Senja

936 38 3
                                    

23'03'19

Sore menjelang malam, hujan kembali datang. Warna langit yang kuharapkan, berubah menjadi sendu dan gelap.

Hujan kini mengingatkanku pada kenangan yang lama menghilang. Membuatku makin sulit untuk melupakan. Disaat aku sudah rela untuk melepaskan.

flashback on.
Mengingat kala itu. Sore hari, hujan turun sangat deras. Aku duduk di halte menunggu jemputan. Ditemani dengan suhu yang dingin dan gemericik air hujan.
Lama menunggu, aku mulai kesal. Rasanya ingin sekali berlari menuju rumah dan langsung terlentang diatas kasur yang nyaman.
Saat aku ingin berlari, kamu datang. Mencegahku dari arah depan agar aku tidak pergi. Kamu menatapku, begitupun aku. Canggung, itu lah yang terjadi saat ini.

Hening, suasana kini kembali canggung. Kamu menoleh ke arahku sambil tersenyum. Senyuman itu berbeda, sangat berbeda. Terlihat lebih tulus, dan indah. Aku hanya diam membalas senyumanmu. Kamu mengingatkan kata-kata yang pernah kamu katakan kepadaku bahwa aku tidak boleh pergi saat hujan deras, seperti sekarang.

"gue gamau lo sakit. Kalo lo sakit, yang gue bully siapa?"-u.

Jengkel? memang, marah? tidak juga, nyaman? itu yang aku rasakan sekarang.

Kamu mengeluarkan jaket dari tasmu dan memakaikan jaket itu kepadaku. Ini kali pertama kamu memberikan perhatian seperti ini.

Sifat yang selalu kamu lakukan di kelas keluar sekarang. Yaitu, berbicara tanpa henti. Terbiasa dengan ceritamu, aku jadi tidak terlalu terganggu.
Tiba-tiba kamu terdiam. Aku menoleh ke arahmu dengan tatapan heran. Aku melihat kamu menatapku dalam dan tersenyum yang terlihat sangat indah. Aku membuang muka. Kali ini, kamu benar-benar membuat ku marah. Kamu melanjutkan ceritamu yang tergantung tadi, tapi aku tidak mendengarkannya.

Kini aku hanyut dalam pikiranku sendiri.
Entah kenapa menjadi seperti ini. Apa karena aku yang terlalu terbawa perasaan atau kamu yang ingin benar ingin memberikan aku harapan.

Kamu menyadarkan aku dari lamunan. Raut wajahmu kini terlihat kesal. Aku tertawa meledak. Kamu yang melihatku tertawa menjadi sebal, dan kamu mencubit pipiku dengan gemas. Kini kamu dan aku tertawa bersama seperti biasanya. Tapi sekarang berbeda. Aku merasakan sesuatu yang ganjil.

Hujan sudah reda. Kesenangan kala itu berakhir saat aku telah dijemput. Kamu mengacak-acak rambutku dan mengatakan kalau aku harus sampai di rumah dengan selamat. Aku pun pulang. Dijalan aku memikirkan hal yang kita lakukan tadi.

Mengapa aku seperti ini?
Tidak mungkin aku menyukai orang yang selalu menjadi partner tengkarku sendiri.
Entah kenapa, aku jadi merinding.

Keesokan harinya, kamu berbeda. Sangat berbeda. Kamu diam, dan selalu menjauh dariku. Aku heran, mengapa kamu seperti ini. Bertahun-tahun kita bersahabat. Baru saja kemarin kamu memberi perhatian seperti itu, dan kini kamu menjauh dariku?

Apa yang telah terjadi?

Hari-hari berganti, tapi tetap sama. Kamu tetap diam dan terus menjauh.
Disela itu, aku berpikir. Mengapa aku harus memikirkannya?, mengapa aku harus tau apa yang sebenarnya terjadi?, mengapa akhh! aku tidak tahu. Rasa apa yang kini aku rasakan?

2 minggu kemudian, aku tidak melihatmu. Bangkumu kosong, barang-barang di lokermu juga tidak ada. Aku berpikir, mungkin kamu tidak masuk sekolah.

Selang 2 hari, kamu tetap tidak kelihatan. Aku cemas. Rasanya, ragaku seperti ada yang hilang. Hingga aku memutuskan untuk pergi kerumahmu saat pulang sekolah nanti.

Waktu pulang telah tiba. Cuaca saat itu mendung, sangat gelap. Aku berlari menuju rumahmu. Sesampainya aku di depan rumahmu, aku melihat kamu dan keluargamu masuk kedalam mobil. Pagar rumahmu terbuka. Mobil keluargamu keluar. Aku melihat kamu dari luar kaca mobilmu. Kamu terlihat seperti berbicara dengan orangtuamu dan keluar dari mobil berlari menuju ke arahku.

Kamu berkata, "lo ngapain di sini?. Cuaca ga bersahabat, habis ini hujan. Ntar lo sakit".

Aku tersenyum. Kata-kata yang aku rindukan kembali ku dengar.

Aku membalasmu, "gue gapeduli gue sakit. Lo kemana aja ga sekolah?. Terus, itu, lo mau kemana?".

Kamu terdiam. Aku melihat wajahmu sekarang berubah. Aku memaksa untuk kamu menjawab pertanyaanku.

Kamu menjawab, "gue minta maaf karna uda gamasuk sekolah beberapa hari ini. Gue ada urusan pribadi. Maafin gue, sekarang gue harus pergi. Semoga lo bisa dapetin sahabat yang lebih sayang dan tulus sama lo. Maafin gue".

Pikiranku tidak bisa fokus. Apa yang kamu katakan?. Semua pikiranku dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang aneh. Air mataku menggenang. Tubuhku bergetar. Entah mengapa, aku merasa benar-benar bersalah.

Apa yang terjadi? mengapa kamu seperti ini?.

Tidak terasa, airmataku jatuh. Kamu terkejut dan langsung memelukku, mencoba menenangkanku.

Kamu berkata "maafin gue, gue gamau lo nangis, please jangan gini. Gue bener-bener minta maaf udah bikin lo kayak gini. Maaf gue udah jadi sahabat yang ga baik. Kapan itu waktu di halte, gue sengaja bikin perhatian yang lebih ke lo, karena habis ini gue gabisa ngelakuin itu lagi. Gue harus pergi karena alasan tertentu".

Air mataku terus mengalir, dadaku menjadi sesak, dan aku terisak. Kamu melepas pelukanmu dan memegang tangan kananku. Kamu memberikan kalung. Kubuka kalung itu dan didalamnya terdapat foto kita berdua saat masih kecil. Aku mengingatnya, ini sangat menjengkelkan. Kamu membuatku semakin terisak.

Kamu menggenggam kedua tanganku sangat erat sambil berkata "gue nitip ini. Suatu saat, gue bakal kembali. Gue harap lo bisa jaga ini baik-baik. Gue sayang sama lo, maafin gue sementara harus meninggalkan lo". Kamu kembali memelukku, dengan erat, aku membalas pelukanmu.

Aku berkata dalam pelukanmu, "gue mohon jangan tinggalin gue, kenapa lo harus ninggalin gue? gue gamau kehilangan sahabat kecil gue. Gue mohon".

Rintik-rintik hujan mulai terasa. Udara semakin dingin. Kamu berkata "hujan turun, lo harus segera pulang. Sekali lagi maafin gue. Gue minta lo bener-bener jaga kalung itu. Ingat, gue bakal kembali. Lo harus pulang sekarang, gue gamau lo sakit. Dan gue pamit. Maaf gue harus pergi".

Kamu melepaskan pelukanmu. Melihatku dengan tatapan sendu. Dan memberikat senyuman hangatmu. Hujan turun lebih deras sekarang. Kamu kembali berkata, "gue harus pergi". Kamu berlari menuju mobilmu.

Aku melihat mobilmu berjalan dengan kecepatan tinggi meninggalkan tempat ini. Aku menangis sangat deras. Aku mengejar mobilmu sambil berteriak  "PLEASE JANGAN TINGGALIN GUEE!!! GUE MOHONN!!".

Aku jatuh, tersandung kakiku sendiri saat mengejar mobilmu. Kini, mobilmu semakin menjauh dan sudah tak terlihat. Sekarang aku sendiri. Ditengah jalan yang sepi, ditemani derasnya hujan yang jatuh, dan di iringi isak tangis yang keluar dari mulutku.

Dalam hati aku berkata "gue akan nunggu lo. Gue harap lo ga bakal ngecewain gue".


















See u on next chapter!
Happy reading🙌🏻

asakurasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang