Bulan dan Bumi

502 30 2
                                    

31'03'19

Pagi ini, tetap diawali seperti hari-hari yang lalu. Aku terbangun dari tidurku. Mengambil ponsel dan membaca pesan yang setiap hari kamu kirim kepadaku.

Dulu, dengan kamu membalas pesanku saja sudah membuat ku sangat bahagia. Membalas tatapanku saja sudah membuat kedua pipiku merona. Membalas dengan sapaan saja sudah membuat hatiku terpana.

Tetapi kini, rasa itu perlahan menghilang.

flashback on

Saat itu, aku melihatmu di tepi lapangan berteduh dari teriknya matahari. Aku menatapmu dengan lekat. Entah mungkin kamu merasa seperti di perhatikan atau tidak, yang jelas kamu kembali menatapku.

Buang muka? ya, itu yang aku lakukan.

Entah mengapa, aku kembali ingin menatapmu hingga tatapanku berakhir pada kedua matamu yang dari tadi memperhatikanku. Aku ingin lepas dari tatapan itu, tapi hatiku menolak untuk melepaskannya. Hingga bel pergantian pelajaran berbunyi dan mengakhiri acara tatap-tatap yang tidak disengaja itu.

Akhir-akhir setelah kejadian itu, aku jadi terlalu sering memikirkanmu. Jujur itu sangat mengganggu, tetapi aku benar-benar tidak bisa melupakan tatapanmu hari itu.

Suatu hari, aku mendapat id line mu dari salah satu rekanku. Agak norak memang, tapi kala itu aku sangat senang. Aku mengirim pesan menyuruhmu untuk meng-Add back. Kamu melakukannya, aku benar-benar berteriak tanpa suara.

Semenjak itu, aku dan kamu semakin dekat. Sangat dekat, sampai-sampai memiliki rasa takut kehilangan antara satu sama lain.

Bukan siapa-siapa? memang. Tapi kita sangat dekat, sedekat urat nadi.

Kamu meminta agar aku selalu berada di sisimu. Kamu berkata bahwa aku ini hanya milikmu seorang, tidak boleh ada satupun lelaki yang mendekat.

Tetapi, mengapa seperti ini?
Kamu menganggapku hanya sebatas sahabat. Tetapi perlakuanmu tidak menunjukkan bahwa kamu dapat di katakan sebagai seorang sahabat.

Kamu selalu melarangku untuk mendekati ataupun menerima setiap laki-laki yang datang menghampiri. Aku muak. Kamu dulu berkata bahwa kita lebih baik menjalin hubungan sebatas sahabat dan tidak lebih.

Sakit? itu memang aku rasakan.
Setelah kamu berkata seperti itu, rasa yang aku miliki untukmu perlahan telah pergi.

Sempat memikirkan, bagaimana perempuan sepertiku telah mengejar seorang lelaki?.
Hey?, dimanakah letah harga diriku?. Entah mengapa, harga diriku kala itu hilang. Aku benar-benar tidak memikirkan bahwa aku serendah ini.

Sekarang aku bertanya..
Apa aku salah telah meninggalkan dia yang telah membuat hatiku teriris oleh kata-kata yang telah dia ucapkan?
Atau aku salah karena terlalu berharap bahwa dia akan menerima dan menjagaku seperti yang masa laluku berikan?

Arghh, lagi-lagi aku telah melakukan hal yang bodoh. Lagi-lagi aku telah melakukan hal yang sia-sia. Lagi-lagi aku telah membuang-buang waktuku hanya untuk orang yang salah.

Semenjak itu, aku menjauh. Berusaha untuk pergi meninggalkan dan tidak memperdulikan kehadiranmu lagi.

Aku yang memutuskan untuk mengawali dan mendekati, maka aku juga yang harus memutuskan untuk mengakhiri dan pergi.

Tapi entah mengapa, beberapa hari ini aku merasa bahwa ada sesuatu yang aneh dalam diriku. Aku menjadi tidak suka melihatmu dekat dengan perempuan lain. Bisa di bilang, aku cemburu.

Tidak tahu untuk apa rasa ini muncul. Bukankah aku sendiri yang memutuskan untuk pergi? mengapa aku menjadi labil seperti ini?.

Hingga aku tersadar bahwa aku telah buta dengan cintamu. Aku menyesali perbuatanku. Aku menyesal karena pergi meninggalkanmu, yang kini telah memiliki pengganti yang baru.

Kini kamu telah bebas bercengkrama dengan yang lain. Kadang melihatmu sedang dalam kenyamanan bersama orang lain itu membuat hatiku sakit. Ingin sekali melarang, tapi aku sadar bahwa aku tidak memiliki hak apapun atas itu.

Sekarang aku merasakan apa yang kamu rasakan dulu. Kini aku hanya bisa untuk mengatakan kata-kata maaf yang kemungkinan kecil untuk kamu maafkan.

Kamu yang dulu selalu ada sekarang telah hilang. Kamu yang dulu membuatku tertawa sekarang telah sirna. Kamu yang dulu mengatakan apa itu cinta kini telah pergi meninggalkan.

Maafkan aku, yang telah mengabaikan rasa tulusmu.

flashback off

Mengingat masa-masa itu aku terlihat seperti orang yang sangat bodoh. Bisa dibilang bukan hanya 'seperti', tapi sudah memang. Mengingatmu, juga mengingatkanku pada kata-kata seseorang. "Dulu kita pernah sedekat nadi, tapi sekarang kita sejauh bulan dengan bumi."

Ini kedua kalinya aku jatuh ke lubang yang sama. Datang, nyaman, bosan, tinggalkan, menyesal. Yah, sekiranya seperti itulah sedikit gambaran kisah cintaku.












Penyesalan, itu akan selalu berada dalam akhir suatu cerita. Jangan sampai kamu menyesal dengan apa yang telah kamu perbuat. Pikirkan apa yang akan kamu lakukan dengan matang, baru melakukan dengan yakin dan pantang.











Aku, Membuat kisah ini ditemani oleh keheningan malam, juga di terangi oleh cahaya rembulan dengan hati yang masih terdapat nama yang sama meskipun aku tahu bahwa aku tidak lagi diinginkan.











Elah galau mulu.

Jangan di tiru ya teman-teman, ini sangat tidak baik untuk kesehatan. Dari pada galau memikirkan mantan atau gebetan, mending kita bangun semangat untuk masa depan.

asakurasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang