Mantan?

1.6K 74 6
                                    

Kata-kata ini, kusampaikan untuk kamu.
Kamu yang pernah menjadi bagian paling penting di hidupku, dan kini aku harus merelakanmu dengan yang baru.

Hai kamu, bagaimana kabarnya?
Entahlah, mengapa aku jadi seperti ini.
Yang jelas, aku rindu.
Aku merindukan setiap hembusan nafas yang kamu keluarkan, aku merindukan suaramu yang membuat sudut bibirku terangkat, aku merindukan senyummu yang membuat hatiku terpana, aku merindukan perhatianmu yang membuat pipiku merona, aku merindukan hari-hari dimana kamu selalu ada, disampingku.

Aku berfikir, aku menyesal telah meninggalkan kamu disaat kamu benar-benar membutuhkan aku. Maaf, kala itu aku memang bodoh. Memilih untuk pergi ke hati lain tanpa memberi alasan yang jelas dan membuat kamu yang kini benar-benar membenci ku.

Saat aku meninggalkan kamu, pikiranku hanya diisi oleh kamu. Tentang rasa bersalahku, tentang bagaimana keadaanmu tanpa aku, tentang sudah kah kamu mendapat yang baru?.

Entah mengapa, aku merasa tidak suka jika kamu dekat dengan yang lain. Aku benar-benar tidak rela kamu bersama yang lain.
Hingga aku sadar, kini aku bukan bagian hidupmu lagi.

Ingin sekali menanyakan kabarmu, ingin sekali berjalan bersamamu lagi, ingin sekali bermain di taman bersamamu lagi, ingin sekali kembali ke masa lalu.

Aku menangis setiap aku mengingat kamu, menangis karena bagaimana bodohnya aku kala itu. Aku ingin, aku ingin kembali bersama kamu lagi. Aku menunggu, aku menunggu kamu kembali untuk datang kepadaku lagi. Membuka jalan yang baru, dan bersama selamanya.

Hanya saja, takdir tidak menginginkan kita untuk bersatu.

Saat aku merenung di taman dekat rumah kerabat, aku melihat kamu. Rasa rindu ini tidak bisa kutahan, ingin sekali aku berlari mendekatkan diri dan memelukmu. Tapi, keinginanku kandas, saat aku melihat seseorang yang berjalan di belakangmu, memelukmu. Hingga aku tersadar, kini kamu telah membuka cerita yang baru, dengan yang lain.  Aku marah, dan tidak rela melihat tangan yang dulu hanya untuk aku, sekarang menggenggam tangan yang lain. Cerita yang dulu menemani waktuku, kini telah didengarkan oleh yang lain. Canda dan tawa yang dulu milikku, sekarang milik canda dan tawa yang lain. Senyum yang dulu hanya kamu berikan kepadaku seorang, kini telah diberikan kepada yang lain.

Aku senang melihat kamu bahagia seperti ini. Tapi aku tidak rela kamu bahagianya dengan yang lain.
Aku berfikir, seharusnya aku yang di situ, duduk disampingmu, bukan dia yang sekarang. Dan saking bahagianya, kamu tidak sadar kalau aku melihatmu di tempat duduk sebrang dengan mata yang berlinang air mata.

Aku berdoa kepada tuhan, semoga kamu putus dengannya dan kembali bersamaku. Memang, ini egois. Aku lupa jika aku pernah meninggalkanmu tanpa alasan. Kini, aku harus menerima kenyataan, kenyataan mu dengan yang lain. Dan parahnya, kini aku sendiri.

Berusaha untuk menguatkan hati, berusaha untuk menjernihkan pikiran, berusaha untuk menerima kenyataan pahit ini, berusaha untuk merelakan meski aku tak akan bisa.

Untuk kamu, terimakasih pernah menjadi bagian penting dalam hidupku, terimakasih pernah menjadi bagian dari kisah ku, terimakasih atas semua kenangan yang pernah kita buat bersama.

Kini aku harus merelakanmu, mengingat bahwa kamu tidak untuk ku inginkan, melainkan hanya untuk kenangan.

asakurasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang