Senja#2

496 28 3
                                    



2 tahun kemudian.

Notifikasi pesan hpku berbunyi. Disitu tertulis nomor yang sama sekali tidak aku ketahui. Aku membuka pesan itu dan membacanya.

Nomor itu milik kamu. Kamu yang sudah lama aku tunggu. Kamu berkata bahwa kamu merindukan aku. Percayalah, aku lebih merindukanmu.

Keesokan harinya kamu berkata bahwa seminggu lagi akan menepati janji yang kamu buat dulu. Aku senang karena kamu akan kembali. Kamu menyuruhku untuk menunggumu. Tanpa kamu suruh, aku akan menunggu, selalu setia menunggu.

1 minggu kemudian.

Aku tidak sabaran. Aku sangat-sangat merindukan. Tadi malam, kamu bilang bahwa kamu dalam perjalanan. Tetapi, hingga siang datang, dirimu tak kunjung menampakkan.

Kecemasan yang pernah aku rasakan kembali datang. Aku mengirimimu pesan, tapi tak kunjung mendapat balasan. Aku kembali menelfon mu, tapi tak kunjung mendapat jawaban.

Hingga beberapa menit kemudian, ada nomer tak dikenal menelfonku. Aku mengangkatnya. Betapa terkejutnya aku saat ternyata dia adalah ibumu. Di sebrang sana dia menangis. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Ibumu mengatakan bahwa kamu mengalami kecelakaan saat perjalanan dan sekarang berada di rumah sakit yang kebetulan dekat rumah.

Air mataku kembali keluar, sekarang turun dengan deras. Kudengar diluar suara hujan, hujan juga turun dengan sangat deras.

Mengapa? mengapa harus seperti ini?

Aku menutup telfon itu. Aku segera pamit kepada mama papa dan bergegas menuju rumah sakit dengan tidak memperdulikan hujan yang turun sangat deras.

Sesampainya di rumah sakit, aku langsung menuju IGD. Aku melihat kedua orang tua dan kakakmu di depan ruangan itu. Aku menghampiri mereka. Mama papa ku datang, mereka segera menghampiriku.

Sore tiba, dan hujan masih belum reda. Kini dia telah dipindahkan di ruang rawat. Aku, mama dan papa masih menunggu di depan ruangan itu.

Beberapa saat kemudian, ibumu keluar dan berkata bahwa kamu telah tersadar.

Aku segera masuk ke dalam ruangan itu. Aku tidak lagi bisa menahan air mataku. Kini aku tepat di sampingmu, melihatmu terbaring lemah, kesakitan menahan semua ini.

Kamu menatapku, begitupun aku. Terlihat dari matamu, rasa rindu yang sangat amat dalam. Aku melihatmu menitihkan air mata. Dengan segera, aku menghapus air mata itu.

Kamu memegang tanganku dan menarik tubuhku untuk mendekat hingga akhirnya aku berada dalam pelukanmu. Aku menangis sambil memelukmu erat. Melepas rindu yang tak lagi bisa ku tahan.

Pelukan itu berakhir saat kamu membuka suara "gue uda balik. Jangan nangis lagi. Gue gasuka liat lo nangis. Tambah jelek".

Aku kembali kesal. Kamu sama sekali tidak berubah. "biarin! gue ngambek!" kataku.

Kamu menjawab sambil tertawa, "ngambek aja kalo bisa".

Kamu tetap saja, selalu membuatku naik darah.

Tiba-tiba kamu memegang tanganku dan berkata, "gue minta beberapa permintaan boleh?".

Aku agak gugup, apa yang akan kamu minta?. Aku pun menjawab, "boleh aja, asal ga keterlaluan".

Kamu tertawa. Meski aku tahu kamu menahan sakit nya tubuhmu dengan mati-matian.

"gue minta, lo harus ikhlasin gue pergi dan lo harus bahagia tanpa adanya gue disisi lo. Selamanya".

flashback off

Kata-kata itu, kata-kata yang sudah bertahun-tahun aku lupakan, kata-kata yang membuat hatiku terluka, kini kembali terkenang. Melesat dalam pikiran, hingga aku lupa lagi cara melupakan.

Mengingat bagaimana kondisimu saat itu, dadaku sesak, semakin sakit, dan semakin terisak. Ini membuatku hancur.

Mengingat kenyataan pahit saat itu.
Kamu datang, lalu meninggalkanku lagi.
Sungguh miris.

Kamu pergi disaat hujan sore itu. Alam tidak berada di pihakku. Mereka ikut menangis atas kepergianmu. Kini aku hanya bisa mengenangmu, memberi mu pesan lewat doa yang kusampaikan kepada tuhan dengan segala harap agar kita kembali bertemu.

Maaf, aku belum rela untuk melepaskan kepergianmu. Tapi aku harus melakukannya. Meski aku tahu aku takkan bisa. Aku akan tetap mencoba.

Selamat tidur, Senja-ku.

asakurasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang