Mereka melanjutkan perjalanan.
"sebenarnya kita akan kemana lis? "
"Ke sawah."
"Apa itu sawah? "
Lisa menghentikan langkahnya begitupun taeyong, lisa membuang nafas panjang.
Astaga. Batinya
"Ikuti saja, jangan banyak tanya."
Merekapun sampai di sawah milik bi mina.
"Itu namanya sawah." kata lisa melirik taeyong.
"Oh aku tau ini, ini bukan sawah.. Ini namanya padi."
Oh astaga lisa juga tau, lisa bingung bagaimana menjelaskan pada taeyong perbedaan antara padi dan sawah.
Ah masa bodo, batin lisa
"Lalu apa yang akan kita lakukan?." tanya taeyong.
"Kita akan menanam padi ini."
"Tuh kamu tadi bilang ini sawah, sekarang kau mengikutiku juga dengan menyebut sawah ini, padi!"
Ingin rasanya lisa mencabik cabik mulut taeyong.
Tapi lisa mengurungkan niatnya mengingat bahwa ada slogan dalam hatinya 'yang waras mah icing'(yang waras mah diem)
"Ck Lisaa kenapa kamu malah melamun." kata taeyong.
Lisa hanya membalas dengan senyum lebar namun terpaksa.
Selsai sudah penanaman pagi dan yang lisa dan taeyong lakukan.
Mereka sedang duduk di suatu saung dekat sawah.
Lisa nampak melirik sekeliling dirasanya dari tadi tidak ada bi mina, kemana bi mina?
"Bi mina kemana ya? " oh jangan pikir itu lisa,itu adalah suara taeyong.
Mustahil jika lisa membuka percakapan antara mereka berdua.
"Aku pun mencarinya." jawab lisa tidak banyak penjelasan.
"Kemana ya?" lanjut lisa.
"Kalo aku tahu mungkin aku tidak menanyakan padamu, Ck dasar terlalu banyak basa basi hidupmu lis."
Oh ini kah cobaan hidup. Batin lisa
Ketika lisa yang bertanya, itulah jawaban taeyong.
"Kau tau?"
"Kau belum memberitahuku lis."
"Sepertinya aku punya satu cita-cita baru."
"Apa itu?."
"Menjadi PSIKOPAT." jawa lisa dengan menekan kata di akhir.
"dan kau tau siapa orang yang kubunuh pertama?" lanjutnya.
Taeyong menelan savila susah payah, itu bukan pertanyaan tapi pernyataan.
Taeyong pov.
Aku sudah tidak peduli apakah aku bisa kembali ke kerajaan.
Dunia yang di sebut bandung ini tidak terlalu buruk, asik dan menyenangkan.
Tak sadar, Agin berhembus pelan menerpa wajah gadis di sampingku.
Gadis manis,cantik dan baik hati.
Tapi menjahilinya adalah hobi terbaruku, maaf ya lisa.
Tapi mungkin masih banyak yang belum aku ketahui tentangnya, apa aku harus bertanya?
Iya aku harus bertanya lagi pula untuk apa aku berpikir panjang seperti pangeran yang sedang ingin mempersiapkan perang, disinikan aku hanya manusia polos. Hehe
"Lisa."
Dia hanya melirik sekilas, Ck jutek sekali dia.
"Boleh aku bertanya?"
Dia mengangguk.
"Aku ingin tahu tentang keluargamu, mengapa kamu tinggal bersama bibimu?"
Dia terdiam.
Dan sekarang kurasa bola matanya memanas menahan tangis, oh aku sangat anti wanita menangis meskipun aku suka menjahilinya aku tidak suka tangisnya.
Saat airmatanya hendak turun buru buru dia hapus.
"Maaf." kataku lirih.
"Tidak apa apa."
"Jika tidak ingin kamu ceritakan aku tidak memaksa, dan maaf jika itu menyinggung mu." kataku pelan.
"Akan aku ceritakan tapi jangan menyelak dan bertanya."
Aku mengangguk,mantap.
"Aku dulu tinggal bersama ayah,ayah sangat menyayangiku dan memanjakanku. Ayah bilang ibuku sudah meninggal.
Pada suatu hari ayahku di tanggkap dan dituduh telah menggelapkan uang, padahal ayahku di jebak orang.
Dari situ ayah baru bercerita ternyata aku punya kembaran dan ibu tidak meninggal melainkan bercerai dengan ayah saat aku dan kembaranku masih kecil.
Ayah bilang terakhir mengetahui keberadaan ibu itu di bandung, makannya aku kebandung dan kebetulan aku punya bi mina disini "
"Lalu apa kamu sudah bertemu ibumu? "
"Belum, sampai sekarang aku belum bertemu dengannya."
Lisa tidak kuat menahan tangisnya, dia mulai mengeluarkan air matanya, yg lama kelamaan mulai deras.
Ku usap punggungnya untuk menenangkannya, sampai dia menyender di pundakku.
Terasanya nyaman, tapi entak kenapa jantungku perdegup kencang.
Author pov
Lisa dan taeyong dalam perjalanan pulang dari sawah.
Langkah lisa terhenti saat melihat mobil mercedes benz di depan rumah bi mina.
Mobil yang tidak asing baginya.
Saat mereka sampai tepat di depan pintu rumah, oh betapa terkejutnya lisa melihat siapa yang ada
Pria paruh baya itu merentangkan tangannya menghampiri lisa.
Begitu sebaliknya lisa lebih antusias dengan melompat ke arah sang ayah
Lelaki itu adalah ayah lisa.
"Bagaimana ayah bisa disini?" Ucap Lisa saat mengakhiri pelukannnya.
Ayah Lisa pun mulai menjelaskan tentang dirinya sekarang,setelah kedatangan teman lamanya yg membawa bukti bahwa ayah Lisa tidak bersalah. Hakim memutuskan untuk membebaskan ayah Lisa serta mengembalikan semua aset yang ayah Lisa miliki.
Tidak lupa dengan taeyong. Ada rasa tak sudi saat ayah Lisa ingin Lisa menceritakan siapa taeyong dan bagaimana bisa seorang anak laki-laki tampan itu bisa bersama Lisa, nampak seperti ejekan bukan?
Bukannya tidak suka atau membenci dan sebagainya,ayah Lisa sangat menyukai taeyong.
Lisa baru ingat bahwa ayahnya ini notabenya sebelas dia belas dengan taeyong.
"Berkemaslah.." suruh ayah Lisa.
Mulai besok Lisa akan tinggal bersama ayahnya lagi,dengan antusias Lisa buru buru untuk berkemas namun?
"Kamu kenapa masih diam? Berkemaslah." suruh ayah Lisa lagi.
Oh demi kerupuk jangkrik, apa yang berusan ayah Lisa katakan!
Ternyata taeyong pun ikut bersama mereka.
Dengan senyum smirknya taeyong berjalan melewati Lisa,taeyong juga bergegas untuk berkemas.
"Gak usah senyum!muka kek pantat panci aja bangga!" Lisa mengumpat.
Taeyong berbalik sambil menatap Lisa bingung?
"Panci? Hewan apa itu? Apa pantatnya setampan diriku?"
