Mark menatap lekat Haechan yang sedang duduk di sebelahnya. Haechan sendiri tidak sadar jika Mark terus menatapnya, Haechan masih sibuk dengan buku cerita yang ada di tangannya.
Haechan menutup bukunya. Ia terusik dengan Mark yang terus menatapnya. Ia menoleh, mata sembab Haechan saling bertemu dengan mata Mark. Dan di saat itulah Haechan memukul wajah Mark kencang dengan buku cerita tadi.
Mark tidak mengaduh kesakitan. Ia biasa saja, pukulan seperti tadi hanya sebuah elusan, tidak ada perih sama sekali. Mark memasang wajah datar nya.
"Maafkan aku," Haechan merasa bersalah dan langsung meminta maaf kepada Mark. Padahal Mark sendiri tidak masalah.
Mark tersenyum kecil dan mengelus rambut Haechan yang ada di sampingnya. Ia memperhatikan jam, setidaknya masih ada beberapa menit untuk memandangi Haechan yang berada di sampingnya sebelum bel pulang sekolah.
"No problem, bro"
Kringg...
Bel telah berbunyi. Seperti biasa seluruh siswa langsung keluar dari kelas menuju rumahnya masing masing. Berbeda dengan Mark yang masih setia berada di depan kelas untuk menunggu sepi, seperti biasa.
"Hei Mark, apa kau tidak pulang?" Dia Lucas yang baru saja keluar dari kelas dan menghampiri Mark yang berdiri sendirian seperti anak hilang.
"Nanti,"
Lucas merangkul Mark lalu kepalanya celingak celinguk seperti mencari seseorang.
"Kau sendiri?" Mark hanya mengangguk, ia memang sendiri di luar kelas karena yang lain sudah pulang, termasuk Haechan.
"Seera? Apa kau tidak bersamanya?" Lucas kembali bertanya kepada Mark."Aku sudah menyuruh Soobin untuk mengantarnya pulang,"
Soobin memang penurut, mau saja Mark suruh padahal Seera kan adiknya sendiri :))
Lucas melepas tangannya yang merangkul Mark, ia berjalan kedepan beberapa langkah. Ia menengok ke arah Mark yang masih setia memasukkan kedua tangannya di saku celana pendeknya dan menggantungkan jaketnya di pundak kanannya.
"Hei tidak pulang???"
Mark mengangguk karena merasa sudah cukup sepi, ia berjalan di belakang Lucas menuju parkiran sepeda.
○○
Jalanan cukup sepi. Mungkin karena Mark terlalu lama menunggu di depan kelas. Ia mengayuh sepedanya menuju rumah. Mataharinya cukup terik dan membuat Mark berkeringat.
Ia berhenti di depan minimarket. Menyandarkan sepedanya di sisi bangunan lain. Hanya membeli permen karet, tidak lebih.
Mark keluar dari minimarket ketika selesai membeli. Membuka bungkus permen lalu melahapnya. Tidak lupa untuk membuang sampah di tong yang ada di sampingnya.
Ia mengunyah permen sambil berjalan. Matanya membola karena terkejut. Ia melihat Haechan, teman sekelasnya yang masih berada di jalanan. Jalan kaki, langkahnya terseret seret tak memiliki semangat.
Mark segera mengambil sepedanya dan menghampiri Haechan yang sendiri itu.
"Kau mau kemana?" Mark mencegat Haechan tepat didepannya.
"Entahlah, yang penting Doyoung hyung tidak menemukanku, katakan pada kepala sekolah jika aku tidak akan bersekolah di sana lagi," Mark mengernyitkan dahinya ketika mendengar ucapan Haechan.
"Hey, kau kira semudah itu mengucapkan hal itu pada kepala sekolah? Ck tidak usah mengada ada hanya karena kau tidak mau disekolahkan oleh uang haram kakakmu itu, sekarang ikut aku pulang," Mark menarik Haechan untuk duduk di besi antara stang sepeda dan jok. Sebenarnya menyakitkan tetapi tak apalah dari pada berjalan.
Jujur saja, Haechan takut ketika Mark mengebut dan juga merasa sakit pada bokongnya apalagi pada saat Mark melalui polisi tidur tanpa mengerem. Jika kalian ada di posisi Haechan apa yang akan kalian lakukan.
○○
Sepasang mata mengawasi mereka dan membuntuti mereka dengan berlari. Anak perempuan dengan rambut pendek dan sedikit gembul itu mengikuti Mark dan Haechan. Siapa lagi jika bukan Aisyah, orang yang menunggu Haechan untuk kembali padanya sejak tadi.
"HEY BERHENTI!!!" Aisyah berteriak ketika Mark dan Haechan melalui lapangan yang dekat dengan rumah Mark.
Mark refleks terkejut dan mengerem sepedanya. Ah mengganggu sekali, pikir Mark mungkin seperti itu.
"Apa? Kau siapa?" Mark meninggikan nada suaranya. Masih dengan posisi seperti tadi. Diatas sepeda dan memboncengi Haechan.
"Aisyah!!" Haechan terlihat senang dan matanya berbinar melihat Aisyah ada di depannya.
Haechan menyingkirkan tangan Mark yang memegang stang sepeda lalu berlari menuju Aisyah dan memeluknya erat.
"Yak! Apa ini? Kau sebenarnya siapa? Kenapa kau memeluk Donghyuck?" Mark tidak terima jika Haechan dipeluk orang lain. Ia menarik Haechan begitu saja dan menggenggam pergelangan tangan Haechan.
"Aku? Aku siapa? Aku teman Haechan! Kau sendiri siapa? Kenapa kau merebut paksa Haechan dariku? Memangnya kau siapanya?" Aisyah tidak kalah dengan Mark. Ia berbicara dengan dagu yang ia naikkan ke atas dengan tangan yang berada di pinggangnya dan. Pandangannya langsung menuju ke Mark yang jauh lebih tinggi darinya.
"Ya! Aku Mark, pacarnya memang kenapa?" Huh? Pacar? Belum pernah ada orang yang Mark anggap sebagai pacar bahkan orang yang pernah dekat dengan Mark dan banyak yang mengira pacarnya Mark hanya cuek dan mengatakan
'Oh dia aku baru mengenalnya tadi'Haechan menatap Mark bingung. Yang Mark katakan sungguh tidak benar. Tetapi Aisyah malah sepertinya percaya saja.
"B- benarkah? Chan? Kenapa kau tidak bilang?" Aisyah sedikit berbisik kepada Haechan. Ia malah menjadi takut kepada Mark yang menurutnya sangar. Haechan sendiri menggeleng, tak tau apa apa dan merasa bingung.
Haechan melotot, "Hah? Aku bukan pacarmu!!" Haechan mendorong Mark untuk menjauh. Sungguh demi apapun Haechan tidak belok, tetapi belum.
"Huh dasar! Kau berbohong! Dasar Ma- siapa tadi? Maruk! Kau berbohong!" Aisyah memukul dada Mark kencang. Mark hanya memasang muka remeh ketika Aisyah menyebutnya 'Maruk'
"Aku Mark Lee bukan Maruk!" Tangan Mark sebenarnya gatal ingin memukul atau setidaknya mencubit dan lain lain tetapi karena ia tau yang berhadapan dengannya adalah perempuan jadi lebih baik ia diam.
"Siapapun itu tidak penting! Tuan Maruk ler, lebih baik kau pergi karena-" Aisyah menarik tangan Haechan lalu kembali memeluknya. "Haechan bersamaku," Aisyah menampakkan smirknya kepada Mark lalu mengibaskan tangannya memberi kode agar Mark segera pergi.
"Ck lihat saja nanti, singa betina" Mark melempar jaket kepada Haechan. "Hyuck, pakai itu jika kau kedinginan,"
"Tidak!" Aisyah melempar kembali jaket itu.
"Hei apa apaan kau singa betina? Bagaimana jika Donghyuck kedinginan?" Mark yang sudah duduk di jok sepedanya pun tidak jadi mengayuh sepedanya dan menatap tajam Aisyah.
"Lebih baik dia kedinginan dari pada memakai jaket busukmu itu! Tuan Maruk ler," Aisyah merangkul Haechan yang tingginya tidak jauh berbeda dengannya. Berbalik arah untuk pergi meninggalkan Mark.
"HEY ASAL KAU TAU! INI JAKET MAHAL YANG KU BELI LANGSUNG DI CHICAGO!"
"AKU TIDAK PEDULI! DIPASAR JUGA BANYAK!!"
Haechan tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya diam tanpa memisahkan keduanya. Yang terpenting ia tidak bersama Doyoung hyungnya.
Terimakasih sudah membaca:)
Maaf jika mengecewakan:)
Tbc
Terus berlayar coupleku
Markhyuck...