Maka kekasihku tak mampu kuterjemahkan keruwetan hidup macetku tanpamu. Aku hanya ingin hari-hariku biru di bawah cipokanmu yang candu, hanya itu caraku hidup, bertenaga dan bahagia. Selalu kurindukan tubuhmu yang rahasia, yang kadang memaksa aku memasukinya lantas aku berurai airmata yang alami. Cintamu membuatku tersedak, aliran darahku bergolak, namun batinku bergelak, tak ada bahasa yang menggambarnya. Jika hari-hariku sunyi, maukah kau mengalah sesekali? Menjengukku dengan madu di lehermu, yang kita teguk sampai mabuk subuh ke subuh. Entah, segala tentangmu adalah getah putih yang kutakik tanpa henti. Kau pun selalu memelukku sebagai bukti. Hanya itu cara kita merawat kegawatan jiwa di antara kita. Sayang, sesekali ayolah bersulang, anggur hitam mematikan. Aku ingin mati dalam selimutmu setelah puas mengukur luas tubuhmu dan buas nafsumu. Duh & Duhai, selalu rahasia di antara pahamu yang menghanyutkan segala ketakutan-ketakutakan semu. Neraka begitu terjaga, kita tertidur seperti burung dara, terbang dalam mimpinya, meraup semua udara. Hidupku begitu jinak, begitu enak, saat menjilati waktu yang pecah oleh derai tawamu.
2019
YOU ARE READING
Jalan Akal (Kumpulan Puisi Panjang)
Random#4 in Usaha (Mar, 27th of 2019) #20 in Usaha (Mar, 29th of 2019) #4 in Ruang (Apr, 1st of 2019) #5 in Jalan (Apr, 7th of 2019) #4 in Refleksi (Jun, 9th 2019) #1 in Usaha (Jun, 10th of 2019) #7 in Usaha (Jul, 18th of 2019) Karena Akal Punya Jalannya...