan Erin.
Erin menatap Juita malas "Diem, atau lo yang gue makan" Ucapnya kemudian melanjutkan acara tidurnya.
Tak peduli dengan ancaman Erin. Juita terus mengoceh, dan akhirnya membuat Erin kesal setengah mati.
"Diem anjing!"
"Paan si nyet!"
Tak berniat meneruskan perdebatan itu. Erin kembali menidurkan kepalanya. Namun baru saja beberapa menit ia tertidur. Ia merasakan guyuran air yang membuat rambut dan tas nya basah.
"BANGSAT" teriak Erin dengan kesal kemudian menatap sang pelaku dari jendela yang masih memegang satu botol aqua ditangannya.
Pelaku itu menyengir, kemudian berlari pergi. Air itu disiram dari jendela samping tempat duduknya, dan otomatis tidak hanya Erin saja yang terkena siraman itu.
"WOI GILA, BUKU GUE BASAH SEMUA"
"EH ASTAGHFIRULLAH, AING NGGA SALAH APA-APA MALAH KENA SIRAMAN"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad
Teen Fiction"Pake baju yang bener anjing! Jangan sampe gue tonjok ya muka lo" -Ken "KEN BANGSAT!! RAMBUT GUE KENAPA JADI KAYA CABE-CABEAN!!!!" - Erin --- Ken menatap punggung Erin yang melangkah menjauhinya "RIN. KALO GUE CINTA SAMA LO, GIMANA?" Mendengar itu...