Haaiii sesuai janji tadi siang, aku melakukan revisi untuk dua chapter terakhir yang kuprediksi bakal ada 1 atau 2 chapter tambahan. sekali lagi makasih banget buat koreksi pembaca. apalah arti penulis tanpa pembaca.
"Unnie, aku pergi dulu. Hanya dua jam. Jangan ke mana-mana ya! Sarapan sudah disediakan." ujar Seohyun telah rapi dan mengaitkan ransel siap berangkat kampus. Sementara Yoona masih setengah nyawa di atas ranjang.
"Hati-hati ne," ujar Yoona menggumam dan kembali tidur.
Seohyun menuruni anak tangga meninggalkan kontrakan menuju halte. Kebetulan bus tengah berhenti dan dia segera berlari masuk. Di dalam pun telah cukup padat baik mahasiswa maupun pegawai.
Drrrttt! Tiba-tiba ponsel Seohyun bergetar. Video call dari Yuri. Dia segera memasang earphone dan menjawab panggilan 'kakak tertua'. Atau cukup kakak saja.
"Unnie," Sapa Seohyun tersenyum sendu melihat Yuri duduk di balkon di sore hari. "Selamat sore."
"Ya, selamat pagi. Hahahha. Kau terlihat segar tapi matamu agak sembab. Kenapa, hm?"
"Apa harus dijawab lagi? Unnie tentu tahu lebih dulu."
Hidung Seohyun terasa panas di pagi yang sejuk. Matanya berkaca-kaca. Setengah tahun mengobrol garing dan basa-basi, kini kehangatan timbul lagi. Andai tengah berada di Korea, Seohyun tak keberatan membolos demi menemui Yuri untuk memberi pelukan.
"Berangkat kuliah ya?"
"Iya. Unnie tidak pernah menelpon pagi."
"Unnie merindukanmu, Sayang. Apa kau juga?" Seohyun melebarkan senyum seraya memanggut pelan. "Jinja? Kau memaafkan Unnie? Untuk semua yang terjadi?"
Tes! Air mata Seohyun jatuh saat memanggut kecil. Dia mengusap dan membekap mulut berusaha menahan isakan agar tidak menarik perhatian penumpang.
"Ayolah, Sayang, Unnie bertanya bukan memarahimu."
Tanpa terasa mata Yuri turut panas tapi dia terus melebar senyum. "Jangan menangis!"
"Tapi Unnie juga hampir menangis." gumam Seohyun terus menghadap keluar jendela.
Yuri terkekeh seraya menyeka ekor mata. "Kakak iparmu belajar masakan baru. Aromanya menyengat sampai ke kamar dan membuatku menangis."
"Unnie tidak bisa berbohong lagi."
"Aigoo! Hahahahaha. Sudah ne. Adikku makin dewasa, tidak boleh cengeng."
Seohyun justru tak kuasa membendung air mata lagi. Dia menyandarkan lengan ke jendela lalu menelungkupkan wajah dan menangis. Butiran dari ekor mata terjun deras jatuh ke layar ponsel.
"Omoo, kau benar-benar cengeng. Malulah sedikit! Orang-orang pasti melihatmu. Hahahaha."
"Aku ingin bertemu Unnie."
"Arraseo. Mau menghukum kan? Unnie sangat siap. Sabar sebentar ya. Kami akan mengajukan visa."
"Bohong!" gumam Seohyun disela-sela isakan.
Meski menyangkal, Seohyun tahu Yuri nyaris tidak pernah berbohong bila itu menyangkut hal penting atau mengenai keluarga. Lagi pula, sang kakak bukan tipikal orang yang bisa merencanakan sesuatu kemudian berseru, 'Surprise!'
"Tidak, Sayang. Unnie tidak berbohong."
"Excume me. Are you ok?"
Seohyun tersentak mendengar teguran seorang wanita. Dia menoleh dan ternyata beberapa pasang mata telah tertuju khawatir. Buru-buru diseka air mata dan menebarkan senyum. Seorang wanita lain memberikan tissue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Half Soul
FanficSetengah nyawaku ada dalam dirimu. -Yoona- Jantung kita berdetak dan berhenti bersama. -Seohyun-