Warn typo
.
.Mark masih memandangi kursi kosong di samping Jaemin. Ini sudah hampir bel istirahat tetapi Haechan belum berangkat juga. Bukan belum tetapi tidak.
Memperhatikan pelajaran yang diajarkan oleh pak Jaehyun si guru matematika. Walaupun sebenarnya ia hanya asal memperhatikan. Lebih fokus ke kursi samping Jaemin.
'Kau ini kenapa?' Sobekan kertas kecil muncul di hadapannya. Siapa lagi jika bukan Soobin pelakunya.
Mark hanya menggeleng. Dia hanya tersenyum tetapi tidak membentuk lengkungan pada bibirnya. Senyum terpaksa artinya. Berusaha untuk tersenyum tetapi hatinya tidak karuan.
Ini pertama kali dirinya merasa seperti ini. Ia sama sekali belum pernah merasakan rasanya berpacaran ya itu dikarenakan umurnya terlalu muda untuk berpacaran.
○○
"Eoh kenapa dia belum berangkat juga?" Mark bergumam di waktu istirahat. Dia duduk di kursi kantin. Berhadapan dengan Lucas sahabat karibnya yang kelas sembilan SMP dan adiknya Seera Lee yang masih kelas satu sekolah dasar, Lucas dengan sukarela memangku Seera karena meja yang tinggi membuat Seera tidak terlihat, padahal ada Mark yang kakak Seera sendiri namun tidak mau memangku Seera. Fyi, sekolah Mark memang tergabung dengan SD.
Entah setan apa yang merasukinya hingga ia tidak pernah mau berangkat dan pulang bersama adiknya saat sekolah. Jahat memang.
"Kau menunggu siapa?" Tanya Lucas yang berada di depannya. Ia merasa Mark gelisah seperti menunggu seseorang.
"Tidak ada, Seera kau ke kelas ya sayang? Cuacanya dingin, nanti kau sakit," Mark mengelus surai Seera. Seera turun dari pangkuan Lucas dan pergi ke kelasnya.
"Ne," Seera melambaikan tangannya dan berlari ke kelas.
Lucas memutar bola matanya malas. Dingin bagaimana? Jelas jelas cuaca saat ini sedang cerah. Mark memang doyan mengibuli anak kecil.
"Omong kosong macam apa itu?" Lucas menyeringai.
"Ehehe, aku hanya merasa tidak tega padamu cas, em maksudku hyung..."
"Yak! Jika merasa tidak tega kenapa tidak kau yang memangku Seera? Dia kan adikmu!" Lucas geram segeram geramnya. Ingin memelintir kepala Mark saat itu juga.
"Mm cas, maksudku hyung, apa kau tau?" Mark menjeda omongannya membuat Lucas penasaran. Ia sebenarnya ingin bertanya tanya tentang Haechan tetapi pasti Lucas tidak tau, pernah melihat saja tidak.
"Tidak, dan aku tidak mau tau, pasti kau akan membicarakan hal yang tidak penting, cih" Lucas beranjak dari duduknya dan segera pergi meninggalkan Mark.
Mark hanya sendiri sekarang. Beberapa kali ada siswi yang ingin duduk di depannya namun Mark tolak karena menurut Mark siswi wanita yang selalu mendekatinya itu tidak penting. Dan sebagai Hama.
Mark menganggap seperti itu karena ia pernah dipermalukan oleh siswi siswi itu di depan umum. Bagaimana tidak malu? Saat para siswa dikumpulkan di lapangan basket untuk kampanye osis, salah satu dari mereka memang mencalonkan diri sebagai ketua osis sama seperti Mark. Itu terjadi di tahun lalu dan siswi itu pernah berkata di sela sela kampanyenya.
'Jika aku menjadi ketua osis aku akan mencium Mark,'
Dan itu terjadi, siswi itu mencium Mark setelah upacara peresmian osis saat itu.
Ingin Mark membunuhnya saat itu tetapi Mark masih ingin bersekolah bukan terkurung dalam penjara karena kasus kriminal.
"Wanita jelek itu membuatku jijik hingga sekarang, dasar"
○○
Pada awalnya Mark memang membenci Haechan. Tetapi karena kejadian jatuh di jalan hari itu membuat Mark tidak bisa melupakan Haechan. Ia bahkan selalu teringat wajah Haechan setiap berkaca di rumahnya atau tidur di kasur yang pernah digunakan Haechan saat itu.
Ia sebenarnya ingin menjadikan Haechan teman dekatnya setelah Lucas. Namun selalu gagal dan tidak bisa karena 2 hari sebelumnya Mark masih membenci Haechan. Di hari yang seharusnya Mark ingin bersikap baik pada Haechan tetapi Haechan sendiri tidak hadir ke sekolah.
○○
Sudah kira kira satu minggu Haechan bersekolah di sekolah yang sama dengan Mark. Tetapi hanya dua hari Haechan berangkat dan di hari berikutnya tidak, bahkan tidak ada surat atau pesan dari keluarga Haechan. Karena keluarganya saja tidak tau kemana perginya Haechan.
Kelakuan Haechan ini membuat Doyoung si kakak tirinya ini marah besar. Ia di katakan tidak bisa menjaga Haechan.
"Sialan, kemana bocah itu"
Haechan tidak sendiri. Ia ditemani oleh perempuan yang seusianya. Dia bernama Aisyah, yang pernah Haechan temui malam itu.
"Chan, apa kakakmu tidak akan panik ketika kau tidak ada bersamanya?" Haechan hanya menggeleng yang berarti tidak.
"Aku rasa tidak, buktinya sampai sekarang Doyoung hyung tidak mencariku," Haechan tersenyum sambil merangkul Aisyah.
Sebenarnya dari awal Aisyah menolak Haechan untuk ikut dengannya. Karena Aisyah tau Haechan itu masih bersekolah sedangkan Aisyah? Dia tidak bersekolah namun ia anak yang pintar.
Aisyah adalah seorang remaja tunawisma yang tidak memiliki ayah ataupun ibu. Awalnya ia berada di panti asuhan bersama anak anak yatim piatu lainnya tetapi semenjak ibu panti mereka berganti menjadi orang lain yang menurutnya lebih galak dan kejam dari ibu panti sebelumnya ia lebih memilih pergi dari pada terus tersiksa.
"Dan aku juga ingin bertanya padamu, apa ibu panti tidak mencari keberadaanmu?" Haechan kembali bertanya dan dijawab gelengan oleh Aisyah sendiri.
"Aku memang sering bertemu dengannya, tetapi dia terlihat biasa saja dan tidak peduli padaku, jadi aku juga tidak peduli dengannya," Haechan mengangguk paham atas penjelasan Aisyah padanya. Rupanya hidupnya tidak jauh berbeda dengan Aisyah.
"Umm jika aku boleh tau kemana ibu panti yang sebelumnya? Yang kau pernah bilang jika dia orang yang baik," pertanyaan itu membuat dada Aisyah merasa sesak saat mengingat kejadian tahun lalu.
"Saat itu salah satu teman kami ada yang menderita satu penyakit dan kemungkinan hidupnya tidak bertahan lama, saat di rumah sakit anak itu melukai dirinya sendiri dengan pisau buah yang ada di meja kamar rawatnya sampai dirinya sendiri itu meninggal, tidak ada cctv di sana dan ibu panti yang baru itu menuduh ibu panti baik itu ya. ng membunuh teman kami, dia dipenjara dan dia meninggal karena dipukuli oleh orang yang satu ruangan dengannya, hiks.. aku merindukan orang baik sepertinya," Aisyah meneteskan air matanya. Haechan yang berada di sampingnya tidak bisa berbuat apa apa selain mengelus punggung Aisyah.
"Maafkan aku membuatmu sedih," Haechan berdiri dan berjongkok di depan Aisyah dan mengelus punggung tangannya.
"Tidak masalah, aku berterimakasih padamu, ternyata dengan kehadiranmu ini membuat aku melupakan hal hal pahit dalam hidupku," Aisyah menarik tubuh Haechan supaya kembali berdiri dan memeluk tubuh Haechan yang tidak jauh lebih besar darinya.
"Ternyata ini rasanya dipeluk?"
Mereka tidak tau jika perbuatan mereka dari tadi diamati oleh seseorang yang mungkin salah satu dari mereka mengenalnya.
"Ternyata dia disana?"
Membosankan
Terimakasih sudah membaca
TBC