Chapter 4: Siapa Dia?

25 4 6
                                    

Hari ini tanggal 18 Maret 2024, jam di dinding sudah menunjukkan pukul 06.30. Dengan kemeja bermotif kotak-kotak biru putih yang sudah kupakai dengan rapi dan sepatu cokelat mengkilap, aku akan pergi ke kantor menggunakan motor tua ku. Hati ini terus berdebar, akan terjadi apa ditanggal 18 Maret ini.

Hari Minggu kemarin, aku benar-benar mencari informasi tentang apa itu Astral Projection dan arti dari sebuah mimpi. Meski aku tidak begitu mempercayai tafsir mimpi, tapi tidak ada salahnya aku mencari informasi itu sebanyak mungin.

Banyak sekali ilmu yang aku dapatkan mengenai informasi yang aku cari melalui internet, namun aku harus memiliki pegangan yang utuh, seperti buku yang dapat aku pelajari dalam-dalam.

Di situs wikipedia tertulis bahwa Astral Projection (atau perjalanan astral) adalah istilah yang digunakan dalam esoterisme untuk menggambarkan pengalaman keluar dari tubuh atas keinginan sendiri, yang diduga sebagai suatu bentuk dari telepati.

Sampai saat ini aku masih belum dapat referensi yang benar-benar memuaskan tentang definisi dan cara kerja dari Astral Projection ini. Tapi setidaknya sudah ada gambaran sedikit perihal apa itu astral projection di kepala-ku.

***

Pukul 07.45 ternyata aku sudah bisa sampai di kantorku, masih ada waktu lima belas menit untuk sarapan dulu di kantin Bu Nani. Kantin yang seringku datangi selagi akan sarapan atau istirahat. Aku berjalan menuju kantin yang berada di dekat masjid, lokasinya hampir bersebalahan namun terdapat lorong yang memisahkan dan toilet serta tempat wudhu.

Di kantin bu Nani ini biasa para karyawan sarapan, ada beberapa menu sarapan yang ditawarkan seperti nasi kuning, lontong kari, dan ketupat petis. Selain makanan berat, ada juga berbagai macam gorengan disana.

Bu Nani tahu betul apa yang biasa aku pesan, segera aku duduk di kursi panjang menyamping, di meja terdapat wadah sambel dan kaleng kerupuk serta beberapa gelas bekas para pelanggan yang telah beres makan. Untungnya pagi itu tak seramai biasanya, jika kantin ramai oleh para karyawan, itu adalah kantin yang paling berisik yang pernah aku kunjungi.

Sambil menunggu bu Nani menyiapkan nasi kuningku, aku membaca koran yang terletak di rak. Aku melihat prediksi cuaca hari ini yang ada di bawah samping kiri judul headline, sedikit kaget ternyata laporan cuaca di koran tertulis akan ada badai kencang sore hari nanti.

Belum sempat aku baca koran halaman pertama, bu Nani sudah menghampiriku sambil membawakan sepiring nasi kuning dan segelas air teh hangat.

"Ini toh mas Davis nasi kuningnya." "Mas Davis kenapa? Kok kayak yang khawatir gitu?" Lanjut bu Nani.

"Oh engga kok bu, ini liat prediksi cuaca hari ini, katanya ada badai besar nanti sore." Sambilku tunjukkan prediksi yang tertulis di koran tersebut.

"Oala mas, gausah khawatir prediksi bisa saja meleset. Berdo'a aja semoga tidak terjadi badai seperti yang disebutkan di koran."

"Amin bu, semoga ya."

"Ehiya, bu ini saya mau gorengan bala-balanya dua biji ya. Saya kan gak bisa makan tanpa bala-bala dicampur saus kacangnya bu Nani, Hehe" Lanjutku dengan canda gurau.

"Ohiya toh mas, saya lupa." Segera bu Nani membawakanku gorengan tersebut dan saus kacangnya.

Sambil aku makan, di kantin bu Nani ini terdapat radio tua yang selalu menyala saat pagi hingga kantin ini tutup. Radio persegi panjang tua itu masih berfungsi dengan sangat baik, meski sudah dilekang waktu.

"Halo pemirsa yang kece-kece ini, gimana kabarnya? Baik kan? Semoga ya. Buat kalian yang sedang pacaran, jangan sampai deh kaya cuaca hari ini, cerah diawal namun mendung diakhir. Semoga gak terjadi ya geng ..."

Belum selesai sang penyiar mengabarkan berita, tiba-tiba suara radio itu putus-putus.

"Srrttt... Srrttt..."

"Lho kok bu, ini radionya udah rusak kah?" Tanyaku kepada bu Nani.

"Lah engga kok mas padahal, daritadi juga lancar aja." Bu Nani ambil mengotak-ngatik antena dan memutar channel di radio tersebut.

"Lah harusnya segera di lembiru tuh bu." Candaku.

"Bener juga toh mas, sekarang radio sudah mulai ditinggalin ya mas." Sahut bu Nani.

Terdengar suara ledakan di luar kantin, disertai dengan radio tersebut menyala normal kembali. Aku sedikit terkaget dengan suara ledakan tersebut, namun bu Nani dan beberapa karyawan di sana terlihat seperti tidak terjadi apa-apa.

"Nah lho baru nyala mas, dasar radio sudah butut nih." Bu Nani sambil memukul radio tersebut.

Tak lama kemudian, ada seorang wanita yang masuk ke kantin. Wanita tersebut bertubuh ideal, mengenakan mantel indah ala eropa berwana hitam, dengan rambut agak kecoklatan panjang yang diikat seperti ekor kuda. Matanya yang memesona berwarna hijau cerah membuat dirinya terlihat sangat cantik.

Dia memperhatikanku, aku segera berdiri dan menanyakan apa yang terjadi di luar kepada wanita tersebut.

"Mbak, apa yang terjadi di luar?"

Tak ada respon dari wanita tersebut, wanita itu hanya memberikan sebuah kode kepadaku dengan jarinya, agar segera keluar dari kantin. Namun aku belum selesai memakan sarapanku, tapi karena rasa penasaranku yang kuat, kutinggalkan sarapanku itu dan segera menuju ke arah wanitu tersebut.

"Lho mas, kamu ngobrol sama siapa?" Sahut bu Nani.

****

Untuk teman-teman yang sedang membaca "Alam Raya Memberiku Keanehan" agar dapat lebih mendalami dan memahami cerita, jangan lupa dengan keterangan Waktu di dalam cerita ini, yaaaa.

~~Let's fly with our imagination guys~~

Alam Raya Memberiku KeanehanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang