Langkah kakinya terdengar di telinga. Penampilannya tidak seperti orang biasa melainkan seperti anak orang kaya.
Dia adalah Mark lee. Siapa yang tidak kenal dengan Mark lee? Namanya sudah tersebar di SMP nya. Sifatnya yang judes dan dingin tidak membuat dirinya dibenci bahkan banyak yang menggemarinya dari yang cantik sampai yang ya kalian tau sendiri.
Banyak wanita yang ia tolak cintanya. Mereka terlalu agresif, begitulah isi pikiran Mark. Ia sebenarnya ingin berpacaran tetapi entah kenapa tetapi Mark merasa tidak ada yang cocok dengannya.
Laki laki ini sedang mengunyah permen karetnya. Merogoh sakunya untuk mencari bungkus permen karet untuk membuang bekas permennya.
"Hai tampan..." salah satu siswa cantik yang sekelasnya menyapa Mark ketika Mark sedang di depan tempat sampah. Dia adalah Yeri
"Berhenti memanggilku itu, atau permen karet ini menempel ke rambutmu," Ancam Mark dengan seringainya.
Yeri hanya pergi mengabaikan Mark. Dari pada Mark benar benar menempelkan permen karet di rambutnya. Mark terlalu galak untuk didekati. Semua juga tau itu...
"Cas!" Teriak Mark membuat Lucas terkejut. Mark ini selalu memanggil orang dengan tidak santainya.
"Cas cas.. panggil aku Lucas hyung, kan aku sedikit lebih tua dari mu," Lucas mendengus kesal. Mark selalu memanggilnya tanpa embel embelan hyung padahal Lucas kakak kelasnya.
Mark malah menjulurkan lidahnya dan memasang muka datar. Terserah saja dia ingin memanggil Lucas dengan apapun.
Mark menarik tangan Lucas menuju lapangan basket dan dihadiahi tatapan jijik dari Lucas. Seenaknya saja Mark menarik tangannya. Tangan mahal tidak bisa sembarangan disentuh.
"Cas... em maksudku Lucas HYUNG," Mark memotong kalimatnya membuat Lucas mengernyit heran. Apa yang sebenarnya Mark ingin katakan. Apa penting?
"Temani aku ke supermarket!" Bisik Mark di telinga Lucas. Lucas benar benar geram dan ingin menarik ginjalnya. Kenapa Mark harus bersikap seolah ada yang penting dibicarakan.
Tertawa tidak jelas dan berguling guling di lapangan basket, memukul mukul pahanya sendiri. Humornya benar benar... Mark tidak memiliki rasa malu, padahal ada banyak siswa yang memandanginya di sekitar lapangan.
Meskipun begitu, kelakuan Mark tidak membuat kharismanya luntur. Tetap berwibawa meskipun tertawa dengan mulut terbuka lebar hingga telinganya.
"Hei hei bangun!! Kau gila??" Lucas menendang nendang Mark yang terduduk di lapangan sambil mengelap air matanya karena terlalu banyak tertawa.
"Bukan temanku , ini bukan temanku, aku harus cari pak ustad," ia menarik tangan Mark. Sesekali mengedipkan mata pada perempuan yang tersenyum kepadanya. Lelaki kardus memang....
Kring....
Bel masuk kelas berbunyi. Mark lupa jika hari ini ada ulangan, sialan Mark lupa belajar.