Aku tidak tahu apakah dia dan perempuan itu jadi menghabiskan waktu bersama hari ini atau tidak. Aku tidak ingin peduli dan tidak mau tahu walau pada kenyataannya, di sini hati menangis sedih.
Menghela nafas lalu beranjak dari kasur, melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Baiklah, apa yang harus dilakukan oleh wanita cantik ini di hari yang cerah seperti sekarang.
Melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan siap-siap keluar. Entah akan keluar atau tidak yang penting ada niatnya.
Aku menatap pantulan diri di depan cermin berdiri dengan kagum. Lihatlah wanita cantik ini dengan gayanya berpakaian. Atasannya kaus biru berlengan panjang pas badan dan bawahannya celana jeans. Siapa yang tidak suka dengan gaya serpeti ini? Ada Nora, Edgar tidak suka.
Menatap miris pada wanita di cermin itu dan memutuskan berganti pakaian. Kemeja hitam lengan panjang bermotif kotak kotak dan celana kulot berwarna baby blue. Memerhatikan kembali pantulan diri di cermin dengan seksama, tidak buruk. Aku pun langsung mengambil tas selempang berwarna hitam, mengisi barang-barang yang diperlukan di dalamnya. Mengeluarkan sneakers hitam dari dalam kotak sepatu untuk menyempurnakan tampilan. Sudah cukup untuk penampilannya saatnya keluar dari dalam rumah dan melancong entah ke mana.
Mobil SUV yang jarang sekali kupakai terparkir dengan manisnya di dalam garasi. Aku menatapnya dengan kagum, kelihatan cantik seperti biasanya. Okay honey, aku mengandalkanmu.
Jalanan kota lengang saat ini mungkin karena banyak orang yang menghabiskan akhir pekan mereka di luar kota. Aku mengetuk-ngetukan jari di stir mobil sambil menikmati perjalanan. Lagu-lagu milik Stevie Wonder mengalun menemani.
Karena tidak tahu hendak ke mana saat ini jadi aku memutuskan untuk pergi ke salah satu kafe baru yang minggu lalu kulewati ketika pulang kerja untuk bersantai ria. Saat menginjakkan kaki di dalam kafe aroma khas kopi menguar. Aku merasa rileks ketika mencium aromanya.
"1 Caramel Macchiato sama eumm.. Tiramisu."
Setelah memesan aku mencari tempat yang pas untuk bersantai, pilihan pun jatuh di sudut kafe. Jauh dari keramaian dan kebisingan sekitar. Karena saat ini aku sedang me time jadi sebisa mungkin menjauhkan diri dari orang.
Interior kafe ini menarik dengan konsep kayu pun berwarna cokelat membuatnya terasa hangat dan nyaman. Terdapat beberapa alat-alat bekas yang didaur ulang, ramah lingkungan. Aku suka.
Ngomong-ngomong sudah berapa lama aku tidak keluar dan menikmati waktu sendiri seperti ini, sekitar 6 bulan? Lama juga ya. Dulu, aku sangat senang keluar sendiri dan menghabiskan waktu. Karena tidak harus menaruh perhatian dengan orang yang bersama-sama. Hanya aku dan diriku saja.
Habis ini, sepertinya aku mau belanja. Aku tidak gila belanja hanya sesekali memperbarui isi lemari baju dan keperluan make up itu penting.
"Nora?"
Aku menoleh ke samping ketika namaku disebut oleh seseorang."Jeniffer?"
Aku langsung bangkit dari kursi dan memeluk Jeniffer yang adalah sahabatku semasa bangku SMA. Setelah menikah dia menetap di Perancis waktu untuk bertemu dengannya sangat jarang sekali. Entah ini sudah berapa lama aku tidak bertemu dengannya.
"Astaga aku kangen banget sama kamu Fe! Kenapa balik dari luar negeri nggak kabarin sih?"
Melepas pelukan lalu menangkup pipi tembem milik Jeniffer dengan kesal.
"Sori, mendadak soalnya. Kamu gimana kabar? Gimana Edgar?" Tanya Jeniffer.
"Duduk dulu." Aku menyuruhnya duduk dan ikut duduk di depannya.
"Aku baik. Edgar juga baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
He is My (Boy)friend [Completed]
RomansaJadi ini adalah cerita mengenai aku, Nora Kayana, tentang hati, tentang suatu hubungan dan kejujuran. Seperti bagaimana aku harus menempatkan diri dan terus berada dalam zona yang tidak nyaman ini. -✨