Jika Kau Pergi ke Arah Malam dan Meninggalkan Aku Menanggalkan Pakaian

55 6 5
                                    

Jika kau pergi ke arah malam dan meninggalkan aku menanggalkan pakaian untuk memeluk kedinginan kala hujan turun selebat-lebatnya di luar, apakah aku telah melukai sedemikian dalam hingga tak kau pikirkan nasib sakit yang mungkin menjangkitimu dan rasa perih diabaikan abadi di jantungku? Kutahu, tak pernah semarah ini padaku sebelum sekarang kau merasa sekarat merawat cintaku yang sakit. Biarkan kesendirian bagai gelombang pasang dan perpisahan kita bagai lautan dan daran tinggi mendekati gunung penuh semak dan binatang-binatang melata jumlahnya tak pernah kita tahu. Aku akan membayangkan rambut ibu tergerai dan satu-satu rontok dan berubah jadi ular, mengejarku sebenar-benar kencang bahkan ketika kupilih memanjat pohon-pohon tinggi atau menyelam ke dalam sungai-sungai dalam bahkan melompati api, tetap saja mereka mematukiku hingga mati, bayangan-bayangan itu menggidikkanku, seperti itulah aku menangis putus asa setelah kesunyian seluas dada hampa dan aku mencarimu entah ke mana. Aku menanya dukun kampung yang ompong dan rabun tapi ia menertawaiku sambil memintaku mencarimu di dasar hatiku, di dasar keyakinanku, di dasar telapak tanganku yang menengadah doa. Aku tak percaya nujum, tapi jelas yang ia katakan adalah cara terbaik memaafkan diri dan memutar peta perjalan hidup ke arah kompas. Kasih sayang itu dari kepala yang tak pernah berpikir pergi. Hujan mati, dan kau tertidur pulas di sampingku yang mati-matian tak ingin mati dalam mimpi.

2019

Jalan Akal (Kumpulan Puisi Panjang)Where stories live. Discover now