Halloooooooooooooooo
Gimana sama chapter sebelumnya? Itu chapter yang buatku cukup dilema. hahahahaha
"Terima kasih, Luna Unnie, Seohyun Unnie."
"Terima kasih kembali."
Seorang pembaca sekaligus fans Luna beranjak usai mendapat foto bersama penulis dan tokoh nyata dalam karangan novel. Hari ini adalah peluncuran novel cetakan kedua setelah dua tahun sejak cetakan pertama. Berkat permintaan pembaca, penerbit dan Luna kembali menandatangani kontrak.
"Aku senang sekali, Luna."
"Aku jauh lebih senang dan hari ini tak luput darimu juga Yoong unnie." Tutur Luna menyandarkan punggung usai menandatangi ratusan buku untuk pembaca. "Berawal dari salut, coba-coba, dan sampai begini. Huuhh, sulit dipercaya."
"Yul unnie juga suka. Dia bilang karyamu seperti membuatnya kembali ke masa kecil. Nostalgia."
Baru Luna ingin menyahut, Jihoon datang menghampiri mereka sambil memakai jaket siap beranjak. Sejak mendapat penolakan Seohyun, baru sekarang keduanya bertemu. Bukan berarti hubungan jadi buruk. Jihoon dan Seohyun masih beberapa kali mengobrol di akun chatting seolah tidak terjadi apa-apa.
"Luna, Seohyun, aku pamit dulu ya."
"Oh mau pulang. Gomawo, Oppa, sudah datang dan membantu. Hati-hati di jalan!"
"Ngomong-ngomong minggu depan aku berangkat ke Australia. Ada pekerjaan di sana. Maaf, terkesan buru-buru dan tidak memberitahu sebelumnya."
Pemberitahuan Jihoon mengejutkan Luna dan Seohyun. Namun, tentu Seohyun memiliki alasan lebih atas keterkejutannya. Tidak mungkin Jihoon begitu saja memutuskan pergi ke benua lain. Lagi pula, malam itu Jihoon masih sempat mengutarakan perasaan. Berarti pasti ada apa-apa.
"Apa? Kau ini bagaimana? Minggu depan pergi tapi baru beri tahu sekarang."
"Aigoo, sekali lagi maaf. Tapi sebelum berangkat pasti..."
Luna terlampau kesal langsung melempar tisu bekas keringatnya. "Haahh, pergi sana!"
"Hahahah, Luna ah. Jangan marah ne! Pokoknya kita akan bertemu sebelum aku pergi. Maaf, aku buru-buru. Sekali lagi selamat ya untuk peluncuran kedua novelmu."
"Diam!" hardik Luna mendapat tawa Jihoon sebelum kemudian berpamitan pergi.
Selang beberapa detik Seohyun ijin pergi sebentar untuk menyusul Jihoon. Dia ingin tahu kenapa kepergian pria bermarga Kim sangat tiba-tiba. Selain itu beberapa hari belakangan tidak ada pula tanda-tanda Jihoon hendak pergi meninggalkan Korea.
"Oppa,"
"Eh, Seohyun ah. Ada apa?"
"Apa kau pergi karena aku?"
Jihoon terkekeh seraya mengacak rambut Seohyun. "Tawaran ini sebenarnya datang sejak lama. Tapi belum pernah kurespon."
Nada bicara Jihoon mengambang tanpa memberi kejelasan. Seohyun menebak kalau Jihoon sengaja menggantung kesempatan demi dirinya. Namun, karena penolakan atas cinta, barulah keputusan diambil sebagai bentuk mengobati hati.
"Jadi benar?"
"Seohyunnie, aku tidak menyesal atas semua kejadian di hidupku. Selamanya kau selalu menjadi teman terbaik. Dan siapapun orang yang berada di sisimu, semoga kalian selalu berbahagia."
Seohyun memanggut sayu disusul pukulan di bahu Jihoon. "Aku tak akan memaafkanmu."
"Hahahaha. Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Half Soul
FanficSetengah nyawaku ada dalam dirimu. -Yoona- Jantung kita berdetak dan berhenti bersama. -Seohyun-