Hai kalongers! sedang apa gerangan? menanti ceritaku kah? atau sibuk untuk produktif? sibuk pacaran? atau sibuk mau tidur? hahahahah
Pasca insiden Irene dirawat seminggu penuh dan tak bisa hadir di wisuda. Sepulang ke rumah pun masih menjalani terapi. Tapi rasa bersalah dan malu pada diri sendiri dia terus menunjukkan kalau sudah sembuh dan ingin bekerja. Dari penghasilan itu lah dia menabung agar bisa terbang ke London.
"Setelah berulang kali memohon baru Hyo unnie dan Sica unnie mau beri alamatmu. Teman-teman kalian menyeramkan ya? Hahahah. Tapi mereka amat melindungi dan menjaga kalian. Tidak sepertiku." Nada bicara Irene menurun kala mengucap dua kata terakhir sembari menunduk menatap sepasang kaki terendam air hangat.
"Irene ah," ucap Seohyun mendekapnya. "Jangan mengorban diri terlalu banyak untuk orang lain!"
"Tapi Seohyunnie bukan orang lain, melainkan sahabat yang kusia-siakan. Maaf, membuatmu menangis sendiri."
Yoona tersenyum melihat dua anak muda saling mengikat kembali hubungan persahabatan yang sempat terlepas. Tiba-tiba terbesit sesuatu di benak. "Eh, Irene ah, apa teman-temanku bilang sesuatu tentang kami?"
"Maksud Unnie?" bingung Irene menatap Yoona dan Seohyun bergantian.
Namun, sebelum menjawab datang seorang biksu bermata empat. Yoona lantas berdiri dan memberikan kursinya ke biksu tersebut.
"Tidak apa, Nak. Duduklah!" Ucap biksu membiarkan Yoona tetap duduk. "Apa kau merasa baikan, Nak? Penyakit di kaki sering kumat apalagi menjelang musim dingin kalau tidak diobati hingga tuntas. Karena itu saat keseleo harus langsung direndam air hangat."
"Sedikit membaik, Bhante. Terima kasih sudah mau direpotkan."
"Ya, sama-sama. Seohyun, ajaklah temanmu makan siang di sini!"
"Ah, tidak perlu, Bhante."
"Tak apa, Seohyun. Sebentar lagi Lay akan datang. Aku tinggal dulu ya."
"Terima kasih, Bhante." Ucap ketiganya sebelum kemudian biksu tersebut pergi.
Yoona mengulang kembali pertanyaan yang belum sempat dijawab tadi. Irene masih bingung apa maksud Yoona. Soal apa? Seingatnya Hyoyeon dan Jessica tak bercerita apapun selain memberi alamat Seohyun.
"Terjawab," Yoona memanggut paham. Dia menebak pasti teman-temannya sengaja tidak memberi tahu apapun. Pertama, tentu bukan hak mereka menyeritakan hal ini. Kedua, pastilah mereka ingin tahu seberapa besar nilai persahabatan di mata Irene.
"Seohyunnie, apa maksud Unnie mu? Aku tidak mengerti."
"Jadi, Irene ah, sebenarnya..."
*
Hyoyeon berlarian kecil ke sana-sini mencari Jessica. Dia gelagapan sambil sesekali memanggil nama sang kekasih tapi tak ada sahutan.
"Sica ah," serunya mengitari parkiran mobil berusaha menemukan wanita bermarga Jung.
"Kim pabo! Memuji wanita lain di depan kekasihmu. Pabo!" gerutu Jessica berjalan kesal tanpa peduli panggilan Hyoyeon.
Pandangan Hyoyeon teralih melihat wanita berblazer pink melintas di deretan lain. "Di sana!" lirihnya segera mengejar dan menahan lengan Jessica. "Sica ah,"
"Pergi sana!"
"Aigo!" eluh Hyoyeon tak menyerah seraya memeluk paksa Jessica dan tak memberikan kesempatan kekasih meloloskan diri. "Sssttttt! Maaf, Chagi. Tak akan kulakukan lagi. Kita pulang ya. Sudah, jangan marah lagi!"
"Kau membuatku amat kesal, Hyo."
Jemari Hyoyeon mengusap kepala Jessica seraya mengecup pelipis. "Iya, Chagi. Maaf membuatmu kesal. Bibirku hanya sesekali memuji orang lain. Tapi di luar dari semua itu aku milikmu. Sungguh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Half Soul
FanfictionSetengah nyawaku ada dalam dirimu. -Yoona- Jantung kita berdetak dan berhenti bersama. -Seohyun-