Aku sakit pilek yang rumit dan seharusnya istirahat tapi aku memaksakan diri membaca dan berniat menulis puisi malam ini. Dalam buku selendang pelangi hendak kulukis warna-warni seluruh negeri, bahkan aku sampai ke Mahakam, Cambrigde, California dan berhenti di Suramadu. Aku ingin mencelupkan imajinasiku ke keramaian arang di bawah menara Effiel, Pisa, atau setidaknya Petronas atau setidaknya lagi Monas. Betapa puisi gagah menembus pikiran dan menjelma apa saja yang nyata selepas dinyatakan. Rasanya aku ingin memeluk Karl May agar ensiklopedia di tangannya yang tak lepas membuka laman buku menjalar ke umbi darahku yang ungu, biru, dan lebih sering merah jambu. Aku ingin menjelajah Antartika, berlarian di antariksa, menjilat bulan dan menyentuh panas matari. Aku ingin bergulingan di gurun Gobi, Sahara, dan di mana saja padang pasir yang luas dan dikenal luas. Aku hendak makan daging unta, kanguru dan kelinci putih. Kepada puisi aku hendak meminta apa saja; sembuhkah pilekku, kuatkan sumsumku, kerapkan senyumku. Aku minta puisi jadi ibu yang rajin memancarkan susu dan ayah yang tak putus mengelus kepalaku. Aku jatuh cinta pada malam ini yang hangat dan sekaligus dingin, yang mendemamkan aku dan mengigau ujung lidahmu di dalam mulutku.
2019
YOU ARE READING
Jalan Akal (Kumpulan Puisi Panjang)
Random#4 in Usaha (Mar, 27th of 2019) #20 in Usaha (Mar, 29th of 2019) #4 in Ruang (Apr, 1st of 2019) #5 in Jalan (Apr, 7th of 2019) #4 in Refleksi (Jun, 9th 2019) #1 in Usaha (Jun, 10th of 2019) #7 in Usaha (Jul, 18th of 2019) Karena Akal Punya Jalannya...