jeffry melangkah kan kaki nya kedalam rumah yang besar tapi terasa hampa. Johan tampak mengikuti Jeffrey dari belakang dengan langkah santai. "kak mau makan disini atau McD ?" tanya johan. Jeffrey menoleh mengangkat tangannya untuk memberikan isyarat. "makan diluar aja. malas dirumah. ribut"
johan mengangguk paham. tanpa kaka nya beritahu dia sudah tau. kalau dilantai 2 di rumah mereka sedang terjadi pertengkaran yang sering terjadi. johan menghembuskan nafas secara kasar. "berantem aja teros".
Jeffrey hanya menggedikkan bahunya. lalu berjalan kearah dapur. dia kelelahan. mau mengambil air untuk memuaskan dahaga.
baru juga santai sebentar. Jeffrey dikagetkan dengan teriakan ayahnya dari luar.
"YAUDAH! PERGI AJA LO! SANA! PINDAH SEKALIAN. HERAN GW KENAPA DULU NIKAH SAMA LO!".
"lagi." batin Jeffrey lalu melangkah untuk keluar dapur. lelah. cape. Jeffrey pulang kerumah dengan keadaan capek malah disambut dengan kedua orang tua yang bertengkar dan saling berteriak satu ssma lain. ini menyakitkan buat dia. tapi, ada satu kalimat yang diucapkan ayahnya yang membuatnya tambah merasa. dia ga guna untuk hidup.
"ITU! ANAK LO YANG BISU. BAWA KEMANA KEK! MALAS GW LIAT MUKANYA. GA GUNA. CACAT TAU GA?!"
"REY!" teriak rani kencang. Mendengar bentakan kasar darinya untuk anak pertamanya itu.
Sedih. Kesal. Marah. Pusing akibat pikiran kantor membuat kepala rani sangat ingin meledak sekarang. Dengan sekuat tenaga dia berusaha agar tidak meluapkan amarah. Apalagi dengan tidak punya kesadaran tersendiri dia mengatai anaknya nanti. Itu bisa membuat hatinya tambah tergores.
apa salahnya ? Jeffrey salah apa ? siapa yang mau terlahir bisu ? ga ada. Jeffrey terdiam. menenangkan dirinya. dan menetralkan perasaannya.
johan. yang menyaksikan secara langsung. kaka yang ia banggakan dihina didepannya. ga tinggal diam. dia mengepal tangannya. lalu memukul wajah ayahnya sendiri dengan cukup keras. "CUKUP LO NGOMONG TENTANG KAKAK GW! BERANI SEKALI LAGI LO HINA. MATI LO!"
"JOHAN! UDAH! UDAH!" rani memeluk johan dari belakang. Dengan air mata yang menetes dengan deras rani berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan anaknya.
"ANAK BANGSAD!" ujar rey. kesal karena merasa sakit akibat pukulan keras johan di rahangnya. Rey berdiri. Memperbaiki jas yang dia pake. "UDAHLAH! PERGI AJA GW DARI RUMAH INI. MUAK. DAPAT KELUARGA CACAT." rey mulai berjalan kearah pintu keluar.
"PERGI SANA! JAUH AJA SEKALIAN! MATI KALAU PERLU" teriak johan lantang. Rani dibelakang johan lantas menegurnya. "Johan!"
"Ha.. OH YA. KARENA GW BAIK. GW KASIH NIH RUMAH BUAT LO BERTIGA. KASIAN. ENTAR KALIAN JADI GELANDANGA HAHA. JANGAN PERNAH MUNCUL LAGI DIDEPAN MUKA GW. KALIAN BERTIGA. TERUTAMA LO! DASAR JALANG." ujar rey dengan sarkas lalu menghilang dari balik pintu diiringi dengan isak tangis dari rani. Dan teriakan pembalasan dari johan. "HA ? APA ? AMBIL AJA RUMAH LO INI. GA SUDI GW TINGGAL DISINI! AH BANGSAD" ujar kesal johan. Marah. Dia sangat marah melihat tingkah tak berperi kemanusiaan dari ayahnya.
Memang sudah tak asing. Tapi sepertinya ini adalah puncaknya. Akhir dari semua. Akhir dari orang tua mereka.
Cerai.
Johan pergi berjalan cepat dengan wajah merah kearah kamarnya. Rani hanya menangis. Meluapkan semuanya. Dia tak bisa marah atau berkeluh kesah.
Jeffrey hanya terdiam. Mematung. Dia hanya bisa menyaksikan bagaimana keluarganya hancur tadi. air mata mengalir begitu saja. Andai. andai dia tidak bisu. Mungkin tadi dia sudah melindungi ibu dan adiknya tadi.
Dia hanya terus berdiri layaknya orang bodoh. Kesal marah terhadap diri sendiri. Jeffrey menangis dalam diam sambil memukuli dirinya sendiri.
Tapi saat melihat ibunya sedang menangis. Jeff segera berlari lalu memeluk ibunya.
"Maaf" batinnya.
Sudah 6 jam dari kejadian tadi. Semua hening dimeja makan. Rani memasak. Untuk pertama kalinya bagi jeff dan johan kembali merasakan masakan rumah. "Kapan ya terakhir aku makan masakan mama ? Oh iya. Pas kelas 5 sd" celetuk johan. Untuk membuka pembicaraan di tengahnya keheningan. Ranj hanya terkekeh. "Maafin mama ya. Terlalu sibuk dikantor."
"Udah biasa ma. Selow" kata jeff dengan gerakan isyarat. Rani mengulum senyum tipis.
Mereka makan dengan tenang. Seakan kejadian tadi sore tak pernah terjadi.
"Oh iya. Emm. Kalian mau tinggal disini ?" Tanya rani.
Johan dan jeff otomatis melihat kearah sesama dengan pandangan bingung. Lalu melihat kearah ibu kesayangan mereka itu. "Maksudnya ma ?"
Rani tersenyum tipis. "Masih sudi tinggal disini ?"
Pertanyaan cukup canggung membuat johan dan jeff hanya terdiam. Rani menghembuskan nafas beratnya. "Yaudah. Mama punya teman nih, udah ngomong tadi, kalian mau tinggal disana buat beberapa bulan ga ?"
Johan tersendak dan jeff juga kaget. "Ma ?! Serius ? Aih.. Ngapain sih. Ga ah kek gembel entar. "Keluh johan tidak setuju. Dan jeff pun demikian.
"Anaknya cewe loh"
"Ooh.. Ayo mah! Kapan berangkatnya ?! Abis makan aku beres beres baju ya ?!"Celetuk girang johan. Yang dihadiahi dengan jitakan keras dari jeff.
"Giliran cewe juga. Tancap gas loh"
"Hehe maklum ka. Di STM kan jarang ada cewe. "
Rani hanya tertawa sementara jeff hanya merotasi matanya secara malas. "mama harus pergi keluar negeri buat beberapa bulan. Maaf. mama harus sibuk lagi. tapi janji habis ini mama ga bakal ambil kerja yang berat. Cuman emang mama udah janji sama orangnya minggu lalu kalau harus pergi. Yah mau ga mau. "
Johan dan jeff hanya mengangguk setuju dengan penjelasan ibu mereka. mau ga mau mereka harus mengerti kan ?.
"Johan, jeff. Setidaknya kalau ibu titip kalian di rumah teman ibu. ibu ngerasa aman. Kalian ada yang urus. Mereka juga keluarga yang baik kok. Yah. Ngertiin yah. "
"Iyaaa mamaaa" jawab johan dengan nada dibuat buat dan jeff yang mengangguk
"Yaudah abis ini siap siap ya. beres beres. "
.
."Zahraaa"
"Iya maa"
"Beresin kamar sebelah kamar kamu. Ada tamu"
Zahra menuruni anak tangga dengan langkah cepat mendekati sang ibu yang tengah duduk disofa sembari mengemil buah. "Ha ? Siapa ?" Tanyanya kepo.
"Anak teman mama mau dititip disini beberapa bulan kedepan."
"Kenapa mau dititip disini ?"
"Teman mama ada keperluan diluar kota beberapa bulan, takut anaknya nanti ga keurus jadi dititipin disini"
"Ohhhh" Zahra ikut duduk disofa tepat disamping ibunya. "Cewe atau cowo ?"
"Ah kenapa emang kamu nanya gitu ?"
"Ya enggak. cuman nanya."
"ah masa. Bilang aja kalau cowo mau kamu ngebet kan ?" goda jeni terhadap anaknya itu. Zahra menggeleng dengan cepat. " dih ga ya ma. Aku udah punya gebetan"
"Duh udah ? Mana ih ? Ga dikenalin calonnya mama"
"Ih mama"
TINNN
Suara bel berbunyi membuat perbincangan diantara mereka berdua berhenti. "Duh kayak udah datang tamunya Ra, ah kamu sih ngajak mama ngobrol terus kamar diatas juga belum dibersihin kan ?"
Zahra hanya menyengir sebagai jawab membuat sang ibu menggeleng pelan. "Yaudah kamu buka pintu dulu abis itu bantuin tamunya bersih - bersih kamarnya nanti."
"Okeh maa" jawab Zahra semangat lalu berjalan cepat kearah pintu rumah dan membukanya "Hallo tan-" ucapan hangat dari zahra terhenti akibat indra matanya sedang beradu dengan mata milik orang yang tadi berduaan di halte bus.
"Lah kak jeff ?"
.
.- 05 -
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
BISU || Jung jaehyun (Complited √)
Fanfiction"itu ganteng" "iya. namanya kak Jeffrey. emang ganteng. sayangnya." "sayangnya ?" "dia bisu."