Plak. Tamparan keras mendarat di pipi Haechan membuat pipinya merah dan perih. Rahangnya juga terasa sakit karena tamparan itu.
Haechan mendongakkan kepalanya ketika orang itu mencengkeram rahangnya kuat. Siapa lagi jika bukan Doyoung yang datang. Tidak berperikemanusiaan.
Lagi lagi Doyoung menampar Haechan dan bersiap akan memukul Haechan dengan ponselnya.
"Berani sekali kau kabur dariku, kau pikir menyekolahkanmu itu tidak pakai uang? Pakai otakmu!" Doyoung menudingkan jarinya ke arah anak perempuan yang menggenggam tangan Haechan. Dia Aisyah yang tampat ketakutan apa lagi ketika Doyoung menampar Haechan sangat keras. "Dan kau! Jangan mengajarkan Haechan untuk melawan!" Doyoung menarik tangan Haechan dengan kasar.
"Ayo pulang!"
Percuma saja Haechan tidak bisa melawannya, tenaga kakaknya sudah tentu lebih besar dari tenaganya.
Haechan hanya diam ketika Doyoung mendorong Haechan untuk masuk ke dalam mobil, ia hanya bisa menangis.
"HAECHAN-A!!!!!!!!" Aisyah terduduk lemas di rerumputan ketika sahabat baiknya dibawa pergi.
###
Mark mendengus sambil mengayunkan kakinya merasa bosan. Ia menunggu lama Haechan dari tadi. Ia niat untuk berangkat lebih awal untuk menunggu Haechan. Haechan adalah orang pertama yang Mark tunggu.
"Hei alis sabit!"
Soobin datang dan langsung duduk di samping Mark. Ia melongok Mark yang terlihat menyedihkan dan seperti orang bingung.
"Kau ini kenapa? Kau terlihat menyedihkan," Soobin mengelus pundak Mark.
"Minggir, aku ingin menunggu Haechan datang," Mark menepis tangan Soobin dan beranjak dari duduknya.
Mark baru saja akan menuju luar sekolah. Pandangannya terfokus kepada dua orang laki laki yang sedang adu mulut. Salah satu bertubuh tinggi dan memakai jaket hitam serta celana jeans dan yang satunya lagi memakai seragam sekolah seperti Mark.
Mark langsung berlari cepat ke arah dua laki laki itu. Ia terkejut ketika ada Haechan disana.
Perasaan senang bercampur dengan sedih. Ia senang ketika Haechan datang. Tetapi ia sedih ketika melihat Haechan di pukuli oleh orang yang lebih dewasa darinya.
"Ekhmm maaf, bukannya saya mencampuri urusan kalian, tetapi saya hanya mengingatkan, jangan berbuat kasar kepada yang lebih muda, maaf sekali lagi mencampuri urusanmu tetapi karena ini menyangkut temanku Donghyuck, aku tidak akan tinggal diam," Mark menatap Doyoung tanpa rasa takut. Ia menahan tangan Doyoung yang kembali akan menampar pipi Haechan. Ia berani saja karena ini menyangkut Haechan dan ia tidak ingin Haechannnya terluka. Cieee kiw kiww. //Aisyah cemburu//
"Ck ada yang peduli ternyata," Doyoung tersenyum sinis dan melirik Mark dengan tatapan remeh. Ia segera masuk kembali ke dalam mobil dan melajukan mobilnya menjauh dari sekolah.
Haechan tersenyum meskipun sudut bibirnya terasa sakit. Ia beruntung memiliki teman yang baik seperti Mark.
"Akh," Haechan tiba tiba merintih kesakitan ketika Mark menggenggam tangannya.
"Hyuck? Kenapa?" Mark panik, ia melepas genggamannya dan berjongkok di depan Haechan. Ia melihat tangan kanan Haechan yang tadi ia genggam terdapat plester dan kain kasa. Bukan pada jari tapi pada telapak tangan. "Ini Kenapa? Ceritakan kepadaku sejujurnya,"
"Tidak apa apa," Haechan hanya tersenyum kecil namun ia menahan air mata yang akan keluar.
"Hikss... bunda..." Haechan mewek saja dan membuat Mark panik.'Kau lah muara kasih dan sayang...'
"Kau Kenapa??" Oh ayolah Mark ucapan kenapa itu sangatlah basi. Hibur dia langsung dan buat dia tertawa maka dia akan melupakan masalahnya sebentar. Mark masih setia pada posisinya yaitu berjongkok di depan Haechan.
"Hikss... bundaa!!!" Haechan masih terus saja mengeluarkan isak tangisnya. Anak anak yang baru datang juga memperhatikan keduanya.
Keduanya tidak tau jika Aisyah memperhatikan mereka karena Mark dan Haechan berada di depan sekolah yang bisa terlihat langsung dari jalan raya.
Aisyah diam diam membuntuti mobil Doyoung kemarin untuk mengetahui kemana Haechan pergi.
'Awas saja jika Haechanku kenapa napa'
Yo waslap geng
Ayo voment
Gak dipungut biaya kok
Sekalian saya mau hiatus
Fokus untuk lomba dulu
Jadi mohon pengertiannya ehe