Sebaiknya kau berhenti mengukur panjang jalan raya, tidur saja dan tak usah melakukan apa-apa. Jadilah sia-sia. Hidup yang pernah kaubanggakan itu tak lagi melahirkan bara, dingin dan takkan mampu menahbiskan hakikat nyawa. Manakah yang lebih baik mati sendiri yang penuh lika-liku misteri atau mematikan diri di saat paling tepat untuk mengakhiri bayang-bayang akhirat yang kian pekat. Adakah Tuhan sepakat dengan ruh untuk saling menjabat dan bukan saling menghujat? Aku mengarang-ngarang cerita nikmat dan mendesahkannya pada tembok rumah yang tua dan tak pernah dicat. Seharusnya memang, hujan turun ke dalam genangan, genangan banjir, mengapungkan sepasang mata yang jatuh cinta kepada luka, lupa dan apa pun yang menganga di antara keduanya. Yang tak terobati adalah mati, yang selalu menyembuhkan diri adalah pertobatan sejati. Makhluk-makhluk kurcaci hendak jadi apa? Cacilah kesempitan makna surga.
2019
YOU ARE READING
Jalan Akal (Kumpulan Puisi Panjang)
Random#4 in Usaha (Mar, 27th of 2019) #20 in Usaha (Mar, 29th of 2019) #4 in Ruang (Apr, 1st of 2019) #5 in Jalan (Apr, 7th of 2019) #4 in Refleksi (Jun, 9th 2019) #1 in Usaha (Jun, 10th of 2019) #7 in Usaha (Jul, 18th of 2019) Karena Akal Punya Jalannya...