Robbana, mimpi itu ngial ke kenyataan, tak dapat kutampik ketakutan yang menjalar. Kerap aku tersentak, bulu kudukku remang, bayang-bayang mati putih gelantungan di dinding kamar. Aku terka-terka dosa yang hitam dari ujung rambut dan kedalaman pikiran yang hilang akal. Sulit mendeteksi kesalahan diri sebab bathin mati arwahnya tak ambil peduli. Betapa pun nelangsanya nurani, terbakar bosan jutaan mili, tetap saja tangan kiri dan kanan bertengkar, berdoa atau terus merapal mantera yang makin membuat hidul sebal. Aku akui Tuhan terlalu peduli, aku berdiri minta dipeluk malaikat baik hati, dengan bunga-bunga kamboja atau lili tertanam di belukar masa depanku. Pada kepasrahan yang lemahkan ginjal, tak ada jalan yang kutempuh selain susur sungai airmata jahannam. Berkecipak-kecipak ikan bongak, dan pikiranku mampet dan jalan esok pekat. Kuikat pita tanda penyerahan, bersujud aku di pengap kamar, retak-retak marmar, leberantakan hatiku, tak berpintu, akhirat yang kutuju akhiran bagi kata mampus loe. Duh & Duhai Robbana, kecaplah doaku yang asin menghujat karingat, lelah mengingat kekasih sialan yang paling rindu dan serakah cumbu. Aku terserang, demam siluman, monyet-monyet buatan. O cinta yang cuma, tikamkan rahasiamu kekeputusasaan rahasiaku, buar hancur kebur mulut waktu. Dingin: senggama batu-batu.
2019
YOU ARE READING
Jalan Akal (Kumpulan Puisi Panjang)
Casuale#4 in Usaha (Mar, 27th of 2019) #20 in Usaha (Mar, 29th of 2019) #4 in Ruang (Apr, 1st of 2019) #5 in Jalan (Apr, 7th of 2019) #4 in Refleksi (Jun, 9th 2019) #1 in Usaha (Jun, 10th of 2019) #7 in Usaha (Jul, 18th of 2019) Karena Akal Punya Jalannya...