Chapter 1: Hari Yang Aneh

55 5 0
                                    

Aku bekerja di sebuah kantor daerah Bandung sebagai teknisi komputer. Jabatanku tak lebih hanyalah seorang karyawan biasa, dengan gaji yang tidak begitu besar, namun cukup untuk kebutuhan sehari-hariku dalam satu bulan, dan terkadang harus membayar beberapa cicilanku.

Tanggal 18 Maret 2024, aku berangkat ke kantor menggunakan motor tua yang sudah jelek dan sangat lamban. Tak seperti tiga atau lima tahun yang lalu, pada saat itu banyak sekali yang ingin memiliki motor ini, karena hendak bergaya seperti karakter di sebuah film yang sangat populer pada saat itu.

Sudah pukul 07.30 aku masih setengah jalan untuk sampai ke kantor, jalanan sungguh macet tak seperti biasanya. Motor di belakangku terus saja menyalakan klakson, sebenarnya aku ingin sekali membentak pengendara itu yang sedari tadi membunyikan klaksonnya, tapi aku tak berani.

Sudah pukul 08.15 aku tiba di kantor, dengan keringat yang bercucuran karena matahari pagi saat itu terik ditambah polusi udara kota Bandung sudah cukup tercemar. Kulepas helm, lalu mengaitkannya di bawah jok motor agar aman.

Aku berjalan menuju kantor dengan membawa tas di punggung, menyapa setiap orang dengan senyuman,  dan bertegur sapa. Aku yakin mereka selalu memberikan senyuman kepada semua orang, namun yang bisa kurasakan itu adalah senyuman palsu. Seperti seorang anak yang meminta uang kepada ibunya.

Sesampainya di depan pintu kaca di ruang kerjaku, aku menempelkan sidik jari jempolku pada alat pemindai. Pintu terbuka dan sekaligus mengisi daftar hadirku, aku masuk dan langsung menyimpan tas di punggungku ke samping tempat dudukku.

"Davis, baru dateng lu?" Tanya seorang teman kerjaku bernama Adhi

"Iya nih, macet banget tadi gak kayak biasanya Dhi."

"Udah sarapan belum lu? Makan yuk ke kantin."

"Duluan aja deh Dhi, gua masih pengen istirahat dulu."

"Yaudah gua mau ke kantin dulu ambil gorengan anget, dicampur saus kacang."

"Iye udah sono."

Adhi adalah teman dekatku di kantor, kita sudah berteman sejak masih SMA. Dia bekerja sebagai teknisi elektronika. Meski beda bidang denganku, tapi hampir seluruh teknisi di kantor ini disatukan dalam satu ruangan, yang berbeda hanya saja meja kerja nya.

Saat itu aku benar-benar lelah entah kenapa, apa mungkin efek dari macet. Aku bingung harus mengerjakan apa dulu, tugas yang diberikan kemarin saja ada beberapa yang belum selesai dan harus segera selesai hari ini.

***

Sekarang sudah pukul 13.00 waktu istirahat tiba, selesai sholat aku segera merebahkan badanku di lantai masjid. Cuaca hari ini panas sekali, untung saja lantai di masjid itu cukup sejuk. Tak sadar aku terlelap di atas lantai, rasanya sangat nyaman.

Jam di dinding masjid sudah menunjukkan pukul 14.15, dan aku telat 15 menit untuk berada di ruang kerjaku. Langsung saja aku bangun dari tidurku dan menuju rak sepatu untuk mengambil sepatu. Selesai mengikat sepatu, aku langsung berjalan menuju ruang kerja.

Jarak antara masjid dan gedung kerjaku tidak begitu jauh, karena masjid ini dibangun di kawasan kantorku. Selama perjalanan aku merasakan keanehan yang terjadi, jalanan kosong, terik matahari sangat menyengat. Aku lihat ke arah barat, awan hitam sudah mulai bermunculan.

Sore pukul 15.00 cuaca sudah benar-benar gelap oleh awan mendung yang hitam, matahari tak terlihat lagi. Suasana gerah yang tadi siang menyelimuti kota ini, berubah menjadi dingin yang menusuk. Petir menyambar tak berhenti, suara angin kencang terus berhembus.

Saat itu aku langsung ke dapur kantor untuk menyeduh cokelat panas yang sering kubawa sachet-an di tas punggungku. Kuraih cangkir yang ada di rak, merobek satu sachet cokelat seduh, lalu menuangkannya ke cangkir. Kuambil sendok dan mengisi cangkir tersebut dengan air panas.

Saatku berjalan sambil membawa cangkir berisi cokelat panas, tiba-tiba ada suara petir menyambar begitu kencang. Aku menjatuhkan cangkir yang kubawa, cangkir itu pecah tanpa menimbulkan suara yang berarti, karena terhalau oleh suara petir.

Aku segera membawa sapu dan lap untuk membersihkan pecahan cangkir dan cokelat seduh di lantai. Selesai membersihkannya, aku langsung pergi ke meja kerja ku, disebelahku ada Adhi sedang duduk sambil bermain smartphone nya.

"Vis, lu kenapa tadi ada suara pecah di dapur?" Memalingkan wajahnya dari smartphone dan bertoleh ke arahku.

"Gua kaget tadi denger suara petir kenceng banget Dhi."

"Apaansi, orang ga ada petir sedari tadi juga."

"Tadi gede banget Dhi, masa lu ga denger sih."

"Ga ada Vis, paling gemuruh doang kecil. Ga sampe gede banget sampe bisa mecahin barang."

"Masa lu ga denger si Dhi." Aku terheran sambil menggaruk belakang kepala ku.

Aku duduk dan melanjutkan pekerjaanku saat itu, sambil memikirkan ada apa dengan hari ini. Aku merasa tidak seperti biasanya. Ah bodo lah, mending aku kerjakan semua tugas yang numpuk ini. Pekerjaanku hari ini sangatlah banyak, oleh karena itu hari ini aku lembur.

*****

Untuk teman-teman yang sedang membaca "Alam Raya Memberiku Keanehan" agar dapat lebih mendalami dan memahami cerita, jangan lupa dengan keterangan Waktu di dalam cerita ini, yaaaa.

~~Let's fly with our imagination guys~~

Alam Raya Memberiku KeanehanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang